RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Diare Pada Anak Jangan Anggap Sepele

Diare Pada Anak Jangan Anggap Sepele

anak kecil kena diare perutnya sakit

Salah satu gangguan pada sistem pencernaan yang sering ditemukan pada anak adalah diare. Meskipun sering terjadi hingga dianggap sepele, namun penanganan yang tidak optimal bisa berbahaya untuk anak hingga bisa berisiko berat. 

Pada saat musim pancaroba atau perubahan musim, seringkali menimbulkan berbagai penyakit pada anak, seperti demam, batuk dan pilek. Selain itu, bisa juga menyebabkan keluhan pada sistem pencernaan seperti mual, muntah dan tidak jarang disertai dengan diare.  

Diare merupakan kondisi buang air besar dengan tekstur cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam sehari. Diare bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Penyebab diare yang sering dialami adalah adanya infeksi, baik karena virus, bakteri maupun parasit. 

Selain itu, diare bisa disebabkan oleh alergi makanan, intoleransi laktosa, peradangan pada usus, efek samping obat hingga konsumsi makanan yang terkontaminasi.  

Diare pada anak yang cukup sering terjadi adalah yang disebabkan oleh infeksi virus. Untuk kondisi diare yang disebabkan oleh infeksi virus, biasanya dapat membaik seiring dengan meningkatnya daya tahan tubuh untuk melawan virus tersebut. 

Sedangkan untuk kasus yang disebabkan oleh infeksi bakteri akan diberikan antibiotik dan yang disebabkan oleh parasit akan diberikan anti parasit. Untuk kasus intoleransi laktosa dan efek samping obat, bisa mencari alternatif lain terkait obat maupun makanan dan minuman yang dikonsumsi. Penting juga untuk menjaga kebersihan makanan maupun minuman yang dikonsumsi. 

Diare pada anak 

Pada kasus diare, terdapat risiko dehidrasi akibat banyaknya cairan yang keluar dari tubuh. Oleh karena itu, sangat penting mengembalikan cairan yang keluar untuk mempertahankan metabolisme tubuh. 

Terapi yang dapat diberikan adalah cairan rehidrasi oral atau ORS. Cairan ini merupakan kombinasi antara air, garam dan gula yang membantu untuk menggantikan elektrolit yang hilang karena diare. 

Namun pada kondisi dehidrasi yang cukup berat, anak bisa tidak mau konsumsi makanan atau bahkan minuman apapun. Pada kondisi ini sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter karena anak membutuhkan terapi cairan melalui cairan infus intravena. 

Selain itu, penting untuk menjaga asupan nutrisi anak. Tetap upayakan memberikan makanan dengan gizi seimbang, namun dengan tekstur yang lebih mudah untuk dicerna. Pada beberapa kasus, dokter juga dapat memberikan probiotik untuk membantu menjaga keseimbangan bakteri baik dalam usus.  

Pada diare yang disebabkan oleh infeksi, tidak jarang disertai dengan keluhan demam. Kondisi demam yang tidak tertangani dengan baik dapat meningkatkan risiko dehidrasi. Untuk kondisi ini bisa dibantu dengan kompres air biasa pada lipatan tubuh anak seperti leher, ketiak dan lipat paha. Selain itu, dapat diberikan obat penurun demam atau anti-piretik. 

Tanda dehidrasi anak 

Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada kasus diare adalah dehidrasi. Khususnya pada anak yang sulit untuk menyampaikan keluhannya dengan baik, orang tua memiliki peranan penting untuk memantau anak lebih lagi ketika mengalami diare. 

Kondisi dehidrasi pada anak dapat digolongkan menjadi dehidrasi ringan, dehidrasi sedang hingga dehidrasi berat. Pada anak dengan dehidrasi ringan, biasanya anak masih mau makan dan minum dengan baik. Pada fase awal, bisa ditemukan gejala lebih sering haus hingga anak akan menjadi lebih sering minum. Tanda yang dapat ditemukan pada anak dengan dehidrasi adalah mulut dan lidah kering. 

Pada dehidrasi sedang, anak biasanya akan cenderung lebih lemas dan penurunan keinginan untuk minum. Pada tahapan ini, anak harus diperhatikan lebih lanjut agar tidak menjadi dehidrasi berat. 

Sedangkan pada kasus dehidrasi berat, anak akan semakin lemas dan tidak ingin makan maupun minum. Kondisi ini bisa sangat berbahaya hingga menyebabkan syok dan penurunan kesadaran.   

Tanda yang bisa ditemukan seperti menangis tanpa air mata, mata cekung, buang air kecil sedikit hingga kecoklatan. Selain itu, turgor kulit bisa menurun, dimana ketika kulit ditarik, membutuhkan waktu untuk kembali ke posisi semula.  

Pada kondisi seperti ini, sangat penting untuk segera membawa anak ke dokter untuk diberikan terapi cairan melalui intravena atau infus untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik hingga penurunan kesadaran. 

 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: