RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Apa Itu Herpes? Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus ke Dokter

Apa Itu Herpes? Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus ke Dokter

Apa Itu Herpes? Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus ke Dokter

Salah satu kasus infeksi yang disebabkan oleh virus adalah herpes. Terdapat beberapa jenis virus herpes, namun yang sering disebut dengan penyakit herpes yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus. Mari kita bahas lebih lanjut. 

Mengenal Apa itu Herpes?

Suatu kondisi penyakit yang disebabkan oleh Herpesviridae atau virus Herpes dapat disebut dengan penyakit Herpes. Namun virus yang termasuk dalam golongan Herpesviridae itu sendiri terdiri dari beberapa jenis. 

Herpes Simplex Virus 

HSV atau Herpes Simplex Virus terdiri dari dua jenis tipe virus, yaitu HSV tipe 1 dan 2. HSV-1 menyebabkan herpes oral, sedangkan HSV-2 lebih berisiko menimbulkan herpes genital. 

Varicella-Zoster Virus 

VZV atau Varicella-Zoster Virus adalah jenis virus yang menyebabkan terjadinya penyakit cacar air atau varicella dan herpes zoster atau shingles ketika infeksi virus yang sama terjadi secara berulang. 

Epstein-Barr Virus 

Jenis virus ini mungkin tidak terlalu sering terdengar dibandingkan dengan kedua virus sebelumnya. Namun infeksi virus ini dapat menyebabkan penyakit mononukleosis. 

Cytomegalovirus 

CMV merupakan virus yang sebenarnya dapat dilawan oleh daya tahan tubuh yang baik. Namun pada orang dengan imunitas tubuh yang menurun, risiko mengalami infeksi virus ini akan lebih tinggi, seperti pada orang dengan HIV/AIDS maupun penerima transplantasi organ dan harus konsumsi obat imunosupresan. 

Terdapat begitu banyak jenis virus yang masuk di dalam golongan Herpesviridae dan masing-masing dapat menimbulkan tanda dan gejala klinis yang berbeda. Namun ketika kita mendengar penyakit Herpes, seringkali yang dikaitkan adalah penyakit yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus atau HSV. 

Penyebab 

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kondisi penyakit Herpes disebabkan oleh adanya infeksi Herpes Simplex Virus. HSV sendiri memiliki dua jenis atau tipe yang dapat mempengaruhi manifestasi klinis yang ditimbulkan. Tipe virus juga dapat mempengaruhi proses penularannya. 

Gejala 

Ketika seseorang terinfeksi HSV, gejala umum yang dialami pada fase awal umumnya sama seperti infeksi virus lainnya seperti demam, mudah lelah hingga lemas. Selain itu, pembesaran kelenjar getah bening juga dapat ditemukan. 

Pada orang yang terinfeksi HSV tipe 1, maka manifestasi klinis berupa lesi kulit lebih sering ditemukan pada area wajah, khususnya mulut. Biasanya dapat ditemukan luka pada area sekitar mulut seperti sariawan. Virus ini dapat menyebar melalui kontak langsung seperti berciuman atau sharing alat makan.

Sedangkan pada orang yang terinfeksi HSV tipe 2 dapat ditemukan manifestasi klinis berupa lesi kulit pada area genital. Bentuk lesi kulit biasanya berupa luka atau lepuhan pada area genital. Proses penularannya melalui hubungan seksual. 

Pada lesi kulit yang disertai dengan peradangan, selain ditemukan luka atau lepuhan, dapat juga disertai dengan keluhan gatal dan nyeri pada area yang terlibat. Kontak langsung dengan luka tersebut dapat mempermudah proses penularan. 

Pada orang dengan imunitas tubuh yang baik, bisa saja tidak mengalami keluhan apapun atau asimtomatik. Namun kondisi ini tidak menutup kemungkinan bahwa orang tersebut tetap berisiko untuk dapat menularkan kepada orang di sekitarnya. 

Faktor Risiko 

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi risiko seseorang mengalami Herpes. Seperti infeksi virus lainnya, imunitas tubuh memiliki peranan yang sangat penting. Orang dengan imunitas tubuh yang rendah akan lebih berisiko terinfeksi. 

Baik HSV tipe 1 dan 2, ketika mengalami kontak langsung dengan luka terbuka dari orang yang terinfeksi, maka risiko penularannya juga akan lebih tinggi. Sharing atau penggunaan secara bersama alat makan hingga kosmetik seperti lipstik dapat meningkatkan risiko seseorang tertular infeksi virus yang sama. 

Ketika ada riwayat kontak oral seperti berciuman dengan orang yang terinfeksi HSV-1, maka risiko tertular penyakit Herpes juga akan lebih tinggi. Sedangkan jika ada riwayat hubungan seksual tanpa pengaman dengan orang yang terinfeksi HSV-2, maka risiko mengalami Herpes juga akan lebih tinggi. 

Penyakit ini juga dapat ditularkan dari ibu hamil ke bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang menangani jika mengalami Herpes pada masa kehamilan. 

Diagnosis 

Anamnesis 

Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk mengetahui lebih detail terkait keluhan yang dialami untuk dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit yang dialami dan menyingkirkan berbagai kemungkinan diagnosis banding. 

Pada orang dengan imunitas tubuh yang baik, bisa tidak ditemukan gejala yang berarti atau bersifat asimtomatik. Pada fase awal, penyakit Herpes bisa menimbulkan gejala awal yang serupa dengan infeksi virus lainnya, seperti demam, mudah lelah hingga lemas. 

Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik awal, dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital dapat ditemukan secara keseluruhan dalam batas normal. 

Pada fase awal bisa ditemukan peningkatan suhu tubuh yang disertai dengan peningkatan denyut jantung dan laju pernapasan sebagai respon adaptif tubuh. Namun hal serupa juga biasa ditemukan pada kondisi infeksi virus lainnya. 

Tanda dan gejala khas pada penyakit Herpes adalah adanya lesi kulit seperti luka atau lepuhan pada area wajah maupun genital. Lokasi lesi kulit biasanya dapat membantu mengetahui tipe virus yang menyebabkan penyakit Herpes yang dialami. 

Pemeriksaan Penunjang 

Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit Herpes biasanya cukup dengan wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Namun bila diperlukan dokter dapat menyarankan pemeriksaan penunjang. 

Pemeriksaan penunjang biasanya dibutuhkan untuk memastikan jenis virus penyebab infeksi dan derajat keparahannya sehingga dokter dapat menentukan tatalaksana selanjutnya. 

Tes Tzank atau Tzank smear dapat dilakukan untuk menilai sel abnormal yang disebabkan oleh virus Herpes. Namun pemeriksaan ini bersifat tidak terlalu spesifik untuk dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2 maupun VZV. 

Pemeriksaan polymerase chain reaction atau PCR dapat dilakukan untuk dapat mengetahui lebih akurat terkait jenis virus yang menyebabkan infeksi, yaitu HSV-1 atau HSV-2. Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan kultur virus pada kondisi infeksi akut. 

Tes antibodi juga dapat menjadi pilihan, namun pemeriksaan ini biasanya sulit untuk membedakan apakah infeksi bersifat aktif atau sudah lama. Tes Western Blot juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi HSV, namun pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang lebih besar. 

Pada kondisi Herpes dengan gejala berat dan melibatkan sistem saraf pusat, pemeriksaan cairan tulang belakang dapat dilakukan. 

Terapi 

Pada kasus Herpes awal, sangat penting untuk dapat menjaga imunitas tubuh agar kembali optimal sehingga dapat melawan infeksi dan proses pemulihan lebih cepat. Sangat penting untuk menjaga pola makan dengan gizi seimbang, cukup istirahat dan menghindari stres. 

Dokter juga akan memberikan terapi sesuai dengan gejala yang dialami. Jika ditemukan keluhan berupa demam, pemberian terapi antipiretik dapat dilakukan. Sedangkan ketika mengalami nyeri dapat dibantu dengan pemberian analgesik. 

Sebagai upaya untuk melawan infeksi virus, pemberian antivirus sangatlah penting. Dokter dapat meresepkan acyclovir, valacyclovir atau famcyclovir. Sediaan yang diberikan biasanya adalah kombinasi antara obat oral dan topikal. Namun pada kondisi berat, pemberian melalui intravena dapat dilakukan. 

Selain itu, sangat penting untuk dapat melakukan perawatan luka dengan optimal agar tidak terjadi infeksi sekunder seperti infeksi bakteri yang dapat memperberat kondisi dan menghambat proses pemulihan. 

Pencegahan 

Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rutin berolahraga. Hindari stres berlebih yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh. 

Selain itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan diri dan menghindari penggunaan alat secara bersamaan dengan orang lain. Ketika ada sharing alat makan atau kosmetik dengan orang yang terinfeksi, maka risiko tertular juga semakin tinggi. 

Hindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, khususnya dengan luka terbuka. Hindari berhubungan seksual yang tidak aman atau berisiko agar tidak tertular penyakit Herpes. 

Komplikasi 

Pada orang dengan imunitas tubuh yang tidak baik, maka risiko mengalami gejala berat akan lebih tinggi. Herpes bisa menyebar ke organ mata hingga menyebabkan herpes okular. Hal ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan. 

Herpes juga dapat melibatkan sistem saraf pusat hingga menimbulkan ensefalitis, khususnya HSV-1. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa sakit kepala berat, kejang hingga penurunan kesadaran. 

Kapan Harus ke Dokter? 

Jika Anda memiliki berbagai gejala khas infeksi HSV, sebaiknya dapat melakukan isolasi agar tidak menularkan ke orang sekitar. Sangat disarankan segera melakukan pemeriksaan ke dokter agar dapat diberikan terapi yang tepat. 

Jika Anda memiliki faktor risiko seperti imunitas tubuh yang rendah dan memiliki kontak erat dengan orang yang mengalami Herpes, sangat penting untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter. Hal ini dibutuhkan karena risiko mengalami gejala berat lebih tinggi. 

Share This Article: