RS Bunda Group

Berita & Artikel

Ayah, Perhatikan Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

  • Beranda
  • Ayah, Perhatikan Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga
kesehatan-mental-ibu-rumah-tangga-rs-bunda-group

Kesehatan mental ibu rumah tangga terkadang menjadi satu poin yang sering ayah sepelekan. Budaya sosial di berbagai negara masih menekan agar ibu harus berbahagia dalam mengurus rumah tangganya. Meskipun demikian, ibu masih seorang manusia yang pada akhirnya juga akan merasa lelah.

Baca Juga: Moms, Yuk Kenali 3 Penyebab Baby Blues dan Cara Mengatasinya

Peran ayah di rumah tidak terlalu ditekankan untuk berinteraksi dengan anak dan pekerjaan rumah seperti seorang ibu. Dengan demikian, ayah jarang memikirkan bahwa timbunan pekerjaan rumah juga akan membuat ibu stres. Beban kesehatan mental ini dapat memunculkan berbagai penyakit kronis jika tidak mendapatkan pertolongan yang tepat.

Tekanan mental yang berlebih akan berpengaruh pada kondisi darah. Tekanan darah yang naik drastis akan mengarah ke jantung, dan organ-organ lain ikut merasakannya. Berikut adalah mengapa para anggota keluarga lain juga harus peduli dengan kesehatan mental ibu.

Emotional Labor dan Kesehatan Mental Ibu

Menjaga kesehatan mental ibu rumah tangga sangat penting karena kesehatan mental sangat berkaitan dengan kesehatan fisik secara keseluruhan. Selain mengerjakan pekerjaan rumah, umumnya ibu rumah tangga di Indonesia juga mengerjakan apa yang disebut dengan ‘emotional labor’.

Emotional labor adala beban emosi—terutama emosi negatif atau stres—yang muncul dalam hubungan, baik antar suami istri maupun dalam hubungan familial suatu keluarga. Memberi dan menerima secara emosional kolektif ini adalah wujud dari emotional labor.

Emotional labor juga melibatkan pekerjaan dan upaya yang dilakukan untuk memastikan suatu hubungan tidak berantakan. Pekerjaan dalam emotional labor meliputi menahan keluhan, membereskan sampah orang lain untuk menghindari konfrontasi, hingga menanggung curaha beban hati orang lain. 

Pekerjaan ini bisa sangat membebani ibu. Di Indonesia, ibu juga seringkali berperan sebagai satu-satunya orang yang mempertahankan hubungan agar tetap hidup. Hal ini dapat berupa mengusulkan perayaan hari jadi, merayakan hari ulang tahun anak, dan mengajak piknik bersama dengan keluarga. Jika pasangan ibu tidak kunjung membagi emotional labor ini, ibu akan menerima terlalu banyak stres dan negativitas yang akhirnya menciptakan beban mental.

Tips Membina Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Setelah mengetahui pengetahuan dasar mengenai emotional labor dan hubungannya dengan kesehatan mental ibu rumah tangga, kini saatnya untuk melakukan upaya nyata. Berikut adalah beberapa cara yang dapat ayah mulai lakukan:

  • Pahami Pekerjaan dalam Emotional Labor

Suatu hubungan tanpa emotional labor tidak bisa menjadi hubungan yang sehat. Penting bagi pria untuk memahami bahwa wanita tidak dapat bertanggung jawab atas emosi pria sepanjang waktu. Pria harus belajar bagaimana mengatur dan mengatasi masalah emosional mereka sendiri terlebih dahulu.

Sebagai pria, mungkin Anda terbiasa untuk mengekspresikan emosi Anda kecuali sebagai bentuk pertahanan diri (seperti menegur orang yang memprovokasi Anda atau meninggikan suara sebagai bentuk intimidasi). 

Penyumbatan emosi ini akan menghalangi Anda untuk memahami bagaimana pentingnya sisi emosi positif seperti romansa, kegembiraan, dan konsistensi dalam membina hubungan sehat dalam jangan waktu panjang. Anda dapat mulai mempelajari lebih lanjut mengenai emotional labor untuk membantu meringkankan beban emosional ibu.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

  • Dengar dan Perhatikan–Jangan Langsung Jawab

Dalam budaya Indonesia, seringkali pria hanya dapat menyelesaikan masalah langsung tanpa menyentuh isu lainnya. Sedangkan perempuan lebih sering diajarkan untuk menyelesaikan masalah sekaligus dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah sebelumnya. 

Karena inilah banyak ayah di Indonesia yang seringkali berperan sebagai penyedia sumber daya, teknisi, dan pelindung keluarga, sedangkan ibu sebagai pengasuh, juru masak, akuntan, terapis, guru, hingga jasa bersih-bersih di rumah. 

Pria perlu belajar bahwa tidak semua kritik dari pasangannya merupakan serangan terhadap harga diri pria. Seperti yang dikatakan sebelumnya, perempuan cenderung berusaha menyelesaikan satu masalah beserta dengan aspek-aspek dari masalah pertama. 

Jika ibu akhir-akhir ini sering mengajak untuk makan atau piknik bersama di luar rumah ini tidak berarti bahwa ibu tidak menyukai rumah yang saat ini. Ibu hanya berusaha untuk mempererat hubungan keluarga dengan bonding time bersama dengan lingkungan baru yang menyenangkan dan tidak mahal.

  • Konsistensi dan Kompromi

Stereotipe istri yang cerewet seringkali memperlihatkan gambaran seorang istri yang selalu marah pada suaminya. Meski hal ini juga terjadi di dunia nyata, omelan ibu rumah tangga lebih sering berawal dari perilaku suami.

Saat ibu mengeluhkan sesuatu dalam rumah tangga, keluhan ini sebenarnya adalah sebuah permintaan pertolongan yang tidak tersampaikan sehalus ekspetasi ayah karena kondisi ibu yang sudah terlalu lelah untuk menata kalimat yang menyenangkan hati. Bagi ayah, omelan ini lebih terlihat seperti keluhan tanpa henti dari istri yang tidak tahu berterima kasih. Karenanya, akan lebih mudah bagi ayah untuk bersembunyi dan mengabaikan omelan ini.

Hal ini akan membuat ibu jauh lebih marah, dan sirkulasi omelan kembali ke tahap pertama. Untuk menghentikan omelan ini, ayah dapat membagi emotional labor dengan berkompromi terhadap tuntutan ibu sehingga keduanya dapat mencapai kesepakatan. Dengan demikian, ayah dapat memahami ibu dengan lebih baik, dan ibu juga akan dapat meringankan pekerjaannya.

  • Jangan Takut Untuk Berkomunikasi

Salah satu bagian tersulit dari melakukan pekerjaan emosional bagi pria adalah keengganan untuk menjadi rentan dengan emosi mereka. Salah satu bagian terpenting dari emotional labor adalah komunikasi terbuka. Bagi pria yang telah terbiasa dengan mengurung perasaan dan kelemahannya, bagian ini mungkin akan sangat menyulitkan karena perasaan malu saat membuka diri yang sering hadir saat berkomunikasi.

Untuk membantu kesehatan mental ibu, Anda harus mau berkomunikasi secara terang-terangan agar semua orang bisa saling mengerti. Langkah ini akan terlihat kecil dan remeh ketimbang dengan kerja fisik yang Ayah biasa lakukan di rumah, namun langkah ini mampu membuat hubungan menjadi lebih sehat dan bertahan lama bagi banyak pihak.

Baca Juga: Kenali ADHD Pada Dewasa Beserta Gejala dan Pengobatannya

Jika kesehatan mental ibu sekiranya membutuhkan pertolongan yang lebih profesional, ada baiknya Anda melakukan reservasi konsultasi dengan psikiater atau psikolog. Ketahui jadwal dokter RS Bunda Group untuk menemukan waktu kunjungan terbaik, dan temukan layanan kesehatan lainnya di laman informasi kami.

Bagikan Artikel Ini: