RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Pola Asuh yang Baik untuk Kesehatan Mental Anak

Pola Asuh yang Baik untuk Kesehatan Mental Anak

pola-asuh-rs-bunda-group

Pola asuh menjadi salah satu langkah penting yang harus orang tua ketahui. Salah dalam melakukannya bisa mengakibatkan masa depan buruk bagi buah hati. Dari pola asuh, orang tua memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian, pembawaan, hingga pendirian anak di masa depan mereka.

Baca Juga: Anak Pendiam dan Susah Bergaul? Kenali Penyebabnya

Oleh karena itu, perlu adanya pembicaraan secara intensif baik Ayah atau Bunda mengenai hal ini. Dengan demikian, buah hati bisa tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan kuat jasmani serta rohani.

Mengenal 3 Jenis Pola Asuh 

Demi mendapatkan hasil positif, tidak ada salahnya Anda mulai belajar dan mencari tahu bagaimana cara mendidik anak yang tepat. Beberapa orang tua mungkin berpegang teguh dengan teknik didikkan mereka, namun Anda perlu mengingat bahwa tiap zaman berbeda dari zaman lainnya, sehingga tidak ada salahnya untuk menambah pengetahuan saat ini dalam pola asuh Anda. Berikut adalah beberapa jenis pola asuh yang perlu Anda ketahui.

1.      Otoritatif

Pola asuh pertama adalah otoritatif. Teknik ini hampir sama dengan zaman orang tua dulu di mana Anda harus memberikan aturan khusus dan anak wajib mematuhinya. Perbedaannya, Anda harus memberikan alasan untuk tiap aturan yang mudah dipahami dan masuk akal.

Contohnya, bagi anak remaja, Anda memberlakukan aturan bahwa tidak boleh keluar rumah di atas jam 9 malam. Jelaskan bahwa aturan ini disebabkan bahwa pada jam 9 malam jalanan akan mulai sepi dan potensi terjadinya kriminal lebih tinggi, sehingga akan lebih aman untuk pulang sebelum jam 9 malam. 

Bila anak atau remaja ada masukan, bisa dipertimbangkan bersama. Dengan demikian, anak dan remaja akan belajar untuk disiplin, kompromi, dan komunikasi.

2.      Kasih Sayang

Pola asuh berikutnya adalah kasih sayang. Anda akan menciptakan lingkungan hangat yang melibatkan kontak fisik secara proporsional. Dari menggendong, mengelus kepala, pelukan, dan lain sebagainya untuk menunjukkan rasa sayang dan perhatian pada anak dan remaja. Rutinitas ini dapat mengembangkan kualitas emosional dan empati anak.

Teknik ini juga perlu diimbangi dengan disiplin yang tegas sehingga anak dan remaja dapat membangun pendirian mereka sendiri dengan standar yang sehat dan berkualitas.

3.      Pendampingan

Pola asuh terakhir adalah pendampingan, disini Anda akan membebaskan buah hati melakukan apa saja sesuai kemauan dan kreativitasnya. Bahkan, mendukung keinginannya tetapi tidak dibebaskan sepenuhnya terutama saat salah.

Baca Juga: Aduh, Anak Terlambat Bicara

Orang tua akan memberi tahu dan memberikan alasan sekaligus melakukan contoh yang benar. Pola seperti ini mendorong buah hati untuk kreatif, serta mengetahui solusi terbaik dari sebuah masalah.

9 Tips Pola Asuh yang Baik untuk Kesehatan Anak

Setelah mengetahui bagaimana pola yang benar, saatnya masuk ke tipsnya tambahan dalam mengasuh anak. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda terapkan sejak dini.

1.      Menciptakan Suasana Kondusif

Tips yang pertama adalah menciptakan lingkungan kondusif. Usahakan anak selalu nyaman terhadap Anda. Akan ada saatnya Anda mengalami emosi negatif, dan upayakan agar anak tidak melihat emosi ini. Bila memungkingkan, titipkan anak pada pasangan Anda sebelum melepaskan emosi sehingga Anda dapat kembali pada anak dengan perasaan hati yang lebih segar.

2.      Waktu Bermain yang Sehat

Orang tua yang terlalu protektif dapat menghasilkan anak dengan kemampuan sosial rendah. Biarkan anak bermain dalam jarak yang aman agar anak dapat mengenal dunia di sekitarnya. Dengan demikian, anak Anda akan terbiasa untuk bereksplorasi dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

3.      Tumbuhkan Rasa Percaya Diri

Kritik konstruktif dapat membangun karakter anak, namun pastikan juga untuk memberikan pujian yang setimpal. Dengan demikian, anak dapat belajar mengoreksi diri sendiri juga membangun kepercayaan diri.

Jika anak mengalami kegagalan, Anda dapat menyemangatinya dengan membantu anak untuk belajar agar menjadi lebih baik lagi. Pola asuh ini akan mengajarkan anak untuk tetap bersemangat meski telah gagal berkali-kali.

4.      Budayakan Kebiasaan Hidup Sehat

Kebiasaan hidup sehat dapat dimulai dari olahraga rutin, pola makan sehat, serta mentalitas yang berkualitas. Ajarkan anak untuk menjadi dirinya sendiri tanpa perlu mengembangkan rasa iri atau menjatuhkan orang lain untuk menjadi yang terbaik. Ajarkan mengapa perundungan itu buruk untuk dilakukan dan untuk tidak membeda-bedakan orang berdasarkan penampilan belaka.

Baca Juga: Tutorial Cara Menggosok Gigi yang Benar Pada Anak

5.      Bangun Kepercayaan

Akan ada saatnya anak belajar untuk berbohong. Hal ini merupakan hal yang normal, dan Anda dapat mengajarkan anak untuk mengurangi perilaku ini melalui praktik kepercayaan pada satu sama lain.

Hal ini bisa dimulai dengan menghormati privasi anak. Dari mengetuk pintu sebelum memasuki kamar anak, hingga tidak membaca jurnal harian (diary) anak. Jika Anda menemukan anak sedang berbohong, hindari amarah terhadap kebohongan dan fokus untuk meminta kejujuran anak.

Setelah anak jujur pada Anda, hargai kejujuran tersebut sehingga anak juga akan belajar bahwa aman untuk jujur pada Anda. 

Dengan demikian, anak Anda akan belajar untuk mengurangi perilaku berbohong dan mulai mempercayai Anda.

6.      Tumbuhkan Semangat Pantang Menyerah

Sama seperti kepercayaan diri, semangat pantang menyerah anak juga berasal dari sikap suportif orang tua.

Jika anak gagal, tuntun anak untuk melihat dimana kegagalan tersebut berasal dan coba lagi dengan cara lain hingga menemukan metode yang benar. Dengan demikian, anak akan belajar untuk berpikir out of the box dan tidak takut untuk gagal.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

7.      Hindari Pertanyaan Sarkastik

Bagi orang dewasa, sarkasme adalah suatu bentuk humor. Bagi anak, sarkasme dapat berupa kata-kata menyakitkan pada mereka. Gunakan sarkasme secara ringan dalam topik yang tidak penting pada anak, dengan demikian, mereka dapat belajar mengenai bahasa ini dengan perlahan tanpa menyakiti perasaan anak sendiri.

8.      Mengajarkan Kejujuran

Beberapa orang tua tentu sulit untuk mengakui kesalahan mereka pada anak. Hal ini cenderung datang dari keinginan orang tua untuk menjadi sosok panutan yang sempurna bagi anak. Meskipun demikian, ada baiknya untuk jujur pada anak untuk menghindari kesan munafik pada orang tua.

Dengan jujur pada anak, orang tua memberi contoh pada anak untuk tidak mengingkari diri dan selalu menepati kata mereka.

9.      Ajari Mereka Meredakan Stress

Anak dapat meniru banyak hal dari orang tua, dan salah satunya adalah cara orang tua mengekspresikan emosi mereka. Jika orang tua cenderung meningkatkan volume suara saat marah, maka anak akan belajar untuk mengeluarkan emosi mereka dalam ledakan tak terkendali.

Cara mengekspresikan diri yang tepat dapat dimulai dengan menjelaskan perasaan dan apa yang membuat anak Anda merasa kesal. Dengarkan anak dengan tulus dan jangan tepiskan opini mereka. Setelah Anda menemukan inti masalah anak, tuntun mereka untuk menemukan jalan keluar terbaik.

Kesehatan mental anak penting untuk dijaga, dengan demikian ada baiknya bagi orang tua untuk mengikuti konsultasi kejiwaan sebelum mulai mengasuh anak. Kenali diri Anda sendiri dan bagaimana pola asuh Anda dapat membawa banyak pengaruh positif pada anak. 

Baca Juga: Kenali Bakat dan Kesehatan Anak Sedari Dini dengan Pemeriksaan Circle DNA (Diagnos)

Jika Anda membutuhkan bantuan profesional, reservasikan sesi konsultasi dengan ahli anak dari jadwal dokter kami. Kunjungi juga laman informasi untuk menemukan layanan kesehatan lainnya.

Share This Article: