RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Penyakit Hernia (Turun Berok) : Penyebab, Gejala dan Kapan Harus Ke Dokter

Penyakit Hernia (Turun Berok) : Penyebab, Gejala dan Kapan Harus Ke Dokter

Penyakit Hernia (Turun Berok) : Penyebab, Gejala dan Kapan Harus Ke Dokter

Penyakit hernia merupakan salah satu penyakit yang dapat ditemukan baik pada pria maupun wanita. Bagaimana gejala yang ditimbulkan dan tatalaksananya? Mari kita bahas lebih lanjut. 

Penyakit hernia atau yang sering disebut juga dengan istilah turun berok merupakan kondisi medis dimana organ dalam tubuh seperti usus menonjol melalui dinding otot atau jaringan yang lemah. 

Sebenarnya istilah hernia bisa terjadi di bagian tubuh lain seperti pada area tulang belakang bisa ditemukan herniated nucleus pulposus atau HNP yang menyebabkan terjepitnya saraf pada area tersebut. Namun saat ini kita akan fokus pada kondisi hernia pada area abdomen atau perut. 

Hernia sering terjadi pada area perut dan memiliki tanda khas berupa benjolan yang pada fase awal dapat hilang sendiri. Namun jika tidak ditangani dengan baik, benjolan dapat semakin besar hingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi lain yang berbahaya bagi tubuh. 

Penyebab 

Hernia tidak hanya terjadi pada pria maupun wanita, kondisi ini juga dapat dialami oleh orang di berbagai rentang usia, baik anak kecil, dewasa hingga lansia. Kondisi hernia terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. 

Pada kondisi hernia kongenital biasanya berkaitan dengan kelemahan pada area otot abdomen sejak lahir. Karena adanya kelemahan otot ini, dinding abdomen menjadi memiliki titik lemah dan menimbulkan penonjolan usus melewati jaringan tersebut. 

Sebab lain yang seringkali menimbulkan kondisi hernia adalah riwayat kebiasaan mengangkat benda berat dengan metode yang salah. Jika tidak menggunakan metode yang benar dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada area abdomen sehingga meningkatkan risiko terjadinya hernia. 

Hal yang serupa dapat terjadi pada masa kehamilan. Pembesaran rahim dapat menimbulkan penekanan pada area abdomen sehingga memicu terjadinya kondisi turun berok. 

Jika ada riwayat penyakit lain seperti batuk kronis atau bersin yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada area abdomen. Jika kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat menyebabkan turun berok. 

Kondisi konstipasi kronis juga dapat meningkatkan tekanan pada area perut. Ketika mengejan dengan cukup kuat dapat menimbulkan peningkatan tekanan sehingga memicu terjadinya hernia. 

Pada usia lanjut, kekuatan jaringan pada area abdomen akan semakin lemah. Hal ini mempengaruhi kekuatan dan elastisitas otot pada area tersebut. Hal ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hernia. 

Selain itu, jika memiliki riwayat operasi pada area abdomen sebelumnya maka akan terbentuk jaringan parut yang tidak sekuat jaringan sebelum tindakan. Area ini bisa menjadi titik lemah dan menimbulkan hernia. 

Gejala 

Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi hernia atau turun berok sangat dipengaruhi oleh lokasi dan tingkat keparahannya. Namun gejala umum yang sering ditemukan adalah benjolan yang terlihat pada area perut, paha bagian dalam atau selangkangan. Karakteristik hernia pada tahap awal adalah benjolan yang hilang timbul. 

Pada hernia derajat ringan, kondisi benjolan dapat hilang dengan sendirinya ketika orang tersebut berbaring. Hal ini terjadi karena tekanan pada area abdomen relatif minimal pada posisi tersebut. 

Di sisi lain, benjolan akan muncul atau bahkan semakin besar ketika sedang beraktivitas seperti saat berdiri atau ketika ada sebab lain yang memicu terjadinya peningkatan tekanan pada area abdomen. 

Keluhan lain yang dapat ditemukan adalah adanya rasa nyeri atau tidak nyaman pada area yang dikeluhkan. Keluhan ini muncul terutama ketika sedang batuk, membungkuk atau mengangkat benda berat.  

Selain benjolan, dapat juga ditemukan keluhan berupa pembengkakan pada area sekitar selangkangan. Hal ini dapat terjadi ketika sudah terdapat peradangan pada area tersebut. 

Ketika ukuran benjolan cukup besar dan menimbulkan sumbatan, maka keluhan seperti mual dan muntah hingga perut terasa penuh. Hal ini terjadi karena usus sudah terperangkap atau menyebabkan obstruksi. 

Faktor Risiko 

Faktor risiko hernia dapat sangat bervariasi, dari faktor yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol berkaitan dengan pola hidup sehat. Jika konsumsi makanan rendah serat, maka akan meningkatkan risiko konstipasi dan lebih berisiko mengalami hernia. 

Selain itu, jika memiliki riwayat pekerjaan atau kebiasaan yang mengharuskan mengangkat benda berat, sangat penting untuk menggunakan metode yang tepat. Jika salah dapat meningkatkan risiko hernia. 

Riwayat penyakit kronis dengan gejala batuk dan bersin jika tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hernia. Hal ini berkaitan dengan paparan tekanan yang tinggi pada area abdomen sehingga meningkatkan risiko prolaps. 

Faktor risiko yang tidak dapat dihindari seperti penyakit bawaan atau kongenital, dimana kondisi dinding otot tidak cukup kuat. Hal ini bisa terjadi sejak kecil. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan segera jika ditemukan tanda-tanda hernia. 

Pada orang yang sedang hamil atau yang memiliki riwayat operasi pada area abdomen juga dapat memiliki risiko lebih tinggi mengalami turun berok. Hal ini berkaitan dengan peningkatan tekanan pada area abdomen dan adanya titik lemah pada area abdomen pasca tindakan operasi. 

Diagnosis 

Anamnesis 

Pada wawancara medis dokter akan menanyakan berbagai keluhan yang dimiliki dan berbagai kemungkinan faktor risiko yang ada. Gejala umum yang sering ditemukan adalah adanya benjolan pada area abdomen, termasuk pada paha bagian dalam atau selangkangan. 

Karakteristik benjolan biasanya khas, yaitu memiliki konsistensi yang lunak atau tidak keras, dapat hilang ketika berbaring dan dapat muncul atau membesar ketika beraktivitas seperti berdiri lama atau terdapat peningkatan pada area abdomen seperti saat batuk atau bersin. 

Keluhan lain yang dapat dialami adalah nyeri pada area abdomen, dapat disertai pembengkakan dan tanda peradangan lainnya. Jika sudah terjadi sumbatan atau obstruksi dapat juga dikeluhkan mual dan muntah. 

Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan suhu tubuh. Pada fase awal tanda-tanda vital dapat ditemukan dalam batas normal. Namun jika sudah disertai dengan keluhan nyeri, dapat disertai peningkatan tanda-tanda vital. 

Dokter akan melakukan pemeriksaan abdomen dan status lokalis pada area yang dikeluhkan. Akan dilakukan penilaian terhadap benjolan pada area abdomen tersebut, termasuk untuk memastikan apakah hernia masih bisa didorong kembali (reducible hernia) atau tidak. 

Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dapat dilakukan untuk menilai adanya infeksi atau tidak. Namun pemeriksaan lain yang dapat dilakukan berupa ultrasonografi. Bila diperlukan dapat juga dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Pada kondisi hernia hiatal dapat juga dilakukan endoskopi. 

Terapi 

Terapi atau tatalaksana hernia sangat dipengaruhi oleh kondisi saat ini. Pada fase awal dan tidak ada keluhan bermakna yang mengganggu aktivitas, upaya berupa evaluasi secara berkala dapat dilakukan. Hal ini disertai dengan edukasi dan penanganan berbagai faktor risiko. 

Dokter dapat memberikan saran untuk menggunakan penyangga atau truss, khususnya pada kasus hernia inguinalis. Upaya ini dapat dilakukan untuk menghindari kondisi hernia semakin berat. Biasanya hal ini diberikan jika tindakan operasi belum dapat dilakukan. 

Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah pembedahan atau operasi hernia. Upaya ini dapat berupa herniotomi terbuka atau laparaskopi. Tindakan ini berupaya untuk menyembuhkan kondisi hernia sebelum semakin membesar dan menimbulkan komplikasi. 

Pasca tindakan operasi, sangat penting untuk menerapkan berbagai upaya pencegahan agar hernia tidak berulang. Hindari aktivitas fisik yang berat sesuai dengan anjuran dokter spesialis bedah yang menangani, perawatan luka dengan baik dan konsumsi makanan sehat dengan asupan serat yang cukup. 

Pencegahan 

Upaya pencegahan hernia dapat dilakukan dengan mengontrol berbagai faktor risiko hernia yang ada. Jika ada riwayat penyakit tertentu yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan pada area abdomen atau perut seperti batuk kronis, bersin atau konstipasi sebaiknya bisa melakukan pengobatan hingga tuntas. 

Terapkan pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang, cukup serat dan air putih. Sangat penting untuk menerapkan metode mengangkat benda berat dengan cara yang tepat agar terhindar dari risiko hernia. 

Komplikasi 

Komplikasi yang dapat terjadi pada hernia adalah ketika benjolan yang merupakan usus yang keluar dari dinding abdomen menjadi tersumbat sehingga menyebabkan obstruksi. 

Jika kondisi ini tidak ditangani dapat menimbulkan sumbatan pada aliran pembuluh darah sehingga bisa menimbulkan strangulata. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ yang terjepit dan membutuhkan tindakan pembedahan segera karena berisiko mengancam nyawa. 

Kapan Harus ke Dokter? 

Jika Anda memiliki faktor risiko hernia, pemeriksaan rutin secara berkala dapat dilakukan untuk evaluasi dan upaya deteksi dini. Terlebih jika sudah ada gejala berupa benjolan. 

Jika benjolan semakin membesar, sudah tidak dapat masuk atau hilang kembali saat berbaring, ada keluhan nyeri, mual atau muntah, sangat disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter sebelum terjadi komplikasi yang tidak diinginkan. 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: