Tekanan darah tinggi merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang sangat sering ditemukan di Indonesia. Hal ini sangat berkaitan erat dengan pola hidup. Bagaimana gejala dan tatalaksananya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan kondisi dimana tekanan darah seseorang secara konsisten lebih tinggi dari batas normal. Hal ini tidak berlaku jika pengukuran dilakukan setelah beraktivitas berat seperti berolahraga atau setelah berjalan jauh.
Sangat penting untuk dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah di waktu yang tepat agar hasilnya akurat dan dapat dijadikan acuan untuk mendiagnosis seseorang memiliki darah tinggi atau tidak.
Tekanan darah diukur dengan dua angka, yaitu tekanan sistolik yang sering disebut dengan “angka atas” dan tekanan diastolik yang sering disebut dengan “angka bawah”. Nilai normal untuk sistolik tidak lebih dari 140 sedangkan untuk diastolik tidak lebih dari 90, atau secara umum disebutkan tidak lebih dari 140/90 mmHg.
Ketika salah satu nilai berada di atas batas normal tersebut, sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Sebaiknya dipastikan bahwa orang tersebut tidak habis beraktivitas berat agar hasil dapat menjadi acuan. Namun jika hasil masih tinggi, maka sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.
Penyebab
Meskipun dapat juga disebabkan oleh adanya faktor genetik atau keturunan, namun penyakit tekanan darah tinggi sangat dipengaruhi oleh pola hidup. Secara garis besar, penyebab hipertensi dapat dikategorikan menjadi penyebab yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol.
Pola hidup merupakan penyebab tekanan darah tinggi yang dapat dikontrol. Namun hal ini memang terkadang sangat sulit untuk dilakukan. Terlebih jika Anda berada di lingkungan yang kurang memperhatikan dan menjaga pola hidup sehat.
Sangat penting untuk memperhatikan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Konsumsi makanan tinggi garam dapat menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah dalam tubuh.
Tidak hanya makanan yang memiliki rasa asin yang harus kita hindari, namun makanan dan minuman kemasan yang mengandung tinggi natrium juga harus diperhatikan. Sama halnya dengan garam, kandungan natrium juga dapat memberikan efek retensi cairan dalam tubuh sehingga mengingkatkan risiko hipertensi.
Selain dari makanan dan minuman yang dikonsumsi, aktivitas fisik setiap hari juga memiliki peranan penting. Kurangnya aktivitas fisik dan olahraga rutin dapat meningkatkan risiko obesitas hingga mengalami peningkatan tekanan darah.
Berat badan berlebih hingga obesitas dapat meningkatkan risiko timbunan lemak dalam pembuluh darah dan menyebabkan peningkatan tekanan darah dalam jangka panjang. Selain itu, peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah juga dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Hindari juga kebiasaan tidak sehat lainnya seperti konsumsi alkohol dan merokok. Kebiasaan ini dapat merusak dinding pembuluh darah dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah hingga berbagai komplikasi lainnya.
Penting juga untuk dapat kelola stress dengan baik. Ketika Anda mengalami stres, maka respons tubuh akan meningkatkan denyut jantung hingga berdampak pada peningkatan tekanan darah.
Selain berbagai penyebab yang dapat dikendalikan, ada juga penyebab darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan. Contoh dari penyebab hipertensi yang tidak dapat dikendalikan ini adalah faktor genetik dan riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi.
Selain faktor genetik, faktor usia juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipertensi. Seiring bertambahnya usia, elastisitas pembuluh darah akan menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya peningkatan tekanan pembuluh darah hingga terjadi hipertensi.
Selain itu, penyakit penyerta lain juga dapat memicu seseorang mengalami tekanan darah tinggi. Penyakit lain yang dapat menimbulkan hipertensi adalah gangguan fungsi hingal, diabetes hingga gangguan keseimbangan hormon yang mempengaruhi tekanan darah.
Meskipun beberapa faktor di atas tidak dapat dikendalikan, namun dengan menjaga pola hidup sehat dapat membantu menurunkan risiko seseorang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Gejala
Pada fase awal seseorang mengalami tekanan darah tinggi, bisa tidak mengalami keluhan apapun karena tidak ada gejala yang mengganggu aktivitas. Bahkan pada beberapa kasus hipertensi kronis, orang tersebut bisa sudah terbiasa dengan tekanan darah tinggi. Sehingga meskipun tekanan darah sudah sangat tinggi, tetap tidak mengalami keluhan apapun. Hal ini sangat berbahaya dan bisa mengancam nyawa.
Namun ada juga beberapa gejala khas yang seringkali ditemukan pada orang dengan peningkatan tekanan darah. Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah sakit kepala. Nyeri kepala seringkali dikeluhkan pada area belakang hingga tengkuk. Meskipun tidak khas dan dapat ditemukan juga pada penyakit lain, penting juga untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut jika keluhan tidak kunjung membaik.
Selain sakit kepala, keluhan pusing berputar atau vertigo juga dapat dialami. Terlebih jika terjadi peningkatan tekanan darah secara akut atau bersifat drastis, orang dengan hipertensi dapat mengeluhkan gangguan keseimbangan hingga pusing berputar.
Selain itu, keluhan lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan. Pada orang dengan tekanan darah tinggi, baik akut maupun kronis juga dapat mengalami keluhan ini. Hal ini dapat terjadi karena pembuluh darah pada organ mata juga mengalami gangguan.
Seperti yang terjadi pada organ mata, gangguan pembuluh darah pada organ jantung juga dapat mengalami gangguan ketika terjadi peningkatan tekanan darah. Hal ini dapat menimbulkan keluhan nyeri dada seperti ditekan benda berat pada area dada kiri. Dapat juga disertai dengan gangguan irama jantung.
Ketika fungsi organ jantung sudah mengalami gangguan, tidak jarang dapat menimbulkan keluhan pada organ paru. Kedua organ vital ini memiliki peranan penting dalam fungsi pernapasan. Sehingga ketika memiliki gangguan dapat menimbulkan keluhan berupa sesak napas.
Pada beberapa orang, dapat juga mengalami mimisan ketika terjadi peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba. Meskipun tidak bersifat khas, namun jika hal ini terjadi dan disertai dengan keluhan lain, sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk dapat memastikan kemungkinan penyebabnya.
Selain itu, pada beberapa orang yang mengalami peningkatan tekanan darah secara drastis dapat juga mengeluhkan telinga berdenging atau tinnitus. Meskipun tidak khas, namun ketika mengalami hal ini sebaiknya tetap diperhatikan lebih lanjut.
Pada kondisi hipertensi kronis atau jangka panjang, dapat mempengaruhi kerja ginjal hingga dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal. Ketika hal ini terjadi dapat ditemukan darah pada urin.
Faktor Risiko
Seperti yang telah dijelaskan di atas, kondisi peningkatan tekanan darah dalam tubuh atau hipertensi secara garis besar dapat dikategorikan menjadi faktor risiko yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.
Faktor risiko yang dapat dikontrol berkaitan erat dengan pola hidup, dari kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam, makanan dan minuman kemasan tinggi natrium, kurang olahraga, berat badan berlebih hingga obesitas, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan stres.
Selain itu, jika memiliki riwayat penyakit penyerta lainnya, sangat penting untuk melakukan pengobatan secara optimal agar dapat terkontrol dengan baik sehingga tidak menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya hipertensi.
Ketika memiliki riwayat diabetes atau kencing manis, sangat penting untuk konsumsi obat dan kontrol secara rutin agar dapat terhindar dari berbagai komplikasi lainnya. Hal yang sama juga dilakukan pada kondisi gangguan endokrin atau keseimbangan hormon dan penyakit ginjal.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan efek samping obat yang dikonsumsi, khususnya jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Konsumsi pereda nyeri seperti NSAID, pil KB hormonal atau terapi hormon lainnya, jika dikonsumsi dalam jangka panjang harus dalam pengawasan dokter.
Hindari juga konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol jahat yang dapat meningkatkan penumpukan plak pada pembuluh darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Kebiasaan tidak tidur cukup juga dapat mempengaruhi keseimbangan tekanan darah dalam tubuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat tidur sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Sedangkan faktor risiko lain yang tidak dapat dikontrol dapat berupa faktor genetik, riwayat keluarga dan faktor usia. Meskipun tidak dapat dikontrol atau dihindari, namun dengan mengontrol faktor lainnya dapat sangat membantu mencegah mengalami hipertensi.
Diagnosis
Anamnesis
Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan untuk dapat menegakkan diagnosis hipertensi.
Pada fase awal, penderita hipertensi bisa tidak mengeluhkan gejala apapun. Bahkan tidak jarang ditemukan seseorang dengan tekanan darah begitu tinggi namun tanpa keluhan bermakna. Hal ini terjadi karena orang tersebut sudah terbiasa dengan kondisi tekanan darah tinggi.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan skrining secara rutin, terlebih jika memiliki berbagai faktor risiko tekanan darah tinggi. Penting untuk deteksi dini sebelum terlambat atau sudah menimbulkan berbagai komplikasi yang tidak diinginkan.
Namun ada beberapa gejala yang sering dikeluhkan orang dengan tekanan darah tinggi seperti sakit kepala, pusing berputar, gangguan penglihatan, nyeri dada dan sesak napas.
Keluhan sakit kepala yang dialami biasanya terdapat pada area belakang kepala. Nyeri dapat seperti ditekan dan berdenyut. Selain itu, dapat juga disertai dengan gangguan keseimbangan dan pusing berputar.
Peningkatan tekanan darah juga dapat mempengaruhi organ tertentu, seperti gangguan penglihatan karena adanya hipertensi pada pembuluh darah pada area mata. Dapat juga ditemukan keluhan nyeri dada karena mempengaruhi pembuluh darah jantung. Hal ini bisa terus berlangsung sehingga mempengaruhi fungsi organ jantung dan paru sehingga menimbulkan keluhan berupa sesak napas.
Gejala lain yang dapat ditemukan dapat berupa keluhan mimisan, telinga berdenging hingga munculnya darah pada urin. Meskipun tidak khas, namun ketika mengalami keluhan ini sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan dan evaluasi lebih lanjut.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada kondisi hipertensi akan ditemukan peningkatan tekanan darah dan disertai dengan peningkatan denyut jantung dan laju pernapasan.
Ketika ditemukan hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-99 mmHg, maka dapat dikategorikan dalam Hipertensi Tahap 1.
Sedangkan jika ditemukan tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 100 mmHg, maka dapat dikategorikan dalam Hipertensi Tahap 2.
Sedangkan jika tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 120 mmHg, maka sudah dapat dikategorikan dalam Hipertensi Krisis, tergolong dalam kondisi darurat medis dan membutuhkan penanganan segera sebelum terjadi berbagai komplikasi yang tidak diinginkan hingga mengancam nyawa.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis hipertensi biasanya cukup dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanpa pemeriksaan penunjang. Namun jika dokter yang menangani ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk evaluasi kemungkinan berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan.
Terapi
Terapi hipertensi dapat sangat bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat. Konsumsi sayur, buah, biji-bijian dan hindari konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol.
Selain itu, sangat penting untuk mengurangi asupan garam maupun natrium dari makanan maupun minuman yang dikonsumsi setiap hari. Batas konsumsi natrium harian adalah 2300 mg, sedangkan untuk risiko tinggi adalah 1500 mg per hari.
Penting untuk menjaga berat badan ideal dengan konsumsi makanan gizi seimbang dan rutin berolahraga. Hindari konsumsi alkohol dan kebiasaan merokok yang dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Kelola stres juga sangat penting untuk dapat membantu menjaga kontrol tekanan darah dan menghindari risiko berbagai komplikasi akibat hipertensi.
Dokter juga akan memberikan obat untuk membantu mengontrol tekanan darah seperti diuretik untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh, Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACE inhibitor) untuk menghalangi hormon yang mempersempit pembuluh darah dan dapat meningkatkan tekanan darah, Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), Calcium Channel Blocker, Beta blockers, Alpha blockers, atau Renin inhibitors.
Kombinasi terapi yang akan diberikan oleh dokter sangat dipengaruhi oleh kondisi saat ini dan tahapan hipertensi. Oleh karena itu, obat antara satu orang dapat berbeda dengan orang lain.
Sangat penting untuk rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah agar dapat memastikan hipertensi sudah terkontrol dengan baik. Selain itu, penting untuk melakukan kontrol rutin dengan dokter yang menangani untuk dapat evaluasi pengobatan, menilai apakah ada tanda komplikasi hingga menyesuaikan dosis dan kombinasi obat bila diperlukan.
Pencegahan
Upaya pencegahan tekanan darah tinggi atau hipertensi sangat dipengaruhi oleh faktor risiko yang dimiliki. Penting untuk tetap menjaga pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang, rendah garam dan natrium, rendah lemak jenuh dan rutin berolahraga.
Komplikasi
Jika tidak terkontrol dengan baik, tekanan darah tinggi dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Hipertensi tidak terkontrol dapat menimbulkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, aneurisma hingga penyakit pembuluh darah perifer.
Selain jantung, komplikasi hipertensi tidak terkontrol dapat berupa kerusakan otak. Orang dengan hipertensi akan berisiko mengalami stroke, demensia hingga trombosis atau pembentukan bekuan darah pada pembuluh darah otak.
Komplikasi juga dapat ditemukan pada organ ginjal. Hipertensi dapat memicu terjadinya penyakit ginjal kronis hingga gagal ginjal. Selain itu, hipertensi juga dapat menyebabkan kerusakan pada mata seperti retinopati hipertensif, neuropati optik dan edema makula.
Jika terus tidak terkontrol, peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak yaitu stroke hemoragik. Kondisi ini bisa sangat berbahaya dan mengancam nyawa.
Kapan Harus ke Dokter?
Ketika Anda memiliki beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan Anda mengalami tekanan darah tinggi atau sudah memiliki gejala khas pada kasus hipertensi, sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.
Sangat penting untuk dapat melakukan skrining rutin, terlebih jika Anda sudah mengetahui adanya faktor risiko hipertensi yang Anda miliki, meskipun tidak ada gejala yang mengganggu.
Deteksi dini sangat penting sehingga dapat diberikan terapi segera sehingga tekanan darah dapat dikontrol sebelum menimbulkan berbagai komplikasi yang tidak diinginkan dan berisiko mengancam nyawa.