RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Fimosis Pada Anak – Kenali Penyabab dan Gejalanya

Fimosis Pada Anak – Kenali Penyabab dan Gejalanya

Fimosis adalah kelainan struktur penis berupa melekatnya kulup pada kepala penis

Pada anak laki-laki, seringkali mengalami demam tinggi karena infeksi saluran kemih. Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan adalah fimosis. Apa itu fimosis dan bagaimana upaya pencegahannya? Mari kita bahas lebih lanjut. 

Pada kondisi normal, anak laki-laki memiliki kulit khatan atau preputium pada bagian ujung penis. Jika tidak mengalami masalah, preputium dapat ditarik ke belakang melewati kepala penis atau glans. 

Penyebab fimosis 

Banyak hal yang bisa menyebabkan fimosis. Bahkan kondisi ini bisa juga bersifat fisiologis dimana akan membaik seiring dengan bertambahnya usia tanpa keluhan apapun. 

Kondisi yang paling sering menyebabkan keluhan fimosis adalah infeksi. Hal ini sering disebabkan kurangnya menjaga kebersihan setelah buang air kecil. Sangat penting untuk membiasakan dan mengajarkan anak laki-laki untuk membersihkan area sekitar penis, termasuk preputium setelah buang air kecil. 

Jika kebersihan tidak terjaga dengan baik pada area tersebut, smegma dapat terkumpul pada bagian sekitar preputium. Hal ini dalam jangka waktu cukup lama dapat menimbulkan infeksi hingga peradangan. 

Selain kurangnya higienitas, bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi di sekitar yang dapat meluas hingga ke preputium sehingga menyebabkan fimosis. Infeksi bisa disebabkan oleh virus, bakteri maupun parasit. 

Penyebab lainnya adalah diabetes. Jika gula darah tidak terkontrol dengan baik, dapat meningkatkan risiko mengalami infeksi dan dapat mempengaruhi proses pemulihannya menjadi lebih lama. 

Gejala yang dialami 

Pada fase awal, fimosis bisa menimbulkan tanda berupa sulitnya menarik preputium ke belakang melewati kepala penis. Selain itu, terdapat nyeri pada area tersebut karena adanya peradangan disertai kemerahan dan iritasi. 

Tidak jarang juga disertai pembengkakan pada area sekitar ujung penis dampai dengan sulit buang akibat gangguan pada aliran urin. Pada kondisi ini timbul rasa nyeri pada area pembengkakan. 

Fimosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri seringkali disertai dengan demam tinggi. Khususnya pada anak, demam tinggi yang tidak dapat ditangani dengan baik bisa menyebabkan kejang. 

Pengobatan fimosis 

Ketika mengalami fimosis, tatalaksana pengobatan lebih lanjut biasanya sangat dipengaruhi oleh penyebab utama yang mendasarinya. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, akan diberikan antibiotic. 

Selain itu, akan diberikan obat-obatan lain untuk membantu mengatasi gejala yang dialami. Fimosis seringkali disertai dengan nyeri dan demam. Oleh karena itu, bisa diberikan anti nyeri dan penurun demam. 

Bagaimana cara pencegahannya? 

Dengan menjaga kebersihan area penis dan sekitarnya, khususnya setelah buang air kecil, hal ini dapat menekan risiko terjadinya infeksi hingga fimosis. 

Selain itu, untuk mencegah terjadinya fimosis, sangat penting untuk melakukan sirkumsisi pada anak laki-laki. Tindakan sirkumsisi merupakan prosedur bedah pengangkatan kulit khatan atau preputium. 

Apakah fimosis bisa menimbulkan komplikasi? 

Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi fimosis bisa menimbulkan komplikasi seperti parafimosis. Preputium tidak dapat kembali ke posisi semula hingga menimbulkan pembengkakan dan nyeri hebat. 

Selain itu, fimosis juga bisa menimbulkan komplikasi seperti infeksi kepala penis (balanitis) berulang. Fimosis juga bisa menyebabkan disuria atau nyeri saat buang air kecil karena penyempitan saluran kemih bagian ujung yaitu uretra. 

Fimosis juga dapat menyebabkan masalah seksual karena menimbulkan rasa tidak nyaman saat ereksi. Pada beberapa kasus, meskipun jarang, fimosis juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker penis. Walaupun hal ini mungkin bisa juga diperberat karena adanya berbagai faktor risiko lain. 

Jika mengalami tanda dan gejala khas fimosis, sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter agar dapat dilakukan evaluasi dan tatalaksana lebih lanjut sebelum terjadinya berbagai komplikasi. 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: