RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Batuk Rejan atau Pertusis – Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Ke Dokter

Batuk Rejan atau Pertusis – Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Ke Dokter

Penyakit batuk rejan atau pertusis mungkin bukanlah penyakit yang cukup sering didengar. Namun penyakit ini dapat dibantu dicegah dengan pemberian vaksin DPT. Apa bedanya dengan batuk biasa? Mari kita bahas lebih lanjut. 

Penyakit batuk rejan atau yang dikenal juga dengan pertusis adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini bersifat sangat menular dan dapat menyerang berbagai golongan usia, baik anak hingga lanjut usia. 

Apa penyebab pertusis? 

Penyakit pertusis disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis. Proses penyebaran infeksi ini dapat melalui droplet atau tetesan air yang dikeluarkan oleh orang terinfeksi yang batuk dan bersin. Melalui proses penularan ini, maka pada orang yang tinggal di area padat penduduk risiko penularannya akan lebih cepat atau mudah. 

Gejala pertusis 

Gejala pertusis atau batuk rejan dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap kataral yang timbul pada masa 2 minggu awal infeksi, tahap paroksismal saat 1-6 minggu atau lebih dan tahap pemulihan pada 2-3 minggu atau lebih. 

Pada tahap awal atau tahap kataral, gejala yang ditimbulkan dapat terlihat serupa dengan infeksi virus atau bakteri biasa. Orang yang terinfeksi dapat mengalami demam, batuk ringan, pilek dan bersin. 

Tahap berikutnya adalah tahap paroksismal. Pada fase ini, gejala akan terlihat semakin berat. Keluhan batuk menjadi semakin berat dan seringkali diikuti dengan tarikan napas yang berbunyi khas dan seringkali disebut dengan whooping. 

Keluhan batuk yang cukup keras dan intens dapat menimbulkan rasa lelah, muntah hingga sulit untuk bernapas. Tidak jarang dapat disertai dengan perubahan warna wajah menjadi kemerahan hingga kebiruan karena kurangnya asupan oksigen. 

Tahap berikutnya adalah tahap pemulihan. Pada fase ini keluhan batuk sudah mulai mereda. Namun pada beberapa orang, kondisi batuk bisa berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang. Gejala lain seperti rasa lelah karena batuk dan muntah juga semakin berkurang.  

Komplikasi pertusis 

Komplikasi dapat terjadi jika kondisi pertusis tidak ditangani dengan baik. Komplikasi dapat lebih sering ditemukan pada bayi dan anak. Hal ini berkaitan juga dengan imunitas tubuhnya yang belum terbentuk dengan baik sehingga lebih rentan terinfeksi dan mengalami gejala yang lebih berat. 

Komplikasi dari batuk rejan yang dapat ditemukan berupa pneumonia, dimana ditemukan infeksi pada organ paru. Selain itu, batuk kronis dan intens dapat menyebabkan keletihan parah, kejang hingga masalah pernapasan. Selain itu, dapat juga menyebabkan kerusakan otak karena asupan oksigen yang terlalu sedikit. 

Tatalaksana pertusis 

Tatalaksana pertusis sangat dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan berbagai gejala yang ditimbulkannya. Gejala berupa demam dan batuk pada fase awal dapat diatasi dengan konsumsi obat sesuai dengan kebutuhan atau gejala yang dialami, seperti antipiretik untuk menurunkan demam dan antitusif untuk meredakan batuk. 

Sedangkan untuk kondisi infeksi bakteri ini membutuhkan penanganan berupa antibiotik. Konsumsi obat ini harus sesuai dengan rekomendasi dokter agar pengobatan dapat optimal dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik. 

Pada kondisi pertusis berat yang membutuhkan evaluasi secara ketat dapat dilakukan di rumah sakit. Kondisi ini dilakukan pada bayi atau anak dengan gejala yang cukup berat. 

Pencegahan pertusis 

Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan gizi seimbang agar imunitas tubuh terjaga dengan baik. Tidak hanya makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, namun kebutuhan akan mikronutrien seperti vitamin dan mineral juga harus dipenuhi. 

Selain itu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting agar tidak mudah tertular. Mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun dapat membantu menurunkan risiko terpapar bakteri penyebab penyakit. 

Pemberian vaksin pada anak sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI sangatlah penting. Dengan memberikan vaksin sesuai jadwal, akan membantu membentuk antibodi spesifik pada tubuh sehingga ketika suatu saat terinfeksi dapat melawannya dan gejala yang ditimbulkan akan lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi. 

Pemberian vaksin DPT dapat membantu melawan penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian vaksin DPT sesuai rekomendasi IDAI dapat diberikan pada usia anak 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Setelahnya dapat diberikan vaksin booster saat menginjak kelas 1, kelas 2 dan kelas 5 dengan mengikuti program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di sekolah dasar. 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: