RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Penyakit Difteri – Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Ke Dokter

Penyakit Difteri – Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus Ke Dokter

kenali penyebab difteri pada anak

Salah satu penyakit yang dapat dibantu dicegah dengan vaksin DPT adalah difteri. Apa sebenarnya difteri, gejala yang dapat ditimbulkan hingga seberapa penting pemberian vaksin? Mari kita bahas lebih lanjut. 

Penyakit difteri adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini dapat menyerang berbagai golongan usia dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi hingga gangguan pernapasan. 

Apa penyebab difteri? 

Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae. Proses penyebaran infeksi ini dapat melalui droplet atau tetesan air yang dikeluarkan oleh orang terinfeksi yang batuk dan bersin. Salah satu tanda khas dari infeksi ini adalah terbentuknya selaput atau lapisan pada tenggorokan yang dapat mengganggu pernapasan. 

Gejala difteri 

Penyakit difteri dapat ditemukan pada anak hingga dewasa, bahkan lansia. Pada anak, imunitas tubuh belum berkembang secara optimal. Oleh karena itu, maka risiko tertular dan terinfeksi suatu penyakit akan lebih tinggi, termasuk difteri. 

Gejala awal yang dapat ditemukan pada orang dengan difteri mungkin bisa terlihat mirip dengan infeksi virus atau bakteri lainnya yang menyerang sistem pernapasan. Gejalanya antara lain adalah demam, sakit tenggorokan hingga pembesaran kelenjar getah bening. 

Namun tanda yang khas adalah adanya lapisan tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan atau amandel. Jika lapisan cukup tebal dan luas, dapat menimbulkan keluhan berupa kesulitan menelan hingga gangguan dalam bernapas. 

Komplikasi difteri 

Gejala awal difteri mungkin terlihat serupa dengan infeksi biasa, namun jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai gejala berat hingga komplikasi yang dapat berbahaya, khususnya bagi anak. 

Difteri dapat menimbulkan gangguan dalam pernapasan karena ada lapisan tebal yang menutupi saluran pernapasan. Selain itu, infeksi juga dapat meluas hingga menimbulkan peradangan pada otot jantung atau miokarditis hingga menyebabkan gagal jantung. 

Kondisi infeksi ini juga dapat menyebabkan kerusakan pada saraf meskipun biasanya bersifat sementara. Namun jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat. Selain itu, toksin atau racun dari bakteri ini dapat juga menimbulkan masalah pada ginjal. 

Tatalaksana difteri 

Tatalaksana difteri sangat dipengaruhi oleh tingkat keparahan dan berbagai gejala yang ditimbulkannya. Gejala berupa demam dan sakit tenggorokan dapat diatasi dengan obat sesuai dengan kebutuhan, seperti antipiretik untuk menurunkan demam. 

Sedangkan untuk kondisi infeksi bakteri ini membutuhkan penanganan berupa antibiotik. Konsumsi obat ini harus sesuai dengan rekomendasi dokter agar pengobatan dapat optimal dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik. 

Untuk mengatasi toksin atau racun yang dihasilkan oleh bakteri, dapat juga diberikan antitoksin difteri. Pengobatan difteri membutuhkan isolasi untuk menurunkan risiko penularan dan dapat dilakukan di rumah sakit pada kondisi yang cukup berat dan membutuhkan evaluasi ketat. 

Pencegahan difteri 

Sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan gizi seimbang agar imunitas tubuh terjaga dengan baik. Tidak hanya makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lemak, namun kebutuhan akan mikronutrien seperti vitamin dan mineral juga harus dipenuhi. 

Selain itu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting agar tidak mudah tertular. Mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun dapat membantu menurunkan risiko terpapar bakteri penyebab penyakit. 

Pemberian vaksin pada anak sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia atau IDAI sangatlah penting. Dengan memberikan vaksin sesuai jadwal, akan membantu membentuk antibodi spesifik pada tubuh sehingga ketika suatu saat terinfeksi dapat melawannya dan biasanya gejala yang ditimbulkan akan lebih ringan dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi. 

Pemberian vaksin DPT dapat membantu melawan penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian vaksin DPT sesuai rekomendasi IDAI dapat diberikan pada usia anak 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. Setelahnya dapat diberikan vaksin booster saat menginjak kelas 1, kelas 2 dan kelas 5 dengan mengikuti program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di sekolah dasar. 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: