Tiroid merupakan salah satu kelenjar yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh. Ketika mengalami masalah, tubuh dapat mengalami gangguan keseimbangan hormonal yang dapat sangat mempengaruhi aktivitas.
Kelenjar tiroid berlokasi di bagian leher sisi depan dan memiliki bentuk seperti kupu-kupu. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh, seperti mengatur pertumbuhan dan perkembangan.
Hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid adalah triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Ketika terdapat gangguan pada keseimbangan hormon ini dapat menimbulkan berbagai gejala. Saat produksi hormon tiroid terlalu banyak akan menimbulkan gejala hipertiroidisme. Sedangkan jika produksi hormon tiroid terlalu sedikit akan menimbulkan gejala hipotiroidisme.
Apa saja penyebabnya?
Banyak faktor yang bisa menimbulkan gangguan keseimbangan hormon tiroid, seperti penyakit autoimun, kekurangan yodium, radiasi, penggunaan obat-obatan tertentu, riwayat operasi tiroid, gangguan kelenjar pituitari, peradangan hingga infeksi.
Terdapat penyakit autoimun yang dapat mempengaruhi keseimbangan hormon tiroid, seperti Hashimoto Tiroiditis dimana akan menekan produksi hormon tiroid sehingga menimbulkan gejala hipotiroid dan Grave´s disease yang menyebabkan produksi hormon tiroid berlebih hingga menimbulkan gejala hipertiroid.
Yodium memiliki peranan penting dalam produksi hormon tiroid. Ketika tubuh mengalami kekurangan yodium, maka kompensasi tubuh adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebut dengan gondok. Pada kondisi ini, gejala yang ditimbulkan adalah hipotiroid.
Seseorang dengan riwayat terapi radiasi seperti pada pasien kanker dapat mempengaruhi kelenjar tiroid dan menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid. Hal yang serupa dapat ditemukan pada orang dengan riwayat operasi tiroid. Karena pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar, maka produksi hormon tiroid tidak memenuhi kebutuhan.
Konsumsi obat tertentu dapat mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid. Oleh karena itu dapat menimbulkan efek samping berupa penurunan produksi hormon tiroid. Pada gangguan kelenjar pituitari dapat mempengaruhi produksi hormon TSH yang mempengaruhi produksi hormon tiroid. Hal ini juga dapat mengganggu produksi hormon tiroid.
Selain itu, ketika kelenjar tiroid mengalami peradangan akan mempengaruhi produksi hormon tiroid. Riwayat keluarga dengan gangguan keseimbangan hormon tiroid juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hal yang serupa.
Bagaimana gejala yang dialami?
Hipotiroid
Ketika seseorang mengalami penurunan produksi hormon tiroid atau hipotiroid dapat mengalami beberapa gejala seperti merasa mudah lelah, peningkatan berat badan, mudah kedinginan, kulit kering, rambut rontok, sembelit, pembengkakan pada wajah, nyeri otot dan sendi, penurunan detak jantung, gangguan mood, kolesterol tinggi hingga siklus menstruasi tidak teratur.
Hipertiroid
Sedangkan ketika seseorang mengalami peningkatan produksi hormon tiroid atau hipertiroid dapat mengalami gejala berikut, seperti penurunan berat badan, peningkatan detak jantung atau takikardia, mudah cemas, keringat berlebihan, tremor, siklus menstruasi tidak teratur, diare, hingga peningkatan tekanan darah.
Secara umum gejala yang dialami mungkin tidak terlalu khas untuk dapat menegakkan diagnosis gangguan keseimbangan hormon tiroid. Selain itu, baik hipotiroid maupun hipertiroid tidak selalu disertai dengan perubahan bentuk kelenjar tiroid yang dapat dinilai dengan perabaan.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala seperti di atas dalam jangka panjang tanpa sebab yang jelas, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter. Sangat penting untuk dapat dilakukan pemeriksaan langsung agar dapat membantu menegakkan diagnosis dan agar dapat diberikan penanganan yang sesuai.
Pemeriksaan laboratorium membatu dokter untuk menilai hormon tiroid, saat adanya kecurigaan yang mengarah pada gangguan keseimbangan hormin tiroid. Pemeriksaan dasar yang diperlukan adalah TSH, T3 dan T4. Bila diperlukan, dokter juga akan memberikan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter spesialis penyakit dalam.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene