Salah satu jenis virus yang dapat menginfeksi manusia adalah virus Herpes. Namun virus ini memiliki beberapa jenis. Kali ini kita akan membahas lebih lanjut terkait virus Herpes Simpleks yang dapat menyebabkan penyakit kelamin.
Terdapat begitu banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, dari virus, bakteri, jamur hingga parasit. Infeksi virus merupakan salah satu kondisi yang relatif lebih mudah menular dan derajat keparahan gejala yang dialami sangat dipengaruhi oleh kondisi imunitas tubuh seseorang yang terinfeksi.
Virus Herpes Simpleks
Salah satu golongan virus yang dapat menyerang manusia, khususnya yang memiliki imunitas tubuh yang kurang baik adalah virus Herpes. Virus Herpes sendiri terdapat beberapa jenis, seperti Herpes Simpleks (HSV), Varicella-Zoster Virus (VZV), Epstein-Barr Virus (EBV), Cytomegalovirus (CMV), hingga Human Herpesvirus (HHV). Namun saat ini kita akan bahas lebih dalam terkait HSV.
Virus Herpes Simpleks atau HSV adalah virus yang dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, termasuk di dalamnya adalah penyakit kelamin. HSV sendiri terdapat dua tipe, yaitu Herpes Simpleks Tipe 1 (HSV-1) dan Herpes Simpleks Tipe 2 (HSV-2).
HSV-1 menyebabkan penyakit yang disebut dengan herpes oral, dimana tanda dan gejalanya terlihat pada area wajah dan mulut. Ditandai dengan lesi pada permukaan kulit area wajah dan mulut dengan bentuk luka atau lepuhan. Proses penularannya melalui kontak langsung seperti berciuman atau berbagi alat makan.
Sedangkan HSV-2 menyebabkan penyakit yang disebut dengan herpes kelamin atau herpes genital. Dari hasil pemeriksaan akan ditemukan adanya tanda dan gejala khas pada area kelamin, yaitu adanya luka maupun lepuhan pada area tersebut. Pada infeksi virus ini, proses penularannya melalui hubungan seksual.
Gejala
Selain gejala khas yang ditemukan pada kondisi herpes simpleks, baik herpes oral maupun herpes genital, namun dapat ditemukan juga gejala umum yang dapat ditemukan pada kedua kondisi tersebut.
Pada orang yang memiliki imunitas tubuh yang baik, dimana sistem kekebalan tubuh dapat melawan infeksi virus dengan optimal, keluhan yang dialami bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas. Namun dengan kondisi ini, orang tersebut tetap berisiko untuk dapat menularkan ke orang di sekitarnya. Jika kondisi imunitas tubuh sedang tidak optimal, gejala dapat muncul, baik bersifat ringan hingga berat.
Seperti yang ditemukan pada infeksi virus lainnya, ketika seseorang terinfeksi virus herpes simpleks dapat juga disertai dengan gejala demam, mudah lelah dan pembesaran kelenjar getah bening. Kondisi ini seringkali ditemukan pada fase awal, sehingga sulit untuk dibedakan dengan infeksi virus lainnya.
Selain itu, dapat juga ditemukan keluhan gatal atau sensasi terbakar di area yang terinfeksi. Hal ini berkaitan dengan infeksi virus yang dapat mempengaruhi sistem saraf tepi. Di sisi lain, terdapat juga peradangan pada area yang terinfeksi sehingga dapat meningkatkan keluhan nyeri yang dialami.
Faktor Risiko
Seperti infeksi virus lainnya, imunitas tubuh memiliki peranan yang begitu besar. Jika imunitas tubuh terjaga dengan baik, gejala dapat tidak muncul atau bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas. Sedangkan jika imunitas tubuh tidak optimal, maka gejala dapat muncul, bahkan bersifat berat dan bisa menimbulkan komplikasi.
Faktor risiko seseorang terinfeksi HSV akan meningkat jika terdapat riwayat kontak langsung dengan virus, baik dengan orang yang sedang terinfeksi maupun ketika sedang menggunakan alat makan bersamaan dengan orang yang sedang mengalami infeksi virus tersebut.
HSV-1 dapat ditularkan melalui ciuman, berbagi alat makan maupun barang pribadi yang terkontaminasi. Sedangkan HSV-2 dapat ditularkan melalui hubungan seksual tanpa pengaman, baik vaginal, anal maupun oral.
Salah satu proses penularan melalui hubungan seksual, khususnya yang berisiko seperti berhubungan seksual dengan lebih dari satu partner dan tidak menggunakan pengaman serta adanya riwayat infeksi menular seksual.
Selain itu, riwayat penyakit lain yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh seperti pada penderita HIV/AIDS maupun riwayat kemoterapi dan konsumsi imunosupresan akan berisiko lebih tinggi mengalami infeksi dan gejala yang dialami dapat lebih berat.
Bagi penderita penyakit kronis juga berisiko mengalami infeksi. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan kontrol secara rutin agar kondisi tubuh stabil dan menurunkan risiko untuk terinfeksi.
Diagnosis
Anamnesis
Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit herpes.
Pada orang yang memiliki imunitas tubuh yang baik, bisa saja tidak mengalami keluhan apapun atau terdapat keluhan ringan. Namun pada kondisi ini tetap dapat berisiko menularkan ke orang di sekitarnya.
Pada fase awal dapat ditemukan gejala yang serupa dengan infeksi virus lainnya. Demam dan rasa mudah lelah dapat dialami. Selain itu, dapat juga disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Selain itu, dapat juga disertai dengan keluhan lesi pada permukaan kulit yang sangat dipengaruhi oleh jenis virus yang menyebabkan infeksi.
Bisa dikeluhkan adanya gatal, luka maupun lepuhan pada area wajah dan mulut atau pada area kelamin. Keluhan ini juga disertai dengan peradangan yang menyebabkan nyeri dan sensasi seperti terbakar.
Dokter juga akan menanyakan berbagai faktor risiko lain yang dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit herpes. Dokter akan menanyakan apakah ada orang di sekitar dengan keluhan serupa, apakah ada kontak erat, riwayat hubungan seksual berisiko hingga riwayat penyakit penyerta lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada kondisi awal dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh yang biasanya juga ditemukan pada kondisi infeksi virus lainnya.
Pada infeksi HSV-1 dapat ditemukan lesi pada permukaan kulit area wajah dan mulut. Sedangkan pada infeksi HSV-2 dapat ditemukan lesi pada area kelamin. Bentuk lesi biasanya bersifat khas, dimana dapat ditemukan adanya vesikel yaitu lepuhan kecil berisi cairan jernih dikelilingi oleh peradangan kulit di sekitarnya.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk penegakan diagnosis penyakit herpes biasanya cukup dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanpa pemeriksaan penunjang. Namun jika dokter yang menangani ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk evaluasi kemungkinan berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan, pemeriksaan penunjang dapat dilakukan.
Dari pemeriksaan darah dapat dilakukan deteksi antibodi HSV. Pemeriksaan ini cocok dilakukan untuk orang yang berisiko tinggi namun tidak ditemukan gejala khas seperti lesi pada permukaan kulit yang dapat membantu menegakkan diagnosis.
Dokter dapat melakukan pemeriksaan kultur virus untuk dapat memastikan jenis virus yang menyebabkan infeksi yang dialami. Biasanya sampel diambil dari cairan yang berasal dari vesikel pada permukaan kulit yang terinfeksi.
Dapat juga dilakukan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk dapat memastikan jenis virus herpes simpleks yang menyebabkan infeksi, baik HSV-1 atau HSV-2. Pemeriksaan ini memiliki keakuratan yang tinggi. Pemeriksaan Tzanc test dapat juga dilakukan, namun pemeriksaan ini kurang spesifik jika dibandingkan dengan pemeriksaan kultur maupun PCR.
Pada infeksi HSV yang berat dan menunjukkan tanda ensefalitis dapat dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal. Pemeriksaan sampel ini menggunakan metode PCR untuk membantu mendeteksi adanya DNA virus HSV.
Terapi
Terapi orang dengan infeksi HSV dapat dengan membantu meningkatkan imunitas tubuh agar dapat melawan infeksi virus yang ada. Selain itu, sangat penting untuk diberikan terapi sesuai dengan gejala yang dialami. Jika terdapat demam dapat diberikan antipiretik. Sedangkan jika ada keluhan nyeri dapat diberikan pereda nyeri. Kompres dingin juga dapat membantu mengatasi peradangan dan nyeri.
Selain itu, untuk dapat melawan HSV dokter akan meresepkan anti virus seperti Acyclovir, Valacyclovir atau Famciclovir. Dosis dan durasi pemberian anti virus sangat dipengaruhi oleh gejala yang dialami. Sangat disarankan untuk konsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter agar pengobatan dapat optimal.
Dokter juga dapat memberikan obat topikal berupa salep yang berisi antivirus bila diperlukan. Biasanya obat ini diberikan untuk lesi pada area wajah dan bibir.
Pencegahan
Upaya pencegahan penyakit herpes sangat dipengaruhi oleh faktor risiko yang dimiliki. Penting untuk tetap menjaga kebersihan tubuh, pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang, rutin olah raga dan menghindari stres agar imunitas tubuh dapat terjaga dengan baik.
Jika memiliki riwayat penyakit kronis yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, sangat penting untuk dapat kontrol secara rutin agar kondisi tubuh tetap stabil dan imunitas tubuh tetap terjaga dengan baik.
Sangat penting untuk menghindari paparan dengan virus Herpes Simpleks. Hindari hubungan seksual berisiko, kontak langsung maupun menggunakan barang seperti alat makan dengan orang yang sedang terinfeksi HSV.
Komplikasi
Jika tidak dapat ditangani dengan baik, penyakit herpes dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi kulit yang berat, infeksi pada mata, ensefalitis, meningitis, penyebaran ke organ lain, komplikasi kehamilan hingga penularan pada bayi saat proses melahirkan.
Kapan Harus ke Dokter?
Ketika Anda memiliki beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan Anda terinfeksi HSV dan mengalami komplikasi, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter sebelum terjadi berbagai komplikasi yang tidak diinginkan.
Jika sudah tahu terinfeksi, sebaiknya melakukan isolasi mandiri untuk dapat menurunkan risiko penularan kepada orang di sekitar. Sangat penting untuk dapat melakukan pengobatan secara tuntas untuk menurunkan risiko penyebaran penyakit.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene