Pada pasien dengan riwayat trauma, khususnya trauma benda tumpul yang disebabkan oleh adanya kecelakaan, riwayat terjatuh hingga terbentur bisa menyebabkan terjadinya patah tulang. Mari kita kenali lebih dalam terkait kondisi ini.
Patah tulang dalam bahasa medis dapat disebut dengan fraktur. Kondisi ini terjadi ketika adanya keretakan hingga pemutusan jaringan tulang yang dapat disebabkan oleh banyak hal. Kondisi patah tulang seringkali disebabkan oleh adanya riwayat trauma yang menimbulkan benturan hingga kerusakan jaringan.
Secara umum, kondisi fraktur dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup atau closed fracture terjadi ketika kondisi patah tulang berada di bagian dalam tubuh dan tidak menembus kulit. Sedangkan fraktur terbuka atau opened fracture terjadi ketika tulang yang patah keluar menembus kulit.
Jika dinilai dari bentuk frakturnya, kondisi patah tulang dapat terbagi menjadi beberapa jenis:
Fraktur lengkap
Pada complete fracture terdapat garis patahan yang membagi tulang menjadi dua atau lebih bagian.
Fraktur tidak lengkap
Pada incomplete fracture garis patahan tidak sampai ke bagian tepi tulang sehingga tidak membagi tulang menjadi dua bagian. Pada kondisi ini, tulang bisa mengalami retak namun tidak sampai terpisah secara penuh.
Fraktur garis rambut
Pada hairline fracture, terdapat retakan yang bersifat halus dan tipis pada tulang, sehingga tidak ada pemisahan tulang.
Fraktur kominutif
Kondisi ini sering disebut dengan comminuted fracture karena tulang pecah dan dapat terbagi menjadi beberapa bagian kecil.
Kondisi patah tulang yang disebabkan oleh benturan, derajat keparahan dan jenisnya biasanya sangat dipengaruhi dengan seberapa besar kekuatannya. Jika bersifat ringan, biasanya cenderung membentuk incomplete fracture atau hairline fracture.
Sedangkan kekuatan yang lebih besar dapat menyebabkan complete fracture hingga kominutif yang menimbulkan beberapa fragmen atau bagian kecil.
Penyebab Fraktur
Terdapat beberapa jenis penyebab terjadinya patah tulang. Secara garis besar dapat tergolong menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal
Terdapat beberapa faktor internal yang dapat memicu terjadinya patah tulang, seperti faktor usia. Seiring bertambahnya usia, kepadatan tulang akan menurun seperti pada kondisi osteoporosis sehingga risiko mengalami fraktur akan lebih tinggi.
Selain itu, jika memiliki riwayat penyakit osteogenesis imperfekta dimana tulang memiliki sifat yang lebih rapuh akan meningkatkan risiko mengalami patah tulang. Pada kondisi kanker tulang dan penyakit metabolik tulang akan mempengaruhi struktur tulang dan lebih rentan mengalami patah.
Faktor eksternal
Penyebab tersering kasus patah tulang adalah trauma fisik, baik karena adanya riwayat kecelakaan, cedera olahraga hingga benturan fisik seperti terkena pukulan. Tekanan yang begitu besar bisa memicu terjadinya fraktur pada tulang.
Selain itu, asupan makanan yang kurang kalsium dan vitamin D juga dapat menyebabkan penurunan kekuatan tulang sehingga menjadi lebih rapuh dan rentan mengalami patah tulang.
Gejala
Gejala pada kasus patah tulang dapat sangat bervariasi. Bisa tidak menimbulkan gejala sama sekali karena tidak mengganggu aktivitas hingga dapat bersifat fatal. Contohnya pada fraktur garis rambut, biasanya jarang sekali menimbulkan keluhan.
Namun keluhan umum yang sering dialami pada kondisi patah tulang adalah nyeri yang hebat. Nyeri bersifat tajam dan berdenyut. Keluhan ini biasanya semakin berat ketika berusaha untuk digerakkan.
Selain itu, kondisi patah tulang yang disebabkan oleh trauma fisik seringkali disertai dengan memar dan pembengkakan. Hal ini disebabkan karena adaya inflamasi pada area tersebut. Kondisi peradangan biasanya disertai dengan perubahan warna kulit menjadi kemerahan, teraba hangat ketika disentuh hingga sangat sulit untuk dapat digerakkan.
Pada kondisi patah tulang lengkap atau complete fracture biasanya disertai dengan deformitas, dimana terdapat perubahan bentuk area yang mengalami patah tulang. Bisa terlihat seperti membentuk sudut atau benjolan.
Pada beberapa kasus dapat disertai dengan krepitus atau bunyi ketika area tersebut berusaha untuk digerakkan. Namun biasanya ketika mengalami patah tulang, bagian tubuh akan sangat sulit untuk digerakkan karena adanya pembengkakan dan akan terasa sangat nyeri.
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami patah tulang. Faktor risiko ini dapat digolongkan menjadi faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor yang dapat diubah adalah meminimalisir risiko terjadinya trauma, baik akibat kecelakaan, benturan atau overused. Sangat penting untuk menggunakan alat perlindungan diri (APD) ketika sedang bekerja, khususnya jika kondisi lingkungan pekerjaan yang berat.
Selain itu, penting untuk melakukan latihan dan pemanasan sebelum berolahraga. Khususnya untuk Anda yang memiliki kebiasaan rutin berolahraga dengan mengangkat beban berat. Sangat penting untuk berlatih secara perlahan dan dengan metode yang tepat agar tidak menimbulkan berbagai komplikasi, termasuk mencegah terjadinya fraktur.
Namun di sisi lain, ada juga faktor yang masih dapat diubah sehingga dapat membantu menurunkan risiko terjadinya patah tulang. Orang dengan asupan kalsium dan vitamin D tidak memenuhi kebutuhan hariannya akan meningkatkan risiko mengalami fraktur.
Pada usia lanjut, risiko mengalami osteoporosis akan lebih tinggi sehingga penting untk menjaga aktivitas sehari-hari agar beban terhadap tulang tidak terlalu berat. Selain itu, riwayat penyakit tertentu seperti gangguan metabolisme tulang, osteogenesis imperfekta hingga kanker tulang dapat meningkatkan risiko terjadinya patah tulang.
Diagnosis
Anamnesis
Dalam proses pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis untuk menilai keluhan saat ini dan melihat apakah ada kecurigaan kepada patah tulang. Pada kasus patah tulang tertutup, khususnya dengan jenis hairline fracture biasanya tidak menimbulkan keluhan bermakna.
Namun keluhan tersering pasien dengan patah tulang adalah nyeri yang khas. Keluhan nyeri yang dialami biasanya bersifat tajam dan sangat nyeri ketika digerakkan. Keluhan ini biasanya sulit membaik meskipun dengan konsumsi pereda nyeri.
Pada fraktur yang disebabkan oleh trauma atau benturan biasanya disertai dengan peradangan. Pasien dapat mengeluhkan nyeri disertai dengan rasa panas, bengkak, perubahan warna kulit menjadi kemerahan hingga sulit untuk digerakkan.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik awal, akan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, dari tekanan darah, denyut nadi dan laju pernapasan. Pada pasien dengan keluhan nyeri, biasanya tanda-tanda vital tersebut cenderung mengalami peningkatan.
Sedangkan pada kasus open fracture yang disertai dengan perdarahan aktif, tidak jarang disertai dengan penurunan tekanan darah. Kondisi ini biasanya terjadi ketika kondisi patah tulang melukai pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan hebat dan berisiko menimbulkan hipotensi hingga syok.
Pada area yang dikeluhkan nyeri, biasanya dapat ditemukan deformitas, dimana terdapat perubahan bentuk. Dapat terlihat adanya benjolan hingga membentuk sudut pada area yang dikeluhkan. Pada fraktur terbuka dapat terlihat bagian tulang yang keluar menembus kulit.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosis patah tulang, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan imaging seperti rontgen menggunakan sinar x. Dengan metode ini dokter dapat menentukan jenis patah tulang yang dialami dan tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan.
Bila diperlukan, dokter dapat melakukan pemeriksaan CT scan untuk lebih yakin dalam menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Jika dokter yang menangani ingin memeriksa lebih lanjut jaringan lain di sekitar tulang yang mengalami fraktur, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI).
Pada kondisi patah tulang, tidak jarang juga dilakukan pemeriksaan laboratorium darah untuk menilai apakah ada tanda-tanda infeksi di dalam darah.
Terapi
Terapi awal yang dapat dilakukan adalah mengatasi keluhan yang dialami. Untuk meredakan nyeri dapat diberikan pereda nyeri atau analgesik. Anti inflamasi dapat diberikan untuk membantu mengatasi peradangan. Jika ditemukan adanya tanda infeksi, pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan.
Terapi atau tatalaksana patah tulang sangat dipengaruhi oleh penyebab, jenis, lokasi dan tingkat keparahannya. Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan.
Imobilisasi
Upaya ini dilakukan untuk menurunkan pergerakan pada area yang mengalami patah tulang untuk menurunkan risiko terjadinya perburukan fraktur dan merusak jaringan sekitarnya.
Tindakan yang cukup sering dilakukan adalah pemasangan gips. Dengan tindakan ini dapat membantu menjaga posisi tulang tetap sama agar mempercepat proses pemulihannya dan mencegah terjadinya deformitas.
Metode splint juga cukup sering digunakan dan dapat dikombinasikan dengan gips untuk dapat membantu menyangga posisi agar tetap stabil selama proses pemulihan patah tulang.
Dapat juga menggunakan brace untuk membantu menjaga posisi tulang pada saat pemulihan. Namun dengan metode ini biasanya memungkinkan sedikit pergerakan.
Reduksi
Reduksi bertujuan untuk reposisi tulang agar kembali ke posisi semula. Upaya ini biasanya dilakukan pada kondisi patah tulang yang mengalami deformitas. Reposisi terbagi menjadi reposisi tertutup dan terbuka.
Dengan reposisi tertutup, pengembalian posisi tulang dilakukan tanpa upaya pembedahan atau tidak ada sayatan. Tindakan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan proses imobilisasi menggunakan gips.
Sedangkan reposisi terbuka biasanya dilakukan di dalam ruang operasi karena membutuhkan tindakan pembedahan. Upaya ini biasanya dilakukan pada kasus patah tulang yang lebih kompleks.
Fiksasi
Upaya fiksasi dapat dibagi mejadi internal dan eksternal. Fiksasi internal biasanya menggunakan alat seperti plat atau pen untuk membantu menahan fragmen tulang di dalam tubuh agar proses pemulihan dapat maksimal dan meminimalisir deformitas.
Selain itu, fiksasi eksternal juga dapat dilakukan bila diperlukan. Upaya ini menggunakan alat eksternal yang terhubung dengan tulang untuk dapat membantu menjaga posisinya selama proses pemulihan. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk kondisi kompleks dengan banyak jaringan di sekitarnya yang rusak.
Setelah berbagai tindakan, termasuk operasi atau pembedahan, sangat penting untk melakukan rehabilitasi dan fisioterapi. Upaya utama kasus fraktur adalah imobilisasi. Dengan durasi cukup lama bagian tubuh tersebut tidak digerakkan, maka dapat ditemukan penurunan kekuatan dan fungsi. Oleh karena itu, tahapan ini memiliki peranan yang sangat penting.
Melakukan kontrol rutin dengan dokter spesialis ortopedi yang menangani juga merupakan hal yang penting selama proses pemulihan. Dengan pemeriksaan klinis akan dinilai proses pemulihannya dan menurunkan risiko adanya deformitas.
Pencegahan
Upaya pencegahan pada kasus patah tulang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang dimiliki. Jika memiliki riwayat penyakit tertentu yang membutuhkan follow up secara rutin, kepatuhan memiliki peranan yang penting untuk dapat mencegah fraktur.
Penting juga untuk melakukan skrining rutin atau berkala jika memiliki riwayat penyakit tertentu yang mempengaruhi kekuatan tulang sehingga dapat melakukan deteksi dini.
Jika bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi mengalami trauma, benturan atau kecelakaan, sangat penting untuk menggunakan alat perlindungan diri (APD) untuk dapat meminimalisir risiko tersebut.
Sedangkan jika memiliki kebiasaan berolahraga dengan mengangkat beban berat, perhatikan dengan baik metode yang tepat dan kesiapan otot. Penting untuk melakukan pemanasan, menjalankan setiap tahapan dan menggunakan cara yang benar.
Perhatikan juga asupan yang dikonsumsi. Penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan gizi seimbang, khususnya yang mengandung tinggi kalsium dan vitamin D untuk kesehatan dan kekuatan tulang.
Komplikasi
Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi patah tulang bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Pada kasus open fracture terdapat luka terbuka akibat fragmen tulang yang menembus kulit. Jika tidak segera ditangani maka risiko mengalami infeksi akan sangat tinggi. Kondisi ini bisa menimbulkan peradangan disertai dengan infeksi hingga osteomielitis.
Jika patah tulang, khususnya yang bersifat lengkap atau complete fracture, risiko mengalami malunion atau deformitas sangatlah tinggi jika tidak ditangani dengan metode yang benar. Selain bentuk tulang yang berubah, kondisi ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi.
Selain kondisi malunion, patah tulang lengkap yang tidak ditangani dengan baik juga dapat menyebabkan non-union, dimana bagian tulang yang terpisah karena fraktur tidak dapat terhubung kembali.
Selain malunion dan non-union, patah tulang yang tidak ditangani dengan tahapan yang tepat seperti imobilisasi, reduksi dan fiksasi bisa mengalami delayed union. Kondisi ini menyebabkan proses pemulihan akan berlangsung lebih lama dari yang seharusnya.
Ketika terdapat patah tulang di bagian dalam dan tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko terjadinya compartment syndrome. Pada kondisi ini terdapat peningkatan tekanan pada area tersebut sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada otot dan saraf.
Selain itu, jika terdapat pembentukan bekuan darah pada pembuluh darah vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) dapat meningkatkan terjadinya emboli paru. Jika fragmen tulang yang mengalami patah merobek pembuluh darah, kondisi ini bisa memicu perdarahan hebat hingga syok.
Pada anak, jika kondisi fraktur tidak ditangani dengan baik dapat menghambat pertumbuhan tulang, khususnya jika fraktur terjadi apda lempeng pertumbuhan atau growth plate.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika memiliki riwayat trauma atau benturan hebat disertai dengan nyeri yang hebat, sangat penting untuk memeriksakan diri lebih lanjut dengan dokter. Terlebih jika disertai dengan inflamasi dan deformitas.
Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk dapat menegakkan diagnosis fraktur yang dialami, termasuk jenis dan tatalaksana yang akan dilakukan. Hal ini penting dilakukan untuk dapat menyingkirkan berbagai kemungkinan diagnosis lain.
Namun jika fraktur yang dialami merupakan fraktur terbuka, dimana terdapat fragmen tulang yang menembus kulit, segera ke unit gawat darurat terdekat, hindari menyentuhnya untuk menurunkan risiko infeksi.
Sangat penting juga untuk diketahui bahwa kondisi patah tulang sangat tidak disarankan untuk dilakukan pemijatan. Hal ini sangat berisiko memperburuk kondisi fraktur, menyebabkan malposisi dan meningkatkan risiko peradangan.
Upaya pertama yang dapat dilakukan adalah konsumsi analgesik untuk mengatasi keluhan nyeri dan anti radang untuk mengatasi inflamasi. Selain itu, lakukan imobilisasi karena gerakan sedikit biasanya akan memicu timbulnya keluhan nyeri.
Meskipun keluhan sedikit membaik dengan konsumsi obat, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter untuk dapat memastikan kondisi saat ini dan dapat ditangani dengan baik sebelum terjadi berbagai kemungkinan komplikasi jika terlambat ditangani.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene