Salah satu penyakit organ reproduksi yang sering ditemukan pada wanita adalah kista ovarium. Meskipun bisa saja tidak menimbulkan gejala dan tidak mengganggu, namun di sisi lain dapat juga menimbulkan berbagai komplikasi. Mari kita bahas lebih lanjut.
Ovarium adalah salah satu organ reproduksi wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur dan hormon yang berkaitan dengan sistem reproduksi seperti progesteron dan esterogen. Terdapat dua indung telur atau ovarium, yaitu pada sisi kanan dan kiri.
Kista merupakan kantong yang berisi cairan. Tidak hanya dapat ditemukan pada organ reproduksi seperti ovarium, kista juga dapat ditemukan pada bagian lain pada tubuh. Kista bersifat jinak atau non-kanker. Namun jika ukurannya cukup besar dapat menimbulkan masalah.
Kista ovarium merupakan kantong berisi cairan yang terbentuk di bagian ovarium. Kista dapat ditemukan di dalam maupun permukaan ovarium. Ada kista ovarium yang dapat hilang dengan sendirinya, namun ada juga yang membutuhkan tatalaksana lebih lanjut.
Penyebab
Kista ovarium dapat bersifat fisiologis dimana merupakan bagian dari siklus menstruasi dan tidak berbahaya, namun bisa juga bersifat patologis dimana disebabkan oleh faktor lain yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat.
Kista fisiologis
Pada siklus menstruasi akan terbentuk kista folikel dan kista korpus luteum. Pada fase ini, akan terlihat gambaran kista pada ovarium. Namun biasanya kista tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah melewati fase tersebut. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan pemeriksaan lanjutan dalam beberapa minggu untuk dapat memastikannya.
Kista patologis
Kista ini bisa disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon reproduksi. Jika terdapat ketidakseimbangan antara hormon esterogen dan progesteron dapat memicu terbentuknya kista ovarium.
Pada orang dengan endometriosis, dimana terdapat jaringan yang mirip dengan lapisan dalam rahim ditemukan di bagian lain dalam tubuh, salah satunya ovarium, dapat membentuk kista.
Pada infeksi atau peradangan pada panggul dapat menyebabkan komplikasi berupa pembentukan kista pada area ovarium jika terdapat perluasan infeksi. Faktor genetik juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya kista ovarium.
Pada awal kehamilan, dapat ditemukan juga kista ovarium. Namun biasanya kista ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan janin pada masa kehamilan.
Gejala
Pada fase awal, kista ovarium dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali karena tidak menimbulkan keluhan bermakna pada saat beraktivitas. Namun jika ukurannya cukup besar dan menimbulkan penekanan pada organ lain di sekitarnya, kista ovarium dapat menimbulkan keluhan.
Jika ukuran kista cukup besar dan menekan organ lain di sekitarnya dapat menimbulkan keluhan berupa nyeri panggul. Nyeri bersifat tumpul pada area tumbuhnya kista. Intensitas nyeri bisa dirasakan terus-menerus atau intermiten.
Selain itu, kista yang berukuran besar dapat menyebabkan keluhan kembung dan perut terasa penuh karena adanya kista yang menimbulkan penekanan pada area saluran pencernaan. Perut dapat terlihat mengalami pembesaran. Biasanya bentuk perut akan mengalami perubahan, dimana terdapat pembesaran pada area lokasi kista.
Karena ovarium memiliki peranan penting dalam mengatur keseimbangan hormon reproduksi, jika terdapat kista ovarium dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Siklus bisa menjadi tidak teratur dan volume darah menstruasi juga dapat mengalami perubahan.
Ukuran kista yang cukup besar juga dapat menyebabkan penekanan pada organ saluran kemih. Hal ini dapat memicu keluhan berupa sulit buang air kecil dan perubahan frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering.
Pada beberapa kasus dapat ditemukan juga nyeri saat berhubungan seksual atau dispareunia. Selain itu, dapat juga mengalami keluhan berupa nyeri pinggang hingga mual dan muntah.
Faktor Risiko
Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kista ovarium. Ovarium sangat berkaitan erat dengan keseimbangan hormon reproduksi. Pada orang yang memiliki gangguan keseimbangan hormon reproduksi dapat mengalami gangguan pada siklus menstruasi hingga mengalami kista ovarium.
Pada sindrom ovarium polikistik (PCOS) dimana terdapat banyak kista kecil dalam ovarium dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dan fertilitas seseorang. Pada endometriosis, dimana ditemukan jaringan seperti endometrium di luar rahim, dapat membentuk kista pada ovarium.
Ketika seseorang mengalami peradangan atau infeksi pada area panggul jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan penyebaran infeksi ke ovarium hingga membentuk kista.
Pada awal kehamilan dapat juga terbentuk kista pada ovarium. Namun biasanya kondisi ini bersifat sementara dan kista dapat hilang dengan sendirinya tanpa tindakan tertentu. Namun dokter akan tetap menyarankan untuk melakukan evaluasi secara berkala.
Pada orang dengan riwayat anggota keluarga mengalami kista ovarium dapat meningkatkan risiko mengalami hal yang serupa. Konsumsi obat fertilitas yang mengandung hormon dapat meningkatkan risiko pembentukan kista ovarium.
Selain itu, pada penelitian dinyatakan bahwa usia 20-35 tahun memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kista ovarium. Orang dengan obesitas juga dapat memiliki risiko lebih tinggi mengalami kista ovarium. Hal ini juga berkaitan dengan keseimbangan hormon.
Diagnosis
Anamnesis
Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk mengetahui lebih detail terkait keluhan yang dialami untuk dapat membantu menegakkan diagnosis penyakit yang dialami.
Pada fase awal, kista ovarium bisa tidak menimbulkan keluhan sama sekali. Tidak jarang kista ovarium ditemukan pada saat pemeriksaan medical check up secara rutin. Ketika dilakukan skrining pemeriksaan USG abdomen tidak sengaja terlihat kista pada ovarium meskipun tidak ada keluhan sama sekali.
Pada kondisi seperti ini, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan USG kembali untuk dapat memastikan kista ovarium yang ditemukan apakah bersifat fisiologis dimana akan hilang dengan sendirinya atau bersifat patologis dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Pada kista ovarium yang ukurannya cukup besar dapat menimbulkan penekanan pada organ lain di sekitarnya sehingga dapat muncul berbagai keluhan. Gejala yang dapat ditemukan adalah adanya keluhan nyeri perut. Nyeri biasanya dapat bersifat tumpul dan dirasakan terus-menerus atau intermiten.
Kista pada ovarium biasanya dapat mempengaruhi keseimbangan hormon sistem reproduksi. Oleh karena itu, tidak jarang menimbulkan keluhan berupa siklus menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, volume darah menstruasi juga dapat terganggu. Dapat lebih banyak maupun lebih sedikit daripada seharusnya.
Jika terdapat pembesaran kista ovarium, dapat juga mempengaruhi bentuk perut dimana dapat mengalami pembesaran, khususnya pada lokasi kista. Penekanan pada organ sistem pencernaan dapat terjadi dan menyebabkan sering mengalami kembung dan mudah kenyang. Tidak jarang menimbulkan keluhan mual hingga muntah.
Jika terdapat penekanan pada area saluran kemih, dapat juga menimbulkan keluhan buang air kecil. Dapat ditemukan gejala berupa sulit buang air kecil hingga perubahan frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering.
Selain itu, dapat juga ditemukan keluhan berupa nyeri pada saat berhubungan seksual atau dikenal dengan dispareunia.
Penting juga untuk menilai apakah ada faktor risiko lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kista ovarium, seperti konsumsi obat hormonal, riwayat anggota keluarga dengan kista ovarium dan faktor lainnya.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik awal, dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital dapat ditemukan secara keseluruhan dalam batas normal.
Pada kista ovarium yang cukup besar, pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan pembesaran perut, khususnya pada lokasi terdapatnya kista ovarium. Bila diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan apakah kecurigaan pembesaran tersebut berasal dari ovarium atau tidak.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah jika ada kecurigaan ke arah infeksi atau keganasan. Jika memiliki kecurigaan terhadap kanker ovarium dapat dilakukan pemeriksaan tumor marker CA-125.
Selain itu, dokter biasanya akan menyarankan pemeriksaan USG. Dapat dilakukan dengan metode transabdominal maupun transvaginal. Pemeriksaan ini penting untuk dapat mengetahui ukuran, lokasi dan karakteristik kista dan memastikan apakah benar terdapat kista ovarium atau tidak.
Bila diperlukan, dokter dapat menyarankan pemeriksaan lebih lanjut seperti CT scan atau MRI. Dengan pemeriksaan ini, gambaran yang dihasilkan akan lebih detail, termasuk jika ingin melakukan pemeriksaan jaringan di sekitarnya.
Jika dokter memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dan membutuhkan sampel jaringan, dokter dapat menyarankan untuk melakukan tindakan laparoskopi disertai dengan biopsi. Akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomis terhadap jaringan untuk dapat memastikan apakah jaringan bersifat jinak atau ada tanda keganasan.
Metode ini biasanya dilakukan pada kista yang ukurannya cukup besar dan ada kecurigaan ke arah keganasan. Tahapan ini sangat penting untuk dapat menentukan tatalaksana lebih lanjut.
Terapi
Pada kasus kista ovarium awal yang ukurannya kecil atau bersifat fisiologis, dimana tidak menimbulkan keluhan bermakna biasanya dokter akan menyarankan evaluasi secara berkala.
Hal ini dilakukan karena biasanya jenis kista ini dapat hilang dengan sendirinya tanpa memerlukan tatalaksana lebih lanjut. Biasanya dokter akan menyarankan untuk menjaga pola hidup sehat dengan pola makan dengan gizi seimbang dan rutin berolahraga.
Pada kondisi tertentu, dokter dapat mempertimbangkan pemberian obat hormonal. Terapi hormonal diperlukan untuk dapat menjaga keseimbangan hormon dan memperlancar siklus menstruasi menjadi teratur dan mencegah pembentukan kista baru.
Jika terdapat keluhan penyerta seperti nyeri perut, mual dan muntah, dokter dapat memberikan obat simtomatis sesuai dengan gejala yang dikeluhkan. Jika terdapat nyeri, dokter akan memberikan pereda nyeri dan antiemetik untuk keluhan mual muntah.
Pada kista yang ukurannya besar, menyebabkan penekanan ke organ dan jaringan sekitar serta menimbulkan keluhan, maka terapi pembedahan dapat menjadi pilihan. Dokter dapat menyarankan tindakan laparoskopi, yaitu prosedur bedah minimal invasif dengan sayatan kecil untuk mengangkat kista.
Namun untuk ukuran kista yang cukup besar dan terdapat kecurigaan ke arah keganasan, membutuhkan prosedur pembedahan yang lebih besar, yaitu laparotomi. Dokter biasanya akan mengangkat kista secara keseluruhan dan bila perlu jaringan di sekitarnya yang mengalami kerusakan.
Setelah tidakan pembedahan, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan sampel jaringan lebih lanjut untuk memastikan apakah tidak ada tanda ke arah keganasan. Pada kasus kanker, perawatan lebih lanjut seperti kemoterapi maupun radioterapi mungkin dibutuhkan.
Pencegahan
Sangat penting utnuk menjaga pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rutin berolahraga. Hindari konsumsi makanan olahan dan instan secara berlebihan karena dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh.
Pada orang dengan faktor risiko anggota keluarga yang mengalami kista ovarium, maka pemeriksaan rutin atau skrining dengan pemeriksaan medical check up secara berkala sangatlah penting. Hal ini penting untuk deteksi dini dan tatalaksana lebih lanjut.
Jika mengalami gejala seperti nyeri perut dalam jangka panjang, siklus menstruasi tidak teratur dan mual muntah tanpa sebab yang jelas, sebaiknya melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter untuk dapat dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan dan menyingkirkan kemungkinan adanya kista ovarium.
Komplikasi
Kista ovarium biasanya tidak menimbulkan keluhan maupun komplikasi yang bermakna. Namun jika ukurannya cukup besar dan menimbulkan penekanan pada organ dan jaringan di sekitarnya dapat menyebabkan munculnya gejala.
Jika terdapat penekanan pada sistem pencernaan dapat menyebabkan sering mengalami kembung, mudah kenyang hingga mual dan muntah. Jika terdapat penekanan pada saluran kemih dapat menimbulkan gejala berupa gangguan buang air kecil. Keluhan dapat berupa buang air kecil menjadi sulit atau lebih sering.
Pada kista ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan terpelintirnya ovarium atau torsi ovarium hingga memutuskan aliran darah ke ovarium. Kondisi ini dapat memicu nyeri perut hebat, mual dan muntah.
Kista dapat mengalami pecah atau ruptur, terlebih jika ukurannya cukup besar, risiko ini akan lebih tinggi untuk terjadi. Jika terjadi, dapat memicu keluhan berupa nyeri perut hebat dan perdarahan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memicu terjadinya syok dan dapat mengancam nyawa.
Pada beberapa kasus, kista ovarium dapat disertai dengan infeksi. Hal ini memicu terjadinya abses dan perluasan infeksi. Selain itu, meskipun kista ovarium sebagian besar bersifat jinak, namun ada beberapa kasus bersifat ganas. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemantauan secara berkala dengan dokter.
Kista ovarium juga dapat mempengaruhi kesuburan sehingga dapat menyebabkan infertilitas sehingga seseorang menjadi lebih sulit untuk hamil.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda memiliki faktor risiko seperti riwayat anggota keluarga dengan kista ovarium atau konsumsi obat tertentu yang dapat mempengaruhi keseimbangan hormon, meskipun tidak memiliki gejala, sangat penting untuk melakukan skrining secara berkala dengan melakukan pemeriksaan medical check up secara rutin.
Jika memiliki gejala seperti nyeri perut kronis khususnya pada area perut bawah sisi kiri maupun kanan disertai dengan gejala penyerta di atas tanpa sebab yang jelas, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter.
Bila perlu, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan jika terdapat kecurigaan ke arah kista ovarium.
Sangat penting untuk melakukan pencatatan secara rutin terkait dengan siklus menstruasi. Dengan metode ini kita dapat melihat apakah siklus menstruasi berjalan secara teratur.
Siklus menstruasi tergolong normal dengan jarak 28 hari. Siklus dapat bervariasi setiap bulannya. Jika siklus menstruasi maju atau mundur 7 hari dari jadwal seharusnya masih tergolong normal.
Namun jika siklus menstruasi mulai memanjang, volume darah yang keluar pada saat menstruasi jauh lebih banyak atau lebih sedikit dari seharusnya, harus lebih diperhatikan.
Jika tidak ada faktor lain seperti perubahan pola makan, olahraga, istirahat atau sedang stres yang dapat memicu terjadinya perubahan siklus menstruasi dan kondisi ini berlangsung lebih dari 3 bulan, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter untuk dapat memastikan apakah kondisi masih tergolong normal atau ada hal lain yang mendasarinya.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene