RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Saraf Kejepit di Leher – Kenali Penyebab dan Gejalanya

Saraf Kejepit di Leher – Kenali Penyebab dan Gejalanya

seorang kakek mengalami saraf kejepit di bagian leher belakangnya

Leher merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki peranan yang sangat penting. Pada area leher terdapat begitu banyak organ hingga jaringan yang krusial dalam metabolisme tubuh. Termasuk pembuluh darah dan persarafan di dalamnya. 

Seperti yang kita ketahui, leher memiliki peranan penting untuk menyokong kepala. Dengan adanya leher, dapat menjaga dan menopang posisi kepala dan membantu agar pergerakannya maksimal namun tetap stabil. 

Fungsi penting leher 

Tidak hanya sebagai komponen struktural dari tubuh, namun di dalam leher begitu banyak organ penting dan krusial. Pada area leher terdapat saluran sistem pernapasan, yaitu trakea. Selain itu, terdapat juga saluran pencernaan yaitu esofagus. 

Pada bagian leher juga terdapat begitu banyak pembuluh darah, baik pembuluh darah besar hingga percabangannya yang memiliki peranan penting dalam sirkulasi darah di dalam tubuh. 

Pada area leher juga terdapat sistem saraf yang begitu penting. Terdapat sumsum tulang belakang yang merupakan sistem saraf pusat yang terhubung langsung dengan otak. Selain itu, terdapat juga begitu banyak percabangan dari sistem saraf pusat tersebut. 

Kelenjar getah bening atau limfe juga terdapat di area leher dan memiliki peranan penting untuk menjaga imunitas tubuh dan melawan infeksi. 

Apa penyebab saraf terjepit pada area leher? 

Banyak faktor yang menyebabkan saraf terjepit pada area leher. Secara umum dapat dibagi menjadi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang sering terjadi adalah trauma atau cedera pada leher. Kondisi ini bisa mempengaruhi struktur yang menopang leher hingga menyebabkan terjepitnya saraf. 

Selain trauma, saraf terjepit bisa juga disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang tidak baik. Dengan postur yang kurang baik saat duduk maupun berdiri dapat menyebabkan meningkatnya tekanan pada saraf di bagian leher.  

Pada kasus HNP atau herniated nucleus pulposus, kondisi menonjol atau pecahnya diskus intervertebral dapat menimbulkan penekanan pada sumsum tulang belakang yang merupakan sistem saraf pusat. Hal ini juga dapat terjadi pada area leher.  

Pada kasus peradangan atau osteoartritis bisa menimbulkan pembentukan tulang tambahan atau bone spurs yang menekan jaringan saraf pada area leher. Selain itu, penyempitan pada saluran tulang belakang pada kasus spinal stenosis juga dapat menyebabkan terjepitnya saraf. 

Tumor dengan ukuran yang cukup besar pada area leher juga dapat menyebabkan penekanan pada saraf di sekitarnya hingga menimbulkan keluhan. 

Gejala yang ditemukan 

Pada kasus saraf terjepit pada area leher, gejala khas yang sering ditemukan adalah nyeri neuritis. Keluhan nyeri yang dialami biasanya dapat menjalar ke area tubuh lain yang dipersarafi oleh jaringan saraf yang sama. 

Selain itu, sapat juga disertai dengan keluhan kebas, kesemutan hingga mati rasa. Dalam jangka panjang, kondisi ini juga dapat mempengaruhi kekuatan otot yang dipersarafinya. Bisa juga menyebabkan mengecilnya otot atau atrofi. 

Dengan adanya kelemahan otot, biasanya menyebabkan keluhan berupa menurunan fungsi anggota gerak, baik lengan maupun kaki. Hal ini dapat terjadi karena ketika jaringan saraf utama mengalami penekanan, maka juga akan mempengaruhi jaringan saraf setelahnya maupun percabangannya. 

Bahkan pada kasus penjepitan pada saraf yang ekstrim dapat juga mempengaruhi fungsi saraf yang mengatur otot pernapasan. Hal ini bisa menyebabkan keluhan sulit bernapas hingga gagal napas. 

Tatalaksana lebih lanjut 

Jika Anda mengalami keluhan khas saraf terjepit di bagian leher, sangat penting untuk melakukan evaluasi lebih alnjut dengan dokter spesialis saraf. Khususnya jika Anda mengalami trauma atau cedera pada area leher yang cukup berat. 

Sedangkan untuk tatalaksana awal atau untuk kasus ringan dapat beristirahat, perubahan aktivitas dengan menghindari mengangkat benda berat dan memperbaiki postur tubuh. 

Dapat juga melakukan fisioterapi dan latihan untuk memperkuat otot dan struktur lain yang membantu menopang area leher untuk dapat meminimalisir risiko terjadinya saraf terjepit. 

Terapi oral berupa pereda nyeri dan anti inflamasi dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan peradangan. Bila perlu, obat dalam bentuk injeksi dapat diberikan jika keluhan tidak membaik. 

Kompres dingin dapat diberikan untuk mengurangi peradangan pada tahap awal. Sedangkan kompres hangat dapat diberikan untuk membantu relaksasi otot setelah peradangan awal berkurang. 

Pada kondisi yang cukup berat, dokter dapat mempertimbangkan tindakan operatif. Namun hal ini kembali lagi dipengaruhi oleh kondisi pasien dan penyebab utama yang akan menjadi bahan pertimbangan dokter yang menangani.  

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: