Kanker atau keganasan pada organ reproduksi merupakan hal yang sangat ditakuti oleh wanita karena dapat mempengaruhi fertilitas atau kesuburan seseorang. Mari kita bahas lebih lanjut terkait skrining, upaya pencegahan dan gejalanya.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari beberapa bagian seperti ovarium atau indung telur, tuba falopi, rahim hingga vagina. Salah satu jenis kanker yang cukup ditakuti oleh wanita adalah kanker rahim.
Rahim memiliki peranan penting sebagai tempat menempelnya hasil pembuahan hingga bertumbuh dan berkembang. Ketika terdapat gangguan pada area tersebut, maka akan sulit terjadi kehamilan karena hasil pembuahan tidak bisa menempel pada dinding rahim. Sekalipun dapat menempel, pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat hingga berujung pada keguguran.
Jenis kanker atau keganasan pada sistem reproduksi wanita yang cukup sering menjadi perhatian adalah kanker serviks atau mulut rahim. Meskipun berbeda dengan kanker rahim yang lebih berfokus pada lapisan dinding rahim, namun kanker mulut rahim juga dapat mempengaruhi fertilitas seseorang.
Ketika terdapat keganasan pada serviks, maka akan terjadi perubahan pada jaringan mulut rahim. Hal ini akan mempengaruhi keberhasilan sperma masuk dan bertemu dengan sel telur untuk proses pembuahan. Oleh karena itu, kanker serviks juga dapat menyebabkan infertilitas.
Penyebab
Berdasarkan penelitian, penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papillomavirus). Terdapat beberapa jenis atau tipe virus HPV. Tipe tertentu membentu manifestasi klinis berupa kutil kelamin. Namun untuk HPV tipe 16 dan 18 dapat menyebabkan kanker serviks.
Penularan infeksi HPV dapat terjadi melalui kontak seksual. Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, oral mupun anal dari orang yang sedang terinfeksi.
Tidak hanya hubungan seksual yang disertai dengan penetrasi, kontak antar kulit genital juga dapat meningkatkan risiko tertularnya infeksi virus HPV. Selain itu, virus ini juga dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke bayinya.
Gejala
Pada fase awal, orang dengan kanker serviks bisa tidak mengeluhkan tanda atau gejala apapun. Seringkali kanker ini dapat terdeteksi pada fase awal ketika sedang melakukan skrining rutin atau dari hasil papsmear rutin saat medical check up.
Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat melakukan pemeriksaan atau skrining secara rutin dan berkala sesuai dengan anjuran dokter agar dapat terdeteksi sedini mungkin sehingga tatalaksana akan lebih optimal.
Namun gejala khas yang sering ditemukan pada orang dengan kanker serviks adalah perdarahan abnormal dari vagina. Perdarahan dapat terjadi setelah berhubungan seksual, perdarahan di antara siklus menstruasi atau keluar darah dari vagina setelah menopause.
Gejala lain yang cukup sering ditemukan adalah keputihan yang tidak normal. Keputihan bisa disertai dengan bau tidak sedap. Selain itu, keputihan dapat disertai dengan darah sehingga menjadi berwarna merah muda, kecoklatan atau merah segar.
Selain disertai darah setelah berhubungan seksual, dapat juga muncul keluhan nyeri saat berhubungan seksual. Beberapa orang dapat juga mengeluhkan nyeri panggul yang tidak berkaitan dengan siklus menstruasi.
Faktor Risiko
Karena infeksi virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks dapat ditularkan melalui hubungan seksual, seseorang dengan pasangan lebih dari satu orang akan meningkatkan risiko mengalami kanker serviks.
Orang yang melakukan hubungan seksual pada usia dini dan riwayat melahirkan anak dalam jumlah banyak dapat memiliki risiko mengalami kanker serviks yang lebih tinggi.
Infeksi virus juga akan lebih mudah menyerang orang dengan sistem kekebalan atau daya tahan tubuh yang kurang baik. Hal ini dapat ditemukan pada penderita HIV, penerima transplantasi organ dan orang yang harus konsumsi obat imunosupresan dalam jangka panjang.
Selain itu, orang yang menggunakan pil KB dalam jangka panjang juga dapat memiliki risiko mengalami kanker serviks yang lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan kandungan hormon yang ada di dalam pil kontrasepsi yang digunakan.
Orang dengan kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko mengalami kanker serviks. Hal ini disebabkan oleh zat kimia di dalam rokok yang dapat mempengaruhi sel mulut rahim.
Faktor genetik juga memiliki peranan yang cukup besar. Jika ada anggota keluarga dengan riwayat kanker serviks, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hal yang serupa. Oleh karena itu, sangat penting untuk dapat melakukan skrining secara rutin dan berkala sesuai dengan anjuran dokter.
Diagnosis
Anamnesis
Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis agar dapat mengetahui gejala yang dikeluhkan saat ini secara detail hingga berbagai faktor risiko yang dimiliki agar dapat membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit.
Pada kanker serviks fase awal, biasanya tidak ada keluhan berarti yang dikeluhkan. Seringkali hal ini terdeteksi karena skrining rutin berupa pemeriksaan papsmear yang menunjukkan adanya perubahan bentuk sel mulut rahim dan kecurigaan ke arah keganasan.
Hal ini biasanya disertai dengan adanya riwayat anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker serviks sehingga awareness akan skrining rutin lebih tinggi. Dengan adanya upaya ini, maka dapat terdeteksi lebih dini dan memperoleh terapi yang tepat sebelum muncul gejala dan berbagai komplikasi.
Ketika sudah muncul gejala, hal yang sering dikeluhkan adalah adanya perdarahan dari vagina. Perdarahan dapat muncul setelah berhubungan seksual, di antara dua siklus menstruasi atau bahkan keluar darah dari vagina setelah menopause.
Sering juga disertai dengan keluhan keputihan abnormal tanpa adanya tanda infeksi yang mendukung. Keputihan dapat berbau dan berwarna kemerahan. Hal ini dapat terjadi karena adanya percampuran cairan keputihan dengan darah.
Orang dengan kanker serviks dapat juga mengeluhkan nyeri panggul tanpa sebab yang jelas. Nyeri juga dapat muncul pada saat berhubungan seksual. Kondisi ini biasanya juga tidak berkaitan dengan siklus menstruasi.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada pemeriksaan ini biasanya akan ditemukan dalam batas normal.
Namun pada kasus perdarahan kronis dapat disertai dengan penurunan tekanan darah, peningkatan denyut jantung hingga peningkatan laju pernapasan sebagai upaya kompensasi tubuh.
Jika terdapat keluhan nyeri panggul, maka dokter akan melakukan pemeriksaan pada area tersebut. Awalnya akan dilakukan pemeriksaan visual untuk menilai apakah ada kemungkinan lain yang menyebabkan keluhan saat ini.
Jika terdapat kecurigaan terhadap kelainan pada area mulut rahim atau serviks, biasanya akan dilakukan pemeriksaan dalam oleh dokter untuk dapat memastikannya. Dokter akan melakukan inspeksi pada area serviks untuk menilai apakah ada perubahan bentuk dan strukturnya.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang, jika ada kecurigaan ke arah anemia karena perdarahan jangka panjang, dokter dapat melakukan pemeriksaan laboratorium darah. Dokter juga dapat menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti infeksi dari hasil laboratorium tersebut.
Bila ada kecurigaan ke arah kanker serviks, dokter akan melakukan pemeriksaan papsmear. Upaya ini penting untuk menilai jaringan serviks secara mikroskopis untuk melihat apakah ada perubahan sel ke arah keganasan atau tidak. Bila diperlukan, dapat juga dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.
Untuk menilai penyebaran sel kanker, dokter dapat juga melakukan pemeriksaan ultrasonografi atau USG, CT scan, MRI bahkan PET scan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk menilai stadium saat ini hingga tatalaksana selanjutnya.
Terapi
Pada hasil pemeriksaan sel mulut rahim yang mengalami perubahan namun belum menjadi sel kanker, biasanya akan disarankan pemeriksaan rutin dan evaluasi secara berkala dengan dokter yang menangani.
Namun untuk yang sudah terdeteksi kanker serviks, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Upaya pembedahan yang dapat dilakukan adalah pengangkatan rahim atau histerektomi.
Histerektomi dapat total dimana dilakukan pengangkatan rahim dan serviks, namun dapat juga radikal. Histerktomi ini biasanya disertai dengan pengangkatan bagian atas vagina dan jaringan di sekitar rahim. Upaya ini dilakukan untuk mencegah proses penyebaran sel kanker ke jaringan sekitarnya.
Selain tindakan operasi, upaya radioterapi juga dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran sel kanker. Selain itu, upaya kemoterapi dengan menggunakan obat untuk membunuh sel kanker juga dapat dilakukan. Tidak jarang tatalaksana yang dilakukan merupakan kombinasi dari keduanya atau dapat disebut dengan kemoradiasi.
Terapi target juga dapat dilakukan untukmelawan molekul spesifik yang berperan dalam penyebaran sel kanker. Imunoterapi juga dapat dilakukan dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan sel kanker.
Selain berbagai upaya di atas, perawatan paliatif juga dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan sesuai dengan gejala yang dialami saat ini. Hal ini sangat penting untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, khususnya pada penderita kanker serviks stadium akhir.
Upaya tatalaksana pada kasus kanker serviks sangat dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan progresifitas penyebarannya. Selain itu, respon tubuh satu orang dengan yang lain terhadap terapi yang diberikan dapat sangat bervariasi. Hal ini akan menjadi bahan pertimbangan dokter spesialis onkologi yang menangani.
Stadium kanker serviks
Stadium kanker serviks dapat dikategorikan berdasarkan sistem FIGO (Federation Internationale de Gynocologie et d’Obstetrique).
Stadium 0 (karsinoma in situ)
Fase awal kanker serviks, dimana kanker hanya ditemukan pada lapisan permukaan serviks.
Stadium I
Kanker terbatas pada serviks dan tidak menyebar ke area luar.
Stadium II
Kanker sudah menyebar ke luar serviks, namun belum menyebar ke dinding panggul atau bagian bawah vagina.
Stadium III
Kanker telah menyebar ke area panggul atau menyebabkan masalah pada ginjal.
Stadium IV
Kanker sudah menyebar ke luar panggul atau ke organ lain yang jauh.
Pencegahan
Upaya pencegahan kanker serviks adalah dengan menghindari berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami kanker mulut rahim tersebut. Karena disebabkan oleh infeksi virus HPV, upaya vaksinasi merupakan hal yang sangat penting.
Tidak hanya dibutuhkan oleh wanita yang dapat mengalami kanker serviks, pemberikan vaksinasi HPV juga penting untuk diberikan kepada pria. Upaya ini dapat membantu menurunkan risiko penularan HPV dan risiko kanker serviks pada wanita.
Selain itu, karena risiko penularannya melalui hubungan seksual, sangat penting untuk melakukan hubungan seksual yang aman. Hindari berhubungan dengan lebih dari satu orang atau berganti-ganti partner.
Hindari kebiasaan merokok dan hal lain yang dapat menurunkan imunitas tubuh yang penting untuk dapat membantu melawan infeksi virus, termasuk infeksi HPV. Penting utnuk menjada pola hidup sehat dengan konsumsi makanan gizi seimbang dan rutin berolahraga.
Hindari penggunaan pil KB jangka panjang jika tidak diawasi oleh dokter. Kandungan hormon di dalamnya dapat mempengaruhi keseimbangan hormon di dalam tubuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk dapat menentukan metode kontrasepsi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Jika ada anggota keluarga dengan riwayat kanker serviks, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan papsmear secara rutin. Hal ini sangat penting sebagai upaya skrining sehingga dapat dilakukan deteksi dini dan penanganan yang tepat agar hasilnya optimal.
Pemeriksaan papsmear dapat dilakukan setelah seseorang sudah aktif berhubungan seksual karena risiko terpapar virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks akan lebih tinggi.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap 3 tahun sekali. Namun hal ini dapat dipengaruhi oleh hasil pemeriksaan. Jika hasilnya ada kecurigaan perubahan berntuk sel mulut rahim, biasanya pemeriksaan selanjutnya akan lebih cepat.
Komplikasi
Komplikasi dari berbagai jenis kanker yang sangat dihindari adalah metastasis atau penyebaran sel kanker ke organ lain dalam tubuh. Penyebaran sel kanker dapat terjadi di kelenjar getah bening, paru-paru, hati, tulang dan organ lainnya.
Ketika terjadi metastasis atau penyebaran ini, maka stadium kanker serviks sudah mencapai stadium IV atau tahap akhir. Hal ini biasanya disertai dengan perubahan fisik tubuh menjadi lebih lemah dan tidak stabil.
Penyebaran ke area saluran kemih dapat menyebabkan hidronefrosis dan hidroureter. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal yang mempengaruhi fungsinya hingga berujung pada gagal ginjal.
Pada kanker serviks seringkali disertai dengan perdarahan dari vagina. Jika terjadi dalam jangka waktu cukup panjang atau tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan gejala anemia yang dapat memperberat kondisi fisik orang dengan kanker serviks.
Penyebaran sel kanker juga dapat memicu terbentuknya fistula atau saluran abnormal yang dapat menghubungkan area vagina dengan kandung kemih maupun rektum. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko infeksi yang memperberat kondisi pasien.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika memiliki beberapa faktor risiko di atas, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan papsmear secara rutin sebagai upaya skrining agar dapat mendeteksinya sedini mungkin.
Terlebih jika sudah aktif berhubungan seksual, pemeriksaan ini wajib dilakukan secara berkala karena secara tidak langsung risiko terpapar virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks cenderung lebih tinggi.
Jika sudah memiliki gejala khas kanker serviks seperti perdarahan dari vagina tanpa sebab yang jelas, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan langsung dengan dokter. Jika dari hasil pemeriksaan ditemukan kecurigaan ke arah gangguan pada sistem reproduksi, maka akan dirujuk ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan.
Dokter akan melakukan evaluasi secara keseluruhan. Jika ada kecurigaan terhadap kanker serviks, terlebih ditambah dengan adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami hal serupa, akan dilakukan serangkaian pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan berbagai kemungkinan lain.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan upaya pencegahan berupa vaksinasi HPV sesuai dengan jadwal yang sudah direkomendasikan oleh dokter. Selain itu, menjaga pola hidup sehat juga sangatlah penting untuk menjaga daya tahan tubuh untuk melawan infeksi virus tersebut.
Menjaga pola makan dengan gizi seimbang, rutin berolahraga serta menghindari berbagai kebiasaan buruk seperti merokok dapat membantu menjaga imunitas tubuh dan menurunkan risiko mengalami kanker serviks.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene