RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Epiglotitis : Gejala, Penyebab, dan Resikonya

Epiglotitis : Gejala, Penyebab, dan Resikonya

gejala epligotitis

Epiglotitis mungkin bukanlah penyakit yang cukup sering didengar. Meskipun tidak selalu menimbulkan gejala berat, namun jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan. Mari kita bahas lebih lanjut. 

Epiglotis merupakan salah satu jaringan tubuh yang berada di pangkal lidah yang berfungsi untuk menutup trakea atau tenggorokan yang merupakan saluran napas ketika seseorang menelan makanan atau minuman. 

Epiglotis memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat mencegah masuknya benda asing ke saluran pernapasan yang dapat menyebabkan aspirasi jika masuk ke paru-paru. 

Berbeda dengan kondisi orang menelan, ketika seseorang berbicara, epiglotis akan tetap terbuka dan tidak menutup saluran trakea. Hal ini dilakukan agar tetap ada aliran udara sehingga seseorang dapat berbicara dan bernapas. 

Apa penyebab epiglotitis? 

Epiglotitis dapat disebabkan oleh cedera pada tenggorokan, namun dapat juga disebabkan oleh infeksi. Infeksi epiglotis dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, baik virus, bakteri maupun jamur.  

Gejala epiglotitis 

Gejala epiglotitis dapat sangat bervariasi. Gejala dapat berupa demam tinggi, sakit tenggorokan, suara serak, kesulitan menelan, air liur berlebih, kesulitan bernapas,  hingga kecemasan. 

Ketika terdapat kesulitan bernapas, kompensasi tubuh akan membentuk posisi tubuh yang lebih condong ke depan. Kondisi ini terjadi lebih sering pada anak-anak. Epiglotitis pada anak dapat menimbulkan gejala yang lebih berat dan membutuhkan penanganan segera sebelum terjadi komplikasi dan mengancam nyawa. 

Komplikasi epiglotitis 

Epiglotitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi berat hingga berisiko mengancam nyawa. Komplikasi yang dapat ditimbulkan berupa perluasan infeksi hingga sepsis, peradangan jaringan paru atau pneumonia, nanah di rongga sekitar paru atau empiema, abses hingga obstruksi jalan napas. 

Kondisi epiglotitis tergolong dalam kondisi darurat medis dan membutuhkan penanganan segera karena hal ini berkaitan dengan saluran napas. Jika kondisi tidak tertangani, dapat dilakukan tindakan intubasi dan trakeostomi untuk memastikan jalan napas tetap terbuka dan tubuh memperoleh cukup oksigen. 

Tatalaksana epiglotitis 

Tatalaksana epiglotitis berfokus pada menjaga saluran napas terjaga dengan baik agar tidak menimbulkan gagal napas. Pemberian oksigen diperlukan agar tetap menjaga kebutuhan oksigen jaringan tubuh tetap terpenuhi dengan baik. Bila diperlukan dapat dilakukan intubasi atau trakeostomi. 

Pada epiglotitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri akan diberikan antibiotik intravena, khususnya yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae b. Selain itu, kondisi peradangan dapat dibantu diatasi dengan anti inflamasi atau steroid. 

Pemantauan intensif biasanya diperlukan untuk memantau perkembangan gejala dan melihat apakah ada tanda-tanda komplikasi. Pada anak-anak, dimana gejalanya lebih berat membutuhkan perawatan intensif seperti di ruang ICU. 

Pencegahan epiglotitis 

Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan gizi seimbang agar imunitas tubuh terjaga dengan baik. Tidak hanya makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, namun kebutuhan akan mikronutrien seperti vitamin dan mineral juga harus dipenuhi. 

Selain itu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting agar tidak mudah tertular. Sangat penting untuk mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk meminimalisir risiko terpapar mikroorganisme penyebab infeksi. 

Pemberian vaksin pada anak sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI sangatlah penting. Dengan memberikan vaksin sesuai jadwal, akan membantu membentuk antibodi spesifik pada tubuh sehingga ketika suatu saat terinfeksi dapat melawannya dan biasanya gejala yang ditimbulkan akan lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi. 

Epiglotitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, seringkali disebabkan oleh Haemophilus influenzae b yang dapat dibantu dengan upaya pencegahan berupa vaksinasi HIB. 

Pemberian vaksin HIB dapat membantu melawan penyakit meningitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Haemophilus Influnzae B. Pemberian vaksin HIB dapat disesuaikan dengan rekomendasi jadwal imunisasi yang telah dibuat oleh IDAI. Pemberian vaksin ini dapat dimulai pada saat usia anak menginjak 2 bulan. 

Berdasarkan jadwal imunisasi anak usia 0-18 tahun yang diberikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI, pemberian vaksin HIB dapat diberikan pada anak sejak usia 2 bulan. Jadwal vaksin dipengaruhi dengan jenis vaksin yang diberikan, pentavalen atau heksavalen DTwP atau DTaP diberikan pada usia 2, 4, 6 bulan atau 2, 3, 4 bulan dan 18 bulan. 

Metode pemberian vaksin HIB dilakukan dengan injeksi atau suntikan intramuskular (IM), yaitu dengan menyuntikkan vaksin ke dalam otot. Pada bayi dan anak kecil, lokasi suntikan biasanya diberikan pada otot paha bagian depan. Sedangkan pada anak yang lebih besar akan diberikan pada area otot lengan atas atau deltoid. 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: