RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Penyakit Tetanus – Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Ke Dokter

Penyakit Tetanus – Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Ke Dokter

Penyakit tetanus merupakan salah satu penyakit yang cukup diwaspadai karena riisko gejala berat dan komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Namun penyakit ini dapat dibantu dicegah dengan pemberian vaksin DPT. Mari kita bahas lebih lanjut. 

Penyakit tetanus adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini tidak dapat ditularkan antara satu orang dengan orang lainnya. Namun biasanya infeksi ini terjadi karena adanya paparan luka dengan benda yang terkontaminasi. Penyakit ini juga dapat dialami oleh orang di berbagai rentang usia. 

Apa penyebab tetanus? 

Penyakit tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani yang mengeluarkan racun tetanospasmin. Berbeda dengan penyakit lain yang dapat dicegah dengan vaksin DPT, yaitu difteri dan pertusis yang proses penyebarannya melalui droplet, penyakit ini berkaitan dengan benda yang terkontaminasi bakteri. 

Bakteri ini biasanya ditemukan pada tanah, debu dan kotoran. Seseorang dapat terinfeksi dan mengalami tetanus ketika memiliki luka atau cedera kemudian terpapar dengan benda tersebut yang telah terkontaminasi bakteri. 

Gejala tetanus 

Gejala tetanus pada umumnya tidak muncul sesaat setelah terpapar bakteri. Gejala akan muncul 3-21 hari setelah terinfeksi. Banyak kasus yang ditemukan gejala setelah sekitar 10 hari pasca teirnfeksi. 

Bakteri penyebab tetanus akan mengeluarkan toksin yang disebut dengan tetanospasmin dan dapat menyerang sistem saraf. Gejala khas yang dapat ditemukan pada orang yang terinfeksi adalah kekakuan pada otot rahang atau dapat disebut dengan lockjaw. Dengan kondisi ini, maka mulut akan sulit untuk dibuka atau menjadi kaku. 

Tidak hanya pada area rahang, kekakuan dapat juga terlihat pada aera leher dan perut. Kekakuan pada otot juga dapat menyebabkan kesulitan dalam menelan hingga sulit untuk bernapas. Hal ini dapat terjadi karena saat kita bernapas, maka akan membutuhkan pergerakan otot pernapasan. Namun kondisi ini terbatas karena adanya infeksi. 

Selain itu, gejala lain yang dapat ditemukan adalah kejang otot yang dipicu oleh rangsangan suara atau cahaya. Gejala lain berupa demam, berkeringat hingga peningkatan detak jantung juga dapat ditemukan. 

Komplikasi tetanus 

Komplikasi dapat terjadi jika kondisi tetanus tidak ditangani dengan baik. Komplikasi dapat ditemukan di berbagai rentang usia, termasuk pada anak. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat memberikan penanganan yang tepat. 

Komplikasi dari tetanus yang dapat ditemukan berupa spasme otot berat hingga dapat menyebabkan fraktur atau patah tulang dan dislokasi. Selain itu, infeksi dapat meluas hingga menimbulkan infeksi pada sistem pernapasan. 

Kekurangan oksigen dapat menimbulkan kerusakan otak. Pada bayi baru lahir atau orang yang belum divaksinasi, risiko mengalami gejala berat hingga komplikasi dan kematian dapat terjadi. 

Tatalaksana tetanus 

Tatalaksana pertusis sangat dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan berbagai gejala yang ditimbulkannya. Gejala penyerta berupa demam dapat diatasi dengan konsumsi obat berupa antipiretik untuk menurunkan demam. 

Pada kondisi kekakuan otot, dokter dapat memberikan obat penenang dan pelemas otot untuk membantu menurunkan risiko kejang dan kekakuan pada otot. Dapat diberikan antitoksin tetanus untuk membantu menetralisir racun yang beredar di dalam tubuh. 

Sedangkan untuk kondisi infeksi bakteri ini membutuhkan penanganan berupa antibiotik. Penggunaan obat ini harus sesuai dengan rekomendasi dokter agar pengobatan dapat optimal dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik. 

Pada kondisi tetanus dengan gejala berat dan membutuhkan evaluasi secara ketat  perlu dilakukan di rumah sakit. Tidak jarang akan dibutuhkan perawatan intensif dan alat bantu untuk pernapasan. 

Pencegahan tetanus 

Proses terjadinya tetanus berkaitan erat dengan adanya luka yang terkontaminasi, seperti luka tusuk yang dalam karena paku atau besi berkarat, luka robek, luka goresan atau gigitan hewan, luka bakar terkontaminasi hingga luka bedah atau suntikan yang tidak steril. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar, khususnya jika terdapat luka terbuka yang dapat menjadi sumber infeksi. Ketika mengalami luka, lakukan cuci luka dengan metode yang tepat hingga bersih agar terhindar dari berbagai infeksi, termasuk tetanus. 

Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan gizi seimbang agar imunitas tubuh terjaga dengan baik. Tidak hanya makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, namun kebutuhan akan mikronutrien seperti vitamin dan mineral juga harus dipenuhi. 

Selain itu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting agar tidak mudah tertular. Mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun dapat membantu menurunkan risiko terpapar bakteri penyebab penyakit. 

Pemberian vaksin pada anak sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI sangatlah penting. Dengan memberikan vaksin sesuai jadwal, akan membantu membentuk antibodi spesifik pada tubuh sehingga ketika suatu saat terinfeksi dapat melawannya dan biasanya gejala yang ditimbulkan akan lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi. 

Pemberian vaksin DPT dapat membantu melawan penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian vaksin DPT sesuai rekomendasi IDAI dapat diberikan pada usia anak 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Setelahnya dapat diberikan vaksin booster saat menginjak kelas 1, kelas 2 dan kelas 5 dengan mengikuti program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di sekolah dasar. 

Selain itu, orang dewasa juga disarankan untuk diberikan booster vaksin tetanus secara rutin setiap 10 tahun untuk dapat menjaga kekebalan tubuh terhadap infeksi ini. 

 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: