Salah satu penyakit yang dapat dibantu dicegah dengan upaya vaksinasi adalah Hepatitis B. Apa sebenarnya Hepatitis B, apa saja gejala yang dapat ditimbulkan hingga seberapa penting pemberian vaksin? Mari kita bahas lebih lanjut.
Penyakit Hepatitis B adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit ini dapat menyerang berbagai golongan usia dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Apa penyebab Hepatitis B?
Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B Virus (HBV). Proses penyebaran infeksi ini dapat melalui cairan tubuh orang yang terinfeksi dan jarum suntik dan alat medis yang tidak steril. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan, khususnya sterilitas alat medis dan menghindari tindakan yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Gejala Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B dapat ditemukan pada anak hingga dewasa, bahkan lansia. Pada anak, imunitas tubuh belum berkembang secara optimal. Oleh karena itu, maka risiko tertular dan terinfeksi suatu penyakit akan lebih tinggi, termasuk Hepatitis B. Namun gejala pada anak biasanya akan relatif lebih ringan, bahkan bisa tidak bergejala.
Gejala awal yang dapat ditemukan pada orang dengan Hepatitis B mungkin bisa terlihat mirip dengan infeksi virus lainnya. Gejalanya antara lain adalah demam ringan, mudah lelah, penurunan nafsu makan, mual, muntah dan nyeri sendi.
Namun gejala lain yang dapat ditemukan pada infeksi Hepatitis B dan bersifat khas adalah adanya keluhan nyeri perut sisi kanan atas (lokasi liver), urin berwarna gelap, feses berwarna pucat, kulit dan mata menguning (jaundice).
Komplikasi Hepatitis B
Gejala awal Hepatitis B mungkin terlihat serupa dengan infeksi biasa, namun jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik dan tidak terdeteksi dini dapat menimbulkan berbagai gejala berat hingga komplikasi yang dapat berbahaya, termasuk peningkatan risiko penularan terhadap orang di sekitarnya.
Berbeda dengan Hepatitis A yang gejala yang ditimbulkan bersifat akut, lebih ringan dan jarang menimbulkan komplikasi, orang dengan infeksi Hepatitis B memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi.
Kondisi Hepatitis B dapat menimbulkan komplikasi berupa Hepatitis B kronis, dimana proses peradangan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang hingga dapat menyebabkan sirosis hati hingga kanker hati atau karsinoma hepatoseluler.
Hepatitis B juga dapat menyebabkan gagal hati akut atau hepatitis fulminan. Jika berlangsung dengan durasi waktu yang cukup lama dapat menimbulkan penurunan kesadaran karena adanya ensefalopati hepatik.
Infeksi juga dapat meluas hingga ke organ ginjal sehingga menyebabkan peradangan atau disebut juga dengan glomerulonefritis. Infeksi ini juga dapat menyebabkan vaskulitis atau peradangan pembuluh darah dan gangguan koagulasi. Bisa juga ditemukan superinfeksi berupa infeksi Hepatitis D. Dalam jangka panjang dapat menimbulkan komplikasi berupa gagal multiorgan yang bersifat fatal.
Tatalaksana Hepatitis B
Tatalaksana Hepatitis B sangat dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan berbagai gejala yang ditimbulkannya. Seperti infeksi virus lainnya, sangat penting untuk dapat menjaga imunitas tubuh dengan baik agar proses pemulihan dapat berlangsung dengan optimal.
Sangat penting untuk dapat beristirahat dengan cukup, konsumsi pola makan dengan gizi seimbang dengan memilih makanan dengan kandungan karbohidrat dan protein yang lebih mudah dicerna serta memperhatikan hidrasi tubuh dengan baik.
Selain itu, hindari konsumsi alkohol dan obat-obatan yang dapat memperberat kerja hati. Jika ada riwayat konsumsi obat rutin, sangat disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter yang menangani terkait jenis obat dan dosis yang aman dikonsumsi selama masa pengobatan Hepatitis B.
Gejala berupa demam, mual, muntah, nyeri sendi dan otot dapat diatasi dengan obat sesuai dengan kebutuhan, seperti antipiretik untuk menurunkan demam. Kondisi Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus, oleh karena itu biasanya pasien tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali ditemukan ada risiko terjadi infeksi sekunder.
Pada kondisi Hepatitis B kronis atau dengan gejala yang lebih berat biasanya membutuhkan pemantauan yang lebih ketat untuk menilai fungsi hati dan jumlah virus (HBV DNA). Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG untuk melihat apakah ada sirosis hati.
Dokter dapat meresepkan antivirus untuk menurunkan replikasi virus dan menekan kerusakan hati. Pengobatan interferon juga dapat diberikan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan melawan infeksi.
Pencegahan Hepatitis B
Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan gizi seimbang agar imunitas tubuh terjaga dengan baik. Tidak hanya makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, namun kebutuhan akan mikronutrien seperti vitamin dan mineral juga harus dipenuhi.
Selain itu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting agar tidak mudah tertular. Hindari risiko penularan dari cairan tubuh orang yang terinfeksi. Hindari penggunaan alat medis atau jarum suntik yang tidak steril.
Pemberian vaksin pada anak sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI sangatlah penting. Dengan memberikan vaksin sesuai jadwal, akan membantu membentuk antibodi spesifik pada tubuh sehingga ketika suatu saat terinfeksi dapat melawannya dan biasanya gejala yang ditimbulkan akan lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi.
Pemberian vaksin Hepatitis B dapat membantu melawan penyakit Hepatitis B. Pemberian vaksin Hepatitis B sesuai rekomendasi IDAI dapat diberikan pada bayi baru lahir, diikuti dengan dosis berikutnya pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Pemberian dosis booster dapat diberikan pada usia 18 bulan.
Pada orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi Hepatitis B dapat diberikan vaksinasi sebanyak 3 dosis. Dosis kedua diberikan 1 bulan setelah dosis pertama. Sedangkan dosis ketiga dapat diberikan setelah 6 bulan dari dosis pertama.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene