Biduran merupakan salah satu keluhan kulit yang sering ditemukan. Kondisi ini dapat ditemukan di berbagai rentang usia dan berbagai kalangan. Sebenarnya apa penyebab dan bagaimana cara menanganinya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Biduran atau dalam istilah medis sering disebut dengan urtikaria adalah tanda khas ketika seseorang mengalami alergi. Kondisi ini terjadi ketika kulit mengalami peradangan karena terpapar alergen atau penyebab alergi. Permukaan kulit menjadi lebih meninggi atau menebal dengan tepi yang tidak beraturan dan terdapat perubahan warna menjadi kemerahan hingga keputihan.
Kondisi biduran yang biasanya disebabkan oleh reaksi alergi biasanya akan membaik seiring dengan berjalannya waktu ketika sudah terhindar atau terpapar dari alergen yang menjadi penyebabnya. Meskipun mayoritas kondisi ini bersifat ringan, namun pada orang dengan reaksi hipersensitivitas yang hebat dapat menimbulkan gejala yang berat.
Ketika orang tersebut terpapar dengan alergen, biasanya manifestasi reaksi alergi tidak hanya muncul di permukaan kulit, namun dapat juga menyebabkan reaksi anafilaksis, dapat terjadi pembengkakan pada area wajah hingga saluran pernapasan atau angiodema dan dapat menimbulkan kondisi gagal napas.
Penyebab biduran
Biduran umum terjadi karena adanya reaksi alergi terhadap zat tertentu. Alergen dapat berupa kandungan dari makanan, obat, gigitan serangga, debu, suhu ekstrem (suhu udara terlalu dingin atau terlalu panas), air, hingga zat kimia tertentu. Namun biduran dapat juga ditemukan pada kondisi stres maupun infeksi.
Pada kondisi kulit biduran dan disertai dengan gatal, biasanya disebabkan oleh reaksi alergi. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik. Ketika orang tua memiliki riwayat alergi, biasanya anak juga dapat mengalami hal serupa.
Untuk dapat mengetahui penyebab biduran dapat dengan menelusuri kemungkinan pemicu sebelum gejala tersebut muncul. Namun biasanya hal ini cukup sulit karena bisa menemukan beberapa hal yang dapat dicurigai sebagai kemungkinan penyebabnya atau alergennya.
Jika ingin memastikannya, dapat dilakukan dengan pemeriksaan alergi. Dari pemeriksaan darah dapat menilai apakah ada peningkatan hasil eosinofil dan immunoglobulin E yang merupakan salah satu tolak ukur adanya reaksi alergi dalam tubuh.
Namun jika ingin memastikan zat yang menjadi alergen dapat dengan melakukan pemeriksaan prick test atau patch test. Dengan pemeriksaan ini dapat terlihat dengan jelas apakah bagian kulit yang sengaja terpapar zat tertentu menimbulkan reaksi alergi.
Dengan hasil ini dapat menjadi pedoman untuk membantu mencegah reaksi alergi dengan menghindari paparan terhadap zat tersebut. Hal ini penting untuk dilakukan, khususnya untuk Anda yang memiliki reaksi alergi atau hipersensitivitas yang hebat.
Ketika biduran muncul, sebaiknya hindari menggaruk karena akan memperburuk kondisinya dan dapat menimbulkan luka sehingga memicu terjadinya infeksi sekunder, seperti infeksi bakteri. Selain itu, dokter dapat meresepkan anti histamin sebagai obat untuk membantu mengatasi reaksi alergi.
Dokter juga biasanya meresepkan obat salep dengan kandungan steroid untuk membantu meredakan reaksi peradangan pada permukaan kulit. Penggunaan obat ini tidak disarankan dalam jangka panjang karena dapat menimbulkan efek samping. Sangat disarankan untuk penggunaannya mengikuti saran dari dokter yang menangani.
Jika kondisi belum dapat tertangani, dokter dapat juga memberikan steroid oral. Sama dengan sediaan salep, obat ini juga tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam jangka panjang. Sebaiknya penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter agar dapat terhindar dari berbagai risiko efek samping yang mungkin ditimbulkan dalam penggunaan dalam jangka panjang.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene