Bagian saluran pencernaan yang dapat menimbulkan endapan hingga menjadi batu adalah empedu. Batu empedu dapat tidak menyebabkan keluhan atau gejala sama sekali. Jika tidak bergejala, apakah tidak berbahaya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Empedu merupakan salah satu bagian dari sistem pencernaan yang berperan penting dalam metabolisme lemak. Empedu dalam bahasa Inggris dapat disebut dengan bile, sedangkan dalam bahasa ilmiah yang berasal dari bahasa Yunani adalah chole.
Empedu memiliki dua komponen utama, yaitu kantong empedu dan saluran empedu. Berdasarkan lokasinya, empedu berada di antara hati dan bagian pertama dari usus halus, yaitu duodenum.
Ketika terjadi pembentukan batu pada saluran empedu, maka akan terjadi perlambatan aliran empedu. Kondisi ini disebut dengan lithiasis. Oleh karena itu, batu pada saluran empedu secara keseluruhan dapat disebut dengan cholelithiasis.
Penyebab
Penyebab terbentuknya batu empedu dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara garis besar, dapat terbagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu faktor eksternal, pembentukan batu empedu bisa sangat dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi.
Sebagai organ yang berperan penting untuk metabolisme lemak, ketika kita konsumsi makanan tinggi lemak maka akan memperberat kerja empedu hingga harus memproduksi cairan empedu yang cukup banyak. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, lemak yang masuk tidak dapat larut seluruhnya hingga bisa mengalami proses kristalisasi hingga terbentuk batu empedu.
Sedangkan untuk faktor internal bisa disebabkan oleh faktor genetik yang menimbulkan produksi cairan empedu yang tidak sesuai kebutuhan hingga proses pengeluaran cairan empedu yang tidak optimal.
Pada kondisi tertentu, bisa saja konsumsi makanan sudah baik atau tidak mengandung kolesterol terlalu tinggi, namun memang empedu yang tidak bisa menghasilkan cairan empedu yang cukup untuk melakukan proses metabolisme lemak sehingga mengakibatkan terbentuknya batu empedu.
Pada kasus lain, bisa jadi produksi cairan empedu sudah cukup dan dapat memenuhi kebutuhan untuk metabolisme lemak, namun kantong empedu tidak dapat mengeluarkannya dengan baik. Hal ini bisa menyebabkan kurangnya empedu untuk metabolisme kolesterol dan juga bisa menyebabkan terkonsentrasinya cairan empedu pada kantong empedu hingga menyebabkan batu pada katong empedu.
Kondisi terbentuknya batu empedu secara keseluruhan dapat disebut dengan kolelitiasis. Sedangkan jika terjadi sumbatan pada saluran yang menghubungkan aliran dari saluran hati dan saluran kantong empedu dapat disebut dengan koledokolitiasis.
Gejala
Sebagian besar kasus batu empedu bisa tidak menimbulkan gejala sama sekali atau asimtomatik. Seringkali terdiagnosa secara tidak sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan umum atau medical check up. Dari hasil skrining seperti USG atau CT Scan Abdomen bisa terlihat batu empedu.
Kondisi batu empedu yang tidak menimbulkan keluhan biasanya terjadi ketika batu empedu ditemukan pada area kantong empedu. Karena tidak terlalu mempengaruhi aliran cairan empedu atau tidak menyumbat, maka bisa saja tidak bergejala.
Pada kasus lain, batu empedu juga bisa tidak menimbulkan keluhan ketika ada batu pada saluran empedu, namun tidak cukup besar untuk menimbulkan sumbatan. Serupa dengan kasus di atas, karena tidak menimbulkan sumbatan yang bermakna sehingga tidak menyebabkan keluhan.
Bila tidak memperbaiki pola makan, sangat mungkin batu empedu mengalami pembesaran atau penambahan jumlah hingga memenuhi rongga empedu atau menjadi lebih mudah tergesek pada dinding kantong empedu, sehingga dapat menyebabkan keluhan seperti nyeri perut yang paling khas pada area perut kanan atas yang menjalar ke punggung, mual bahkan muntah.
Karakteristik nyeri yang dialami biasanya seperti nyeri yang tajam dan terjadi secara mendadak. Nyeri yang dirasakan juga biasanya terus menerus atau sering disebut nyeri kolik bilier. Terlebih pada kasus dengan sumbatan total.
Karena berperan dalam metabolisme lemak, seringkali nyeri muncul atau dirasakan semakin berat setelah konsumsi makanan berlemak atau tinggi kolesterol. Nyeri yang dirasakan juga dapat menjalar hingga ke area bahu bagian kanan.
Pasien dengan batu empedu juga biasanya disertai dengan keluhan mual muntah. Selain itu, keluhan juga dapat disertai dengan rasa kembung setelah konsumsi makanan berlemak.
Ekskresi atau pembuangan cairan empedu bisa melalui urin dan feses. Ciri khas warnanya adalah kekuningan. Ketika mengalami batu empedu yang menyumbat aliran empedu, bisa juga menimbulkan kondisi urin yang lebih gelap atau feses yang terlihat pucat.
Ketika terjadi sumbatan pada saluran empedu karena adanya batu, aliran cairan empedu ke saluran pencernaan selanjutnya akan terhambat. Kondisi ini dapat menimbulkan kuning pada kulit atau jaundice.
Selain itu, jika kondisi batu empedu disertai dengan adanya infeksi, tidak jarang menimbulkan keluhan demam hingga menggigil.
Faktor Risiko
Faktor risiko dari batu empedu sangat dipengaruhi oleh kemungkinan penyebabnya. Jika kita lihat dari faktor eksternal, risiko mengalami batu empedu dapat meningkat jika memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak. Selain itu, kondisi ini juga dapat diperberat dengan kurangnya aktivitas atau olahraga rutin.
Dengan berolahraga, dapat membantu metabolisme lemak. Namun jika konsumsi lemak tinggi disertai dengan jarang berolahraga maka akan memperberat kerja empedu dan dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu empedu.
Sedangkan jika kita melihat faktor internal, salah satunya adalah genetik. Hal ini bisa mempengaruhi produksi cairan empedu serta fungsi kantong empedu untuk dapat mengeluarkannya hingga dapat bekerja secara optimal untuk proses metabolisme lemak.
Jika terdapat gangguan dalam proses ini, maka bisa terjadi proses kristalisasi karena adanya endapan hingga membentuk batu empedu.
Selain itu, faktor dari organ sekitar empedu yang berhubungan langsung juga memiliki peranan penting. Jika terdapat aliran bilirubin yang terlalu banyak dari hati yang melebihi kapasitas empedu, hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya proses pembentukan batu empedu.
Cairan empedu juga akan dialirkan ke saluran cerna berikutnya, yaitu usus dua belas jari atau duodenum. Jika terjadi sumbatan pada area ini, bisa menyebabkan terhambatnya aliran cairan empedu, terjadi proses stagnasi, kristalisasi hingga terbentuk batu empedu.
Banyak hal yang bisa menyebabkan sumbatan pada area tersebut, salah satunya bisa karena adanya tumor pada saluran cerna, khususnya pada area duodenum.
Diagnosis
Anamnesis
Hal pertama yang akan dilakukan oleh dokter untuk dapat menegakkan diagnosis adalah wawancara medis. Pada proses ini akan digali lebih dalam terkait dengan keluhan yang dialami.
Batu empedu seringkali tidak menimbulkan gejala. Ketika seseorang dengan batu empedu melakukan pemeriksaan ke dokter, pasti sudah disertai dengan keluhan nyeri perut, mual, muntah atau kembung.
Berdasarkan waktu gejala yang dialami dapat terbagi dalam kasus akut dan kronis. Pada kasus akut, biasanya nyeri perut yang dialami cukup intens dan mengganggu aktivitas.
Nyeri perut sisi kanan atas biasanya dirasakan terus menerus dan dapat disertai dengan mual muntah. Kondisi ini biasanya terjadi pada kasus batu empedu dengan sumbatan total sehingga bisa menimbulkan gejala yang signifikan.
Sedangkan pada kasus kronis, biasanya keluhan nyeri tidak terlalu berat. Nyeri dirasakan dapat menjalar. Dari yang awalnya berasal dari perut bagian kanan atas, bisa menjalar hingga ke area punggung atau bahu kanan.
Nyeri yang dialami pada kasus kronis bisa bersifat progresif. Di mana pada awal muncul keluhan, nyeri tidak terlalu berat dan tidak mengganggu aktivitas. Namun seiring berjalannya waktu, keluhan bisa semakin berat hingga sulit untuk melakukan aktivitas dan dapat menimbulkan gejala mual, muntah dan kembung.
Hal ini dapat terjadi karena ada progresivitas dari ukuran batu empedu. Pada kondisi awal, kemungkinan batu empedu sudah ada di saluran empedu namun ukurannya tidak terlalu besar untuk menimbulkan sumbatan. Namun semakin lama ukurannya semakin besar hingga menyumbat total.
Seperti pipa saluran air yang mengalami sumbatan, ketika sumbatan kecil tidak terlalu mempengaruhi fungsinya karena masih ada cairan yang bisa mengalir. Namun ketika sudah menyumbat total, pipa yang sifatnya rigid atau kaku akan mengalami peningkatan tekanan karena aliran yang masuk tetap sama sedangkan sudah tidak bisa mengeluarkan cairan.
Hal yang sama terjadi pada saluran empedu dengan batu yang sudah menyumbat secara total. Keluhan nyeri pun dirasakan dari ringan mengalami progresivitas hingga menjadi berat.
Pada beberapa kasus, keluhan nyeri yang dirasakan bisa hilang timbul. Hal ini bisa disebabkan karena adanya batu pada kantong empedu yang karena adanya upaya mengeluarkan cairan empedu ikut bergerak ke arah saluran empedu.
Karena ada tekanan dari bagian dalam kantong empedu, batu empedu bisa menutup lubang keluarnya cairan empedu dari kantong empedu. Namun kondisi ini tidak terjadi secara permanen karena batu empedu tersebut bisa kembali ke area kantong empedu.
Kantong empedu sifatnya lentur atau tidak kaku seperti saluran empedu. Oleh karena itu, meskipun seseorang memiliki batu empedu dalam jumlah yang cukup banyak atau dengan ukuran yang cukup besar, bisa saja tidak menimbulkan keluhan sama sekali.
Selain keluhan pada sistem pencernaan yang menyertai nyeri perut seperti mual, muntah dan kembung, tidak jarang pasien dengan batu empedu mengalami demam. Jika batu empedu sudah disertai dengan peradangan dapat disebut dengan kolangitis. Kondisi ini biasanya disertai dengan adanya infeksi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan utama yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada kasus dengan keluhan nyeri perut, biasanya terdapat peningkatan tekanan darah, denyut nadi hingga laju pernapasan.
Pada kasus batu empedu yang disertai dengan adanya infeksi dan peradangan akan ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh pada pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada pemeriksaan perut atau abdomen dapat ditemukan nyeri tekan pada perut kanan atas. Dapat disertai juga nyeri yang menjalar ke punggung hingga bahu kanan.
Sedangkan pada pemeriksaan kulit bisa juga terlihat kekuningan atau jaundice. Dapat dilihat juga sklera ikterik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium darah. Dari hasil pemeriksaan ini dapat dilihat apakah ada peningkatan sel darah putih untuk menilai ada tidaknya infeksi di dalam tubuh.
Selain itu, akan dilakukan pemeriksaan fungsi hati untuk menilai apakah kondisi yang dialami saat ini disebabkan oleh gangguan pada fungsi hati atau murni karena ada masalah pada empedu.
Pemeriksaan bilirubin penting dilakukan untuk menilai dan memperkirakan lokasi sumbatan pada saluran empedu. Pemeriksaan laju endap darah juga dapat dilakukan untuk menilai apakah ada peradangan dalam tubuh yang berkaitan dengan batu empedu seperti kolangitis atau peradangan pada kantong empedu (kolesistitis).
Selain pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah USG Abdomen. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui lokasi dari batu empedu, apakah terdapat di kantong empedu atau di saluran empedu.
Selain USG, dapat juga dilakukan pemeriksaan CT-Scan jika dokter yang menangani ingin menilai empedu dan organ lain di sekitarnya secara lebih detail.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP). Pemeriksaan ini dapat melihat struktur kantong empedu dan salurannya, hingga batu empedu dengan sangat jelas.
Namun untuk jenis pemeriksaan penunjang yang dipilih sangat ditentukan oleh kondisi pasien dan pertimbangan dokter yang menangani.
Terapi
Terapi awal untuk batu empedu bisa disesuaikan dengan gejala yang dialami. Jika disertai dengan keluhan nyeri dapat diberikan pereda nyeri. Untuk keluhan mual muntah dapat diberikan anti emetik. Sedangkan jika disertai demam dapat diberikan antipiretik.
Untuk kasus batu empedu yang tidak menimbulkan gejala atau ukurannya yang kecil, biasanya dilakukan pemantauan secara rutin dengan melakukan kontrol ke dokter secara berkala.
Biasanya dokter akan meresepkan obat untuk dikonsumsi secara rutin untuk membantu melarutkan batu empedu. Namun terapi ini biasanya memakan waktu yang cukup lama dan belum tentu efektif untuk semua kasus batu empedu.
Sedangkan untuk kasus yang sudah menimbulkan gejala dan mengganggu aktivitas, biasanya akan disarankan beberapa tindakan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah Endoscopic Retrograde Cholangiopancretography (ERCP). Tindakan ini dilakukan seperti proses endoskopi, memasukkan selang dengan kamera melalui mulut hingga ke saluran empedu dan menggunakan alat khusus untuk mengeluarkan batu.
Namun pada kasus tertentu mungkin harus dilakukan tindakan operatif seperti kolesistektomi atau pengangkatan kantong empedu. Tindakan ini dapat dilakukan jika terdapat batu di kantong empedu yang sudah cukup banyak atau besar sehingga menimbulkan gejala.
Sedangkan untuk kasus pada saluran empedu yang sudah tidak dapat diatasi dengan tindakan ERCP, dapat dilakukan operasi untuk mengeluarkan batu dari saluran empedu.
Kembali lagi untuk pilihan terapi sangat dipengaruhi oleh kondisi pasien, jenis kasus batu empedu yang dialami, lokasi dan faktor risiko lainnya yang akan menjadi bahan pertimbangan dokter spesialis bedah yang mengangani.
Pencegahan
Pencegahan batu empedu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang bisa menyebabkan terbentuknya batu empedu. Sangat penting untuk menjaga pola makan dengan gizi seimbang dan rendah lemak.
Selain itu, penting untuk rutin berolahraga agar dapat menjaga metabolisme tubuh terjaga dengan baik, khususnya untuk metabolisme lemak.
Dapat juga melakukan skrining secara rutin dengan mengikuti program medical check up sehingga dapat diketahui kondisi tubuh jika memiliki batu empedu sebelum menimbulkan gejala dan mengganggu aktivitas.
Komplikasi
Batu empedu yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan peradangan hingga infeksi seperti kolangitis dan kolesistitis. Selain itu, peradangan juga dapat mempengaruhi organ lain seperti pankreas dan menyebabkan pankreatitis.
Pada kasus batu empedu yang berlokasi di kantong empedu terlalu banyak atau terlalu besar bisa meningkatkan risiko pecahnya kantong empedu atau perforasi sehingga menimbulkan peradangan dan infeksi area sekitarnya yang disebut dengan peritonitis.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gejala khas batu empedu seperti nyeri pada perut sisi kanan atas, menjalar ke area punggung hingga bahu kanan, disertai dengan mual, muntah dan kembung, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter.
Gejala tersebut biasanya muncul ketika batu empedu sudah cukup besar untuk menimbulkan sumbatan hingga menyebabkan munculnya berbagai keluhan. Sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter sebelum terjadi berbagai kemungkinan komplikasi. Bila perlu, akan dilakukan rujukan ke dokter spesialis bedah untuk evaluasi dan tatalaksana lebih lanjut.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene