RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Insomnia : Penyebab, Gejala, dan Kapan Harus Ke Dokter

Insomnia : Penyebab, Gejala, dan Kapan Harus Ke Dokter

pria mengalami insomnia dan tidak bisa tidur walau sudah dini hari

Pada golongan dewasa muda atau usia produktif seringkali mengeluhkan kesulitan tidur atau dengan kata lain mengalami insomnia. Tapi apa sebenarnya insomnia dan bagaimana cara mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut. 

Ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur seringkali disebut dengan insomnia. Namun ternyata insomnia lebih dari kesulitan untuk tidur saja. Kondisi ini seringkali ditemukan pada usia produktif, namun tidak menutup kemungkinan dapat juga ditemukan pada golongan usia lainnya. 

Insomnia 

Insomnia merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur, mempertahankan tidur, hingga saat terbangun menjadi sulit untuk tidur kembali. Secara garis besar, kondisi insomnia bisa dibagi menjadi kategori akut dan kronik. Yang membedakan kedua kategori ini adalah durasi keluhan yang dialami. 

Pada insomnia akut, keluhan biasanya bersifat sementara dan dipicu oleh faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Stres, adanya masalah besar yang sedang dihadapi hingga jadwal bekerja yang tidak teratur dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, hingga menyebabkan insomnia. 

Sedangkan insomnia kronis biasanya berlangsung dengan durasi keluhan yang lebih lama, yaitu sekitar 3 bulan atau lebih dan setidaknya terjadi sebanyak 3 kali dalam seminggu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui durasi keluhan untuk dapat membantu menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana lebih lanjut. 

Penyebab 

Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia, baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor emosional dan psikologis dapat sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur seseorang, serta dapat memicu terjadinya insomnia. Ketika sedang mengalami stres, cemas berlebih atau bahkan depresi dapat menyebabkan insomnia. 

Adanya riwayat penyakit tertentu dapat juga mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Jika sedang mengalami keluhan seperti nyeri, sesak napas atau keluhan lainnya yang tidak dapat ditangani dengan baik akan menyebabkan orang tersebut sulit untuk tidur.  

Jadwal aktivitas sehari-hari dapat juga dapat menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan insomnia. Ketika jadwal bekerja tidak teratur hingga mempengaruhi jam tidur, jadwal olahraga yang terlalu dekat dengan waktu tidur juga dapat menyebabkan seseorang sulit untuk memulai tidur. 

Faktor lingkungan juga dapat menyebabkan orang untuk sulit tidur. Jika area tempat tidur tidak bersih atau suasananya tidak mendukung atau tidak nyaman untuk tidur seperti terlalu berisik dapat juga memicu insomnia.  

Konsumsi obat atau minuman yang bersifat stimulan seperti nikotin atau kafein akan mempersulit seseorang untuk dapat memulai tidur hingga mengganggu pola tidur. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan jadwal konsumsinya agar tidak mengganggu tidur. 

Gejala 

Secara garis besar keluhan utama orang dengan insomnia adalah gangguan dalam kualitas maupun kuantitas tidur. Hal ini dapat terjadi karena dipicu oleh adanya kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan tidur dan sulit untuk tidur kembali ketika terbangun. 

Keluhan ini bisa bersifat akut jika terjadi hanya di waktu tertentu atau sementara. Sedangkan jika sudah berlangsung lebih dari 3 bulan dan terjadi sebanyak 3 kali dalam seminggu dapat digolongkan dalam insomnia kronis. 

Gejala lain yang menyertai insomnia dapat didasari oleh kuantitas dan kualitas tidur yang tidak baik. Orang dengan insomnia dapat merasa mudah lelah, sulit berkonsentrasi, gangguan mood, penurunan kualitas saat bekerja, sakit kepala, mudah emosi hingga ketergantungan terhadap obat tidur. 

Faktor Risiko 

Banyak hal yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami insomnia. Secara garis besar dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Berdasarkan penelitian, wanita lebih rentan mengalami insomnia. Hal ini berkaitan dengan hormonal di dalam tubuh dan dipicu oleh stres. 

Selain itu, faktor lain seperti adanya kejadian tertentu yang dihadapi dapat memicu insomnia. Terlebih jika ada riwayat trauma, masalah tertentu yang dihadapi dan memicu stres, overthinking dan depresi. Faktor pola hidup juga memiliki peranan yang begitu besar. Riwayat konsumsi makanan atau minuman yang mengandung stimulan dapat mempersulit seseorang untuk tidur. 

Jadwal bekerja dan olahraga yang tidak teratur juga dapat menyebabkan insomnia. Riwayat penyakit yang tidak terkontrol dengan baik dan mengganggu seseorang untuk tidur dengan nyaman dapat menyebabkan insomnia. Lingkungan tempat tidur yang tidak nyaman dan tidak bersih juga dapat menyebabkan seseorang sulit untuk tidur.  

Diagnosis 

Anamnesis 

Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan untuk dapat menegakkan diagnosis penyebab utama insomnia yang dialami.  

Perlu diketahui berbagai keluhan yang dialami, termasuk durasi keluhan, intensitasnya hingga berbagai faktor risiko yang ada dan menyebabkan seseorang sulit untuk memulai tidur, mempertahankan tidur hingga sulit untuk tidur kembali ketika terbangun. 

Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada kondisi insomnia tanpa adanya riwayat penyakit lain ataupun keluhan penyerta lainnya, tanda-tanda vital dapat ditemukan dalam batas normal. 

Namun jika ada keluhan lain seperti gangguan pernapasan, keluhan nyeri atau keluhan lain yang menyebabkan sulit untuk tidur dengan nyenyak dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut melalui pemeriksaan fisik dan bila diperlukan dapat dipastikan dengan pemeriksaan penunjang. 

Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan penunjang yang disarankan oleh dokter diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan mendeteksi apa saja faktor pemicu terjadinya keluhan yang dialami. Pembuatan jurnal tidur dapat membantu melihat intensitas keluhan insomnia yang dialami. 

Jika dicurigai adanya gangguan psikologis yang menyertai keluhan, pemeriksaan lebih lanjut terkait hal ini sangat penting untuk dilakukan. Bila diperlukan dapat juga dilakukan penilaian studi tidur terhadap orang dengan insomnia. 

Berdasarkan kriteria DSM-5, diagnosis insomnia dapat ditegakkan dengan melihat adanya kesulitan tidur yang terjadi minimal 3 kali dalam seminggu dan berlangsung lebih dari 3 bulan tanpa gangguan tidur lain atau penggunaan zat tertentu. Hal ini biasanya disertai dengan gangguan fungsi dalam aktivitas sehari-hari. 

Terapi 

Pada fase awal insomnia, sangat penting untuk dapat menerapkan jadwal aktivitas dan jadwal tidur yang teratur sehingga kuantitas kebutuhan tidur dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, jaga kenyamanan pada area tempat tidur. Hindari kegiatan lain seperti bekerja atau makan di tempat tidur. Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, tempat tidur cenderung menjadi kotor dan hal ini juga bisa memicu insomnia. 

Sangat disarankan untuk menghindari konsumsi stimulan, khususnya jika sudah mendekati jadwal tidur. Hal ini sangat penting agar tidak terlalu sulit untuk memulai tidur. Latihan relaksasi juga dapat membantu membuat pikiran menjadi lebih tenang dan lebih mudah untuk tidur. 

Hindari beraktivitas sebelum tidur, seperti berolahraga, bekerja atau penggunaan ponsel menjelang waktu tidur. Hal ini bisa menyebabkan sulit tidur. Jika berbagai upaya telah dilakukan namun keluhan tidak kunjung membaik, sangat disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter. 

Bila diperlukan, dokter dapat meresepkan obat yang dapat membantu untuk dapat tidur. Namun konsumsi obat ini harus di bawah pengawasan dokter. Jika ada riwayat penyakit lain yang dapat mengganggu tidur, sebaiknya dapat kontrol lebih lanjut dengan dokter agar kondisinya stabil. 

Pencegahan 

Untuk dapat mencegah insomnia, sangat penting untuk dapat menjaga sleep hygiene. Biasakan kondisi tubuh dalam keadaan yang bersih sebelum tidur, termasuk di area tempat tidur. Siapkan lingkungan tidur yang nyaman, seperti menghindari suara bising dan ruangan yang terlalu terang. Penggunaan kasur dan bantal yang nyaman dapat membantu seseorang lebih mudah untuk tidur. 

Batasi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung stimulan. Hindari aktivitas berat sebelum tidur serta menjaga pola bekerja agar tetap sehat dan tidak mengganggu waktu tidur. Dengan manajemen stres dan latihan relaksasi juga dapat membantu upaya pencegahan insomnia. 

Komplikasi 

Ketika seseorang mengalami insomnia, khususnya yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat menyebabkan gangguan dalam kualitas dan kuantitas tidur. Hal ini dapat memicu kelelahan kronis dan menyebabkan penurunan kualitas hidup karena menjadi tidak produktif. 

Selain itu, kondisi ini juga dapat mempengaruhi metabolisme tubuh, menurunkan imunitas tubuh, meningkatkan risiko penyakit kronis, hingga gangguan mental dan hormonal. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat juga meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan saraf seperti Alzheimer dan gangguan neurologis lain. 

Kapan Harus ke Dokter? 

Ketika mengalami insomnia akut, sangat disarankan untuk melakukan upaya yang dapat dilakukan di rumah seperti mempertahankan jadwal bekerja, olahraga dan tidur yang proporsional dan baik bagi kesehatan. Selain itu, pertahankan pola hidup sehat dan menjaga sleep hygiene. 

Jika berbagai upaya tersebut telah dilakukan namun keluhan tidak kunjung membaik, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter, terlebih jika sudah tergolong kronis atau sudah mengganggu aktivitas dan produktivitas setiap harinya. 

 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: