RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Transplantasi Ginjal, Ini yang Harus Anda Ketahui

Transplantasi Ginjal, Ini yang Harus Anda Ketahui

dokter menjelaskan tentang transplantasi ginjal menggunakan model ginjal

Salah satu jenis transplantasi yang cukup sering dilakukan adalah untuk pencangkokan ginjal. Apa saja indikasinya, proses hingga tatalaksana pasca tindakan? Mari kita bahas lebih lanjut. 

Terdapat berbagai jenis operasi organ ginjal. Tindakan ini sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh penyebab utama yang mendasarinya. Pada kasus batu ginjal, dapat dilakukan tindakan operasi konvensional untuk mengeluarkan batu dari dalam organ ginjal. 

Pada kasus tumor pada ginjal yang membutuhkan tindakan pengangkatan total, dapat dilakukan tindakan nefrektomi untuk mengangkat organ ginjal tersebut secara keseluruhan, khususnya jika ada kecurigaan ke arah keganasan untuk mencegah terjadinya penyebaran atau metastasis. 

Setiap orang, seharusnya memiliki dua organ ginjal di area retroperitoneal. Jika salah satu ginjal sudah diangkat, namun ginjal lainnya masih berfungsi optimal, biasanya tidak memerlukan tindakan lebih lanjut. Dalam kondisi ini biasanya hanya memerlukan follow up secara rutin. 

Namun pada pasien dengan gagal ginjal stage akhir yang sudah tidak dapat ditangani dengan terapi lain, tindakan transplantasi ginjal dapat dipertimbangkan. Hal ini biasanya disebabkan oleh fungsi ginjal sudah tidak optimal. Sehingga jalan yang terbaik harus dengan metode transplantasi untuk menolong kerja ginjal. 

Gagal ginjal 

Ginjal memiliki peranan yang sangat penting di dalam tubuh. Ginjal berperan dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, mengontrol tekanan darah, hingga mengeluarkan zat beracun dari dalam tubuh. Oleh karena itu, jika tidak bekerja dengan baik, maka dapat sangat mempengaruhi metabolisme tubuh dan berisiko hingga mengancam nyawa. 

Secara garis besar, kondisi gagal ginjal dapat dibagi menjadi dua, yaitu gagal ginjal akut dan kronis. Gagal ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) terjadi dalam jangka waktu yang lebih cepat. Kondisi ini dapat dipicu oleh dehidrasi, trauma, infeksi berat hingga efek samping konsumsi obat. 

Beberapa kondisi gagal ginjal dapat ditangani dan terkontrol dengan mengatasi penyebab utama yang mendasarinya. Jika disebabkan oleh dehidrasi, pemberian terapi cairan yang tepat dapat sangat membantu. Jika disebabkan oleh infeksi, pemberian antibiotik pada kasus infeksi bakteri dapat mengatasinya. 

Jika disebabkan oleh efek samping konsumsi obat tertentu, penurunan dosis hingga menghentikan konsumsi obat dapat membantu mengatasi kondisi gagal ginjal akut agar tidak semakin berat dan menimbulkan berbagai komplikasi. 

Sedangkan untuk gagal ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) proses perjalanan penyakitnya cenderung lebih lambat. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai penyakit kronis yang mendasarinya, seperti diabetes, hipertensi, penyakit ginjal berulang hingga autoimun. 

Gejala gagal ginjal pada stadium awal, khususnya gagal ginjal kronis bisa tidak terlalu bermakna karena tidak mengganggu aktivitas. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan peningkatan stadium dapat menimbulkan keluhan berupa mudah lelah, pembengkakan, mual, peningkatan tekanan darah hingga kulit kering dan gatal. 

Sedangkan pada gagal ginjal akut, tanda dan gejala lebih mudah dikenali, seperti penurunan produksi urin, mudah lelah hingga pembengkakan pada kaki. Untuk kondisi AKI biasanya jika segera ditangani dapat pulih dengan perawatan yang tepat. 

Di sisi lain, untuk kondisi CKD biasanya memerlukan penanganan dan terapi jangka panjang dan membutuhkan pemantauan yang ketat. Sulit untuk dapat pulih, namun biasanya terapi dilakukan untuk menghambat progresifitas penyakit agar tidak semakin berat. 

Beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan dan dikontrol agar tidak menyebabkan gagal ginjal adalah diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular dan berat badan berlebih. Oleh karena itu, jika memiliki berbagai penyakit penyerta, sangat penting untuk dapat menjaganya agar terkontrol dengan baik. Sangat penting untuk konsumsi obat dan kontrol secara rutin. 

Penting juga untuk dapat menjaga pola hidup sehat dengan pola makan dengan gizi seimbang dan rutin berolahraga. Dengan upaya ini juga dapat membantu menjaga berat badan ideal dan mencegah berbagai kemungkinan penyakit kronis. 

Selain itu, penting juga untuk memperhatikan adanya riwayat penyakit ginjal pada keluarga dan faktor usia. Jika ada risiko ini, sebaiknya dapat melakukan skrining rutin dengan melakukan medical check up secara berkala agar dapat dilakukan deteksi dini sebelum muncul berbagai komplikasi. 

Stadium pada gagal ginjal kronis 

Gagal ginjal kronis atau CKD karena memiliki perjalanan penyakit yang panjang, maka memiliki beberapa tingkatan stadium. Salah satu indikatornya adalah dengan melakukan pemeriksaan fungsi ginjal yang terlihat dari nilai GFR atau glomerular filtration rate. 

Stadium 1 

Meskipun GFR masih tinggi, yaitu di atas 90 mL/min/1.73m2, namun dapat ditemukan tanda awal kerusakan ginjal seperti protein dalam urin dna kelainan struktur dalam organ ginjal. Namun di sisi lain, bisa saja tidak menimbulkan keluhan apapun. 

Stadium 2 

Pada stadium ini nilai GFR berada di antara 60-89 mL/min/1.73m2 dan dapat ditemukan penurunan fungsi ginjal meskipun tanpa gejala yang jelas. Kurang lebih seperti stadium 1. 

Stadium 3 

Nilai GFR pada stadium ini adalah 30-59 mL/min/1.73m2, dan sudah mulai terlihat gejala meskipun tidak khas. Penderita biasanya merasa mudah lelah, perubahan buang air kecil hingga mulai adanya pembengkakan. 

Stadium 4 

Pada stadium ini, nilai GFR berada di antara 15-29 mL/min/1.73m2. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa anemia dan peningkatan tekanan darah. Gejala penyerta lain juga dapat ditemukan seperti lemas, mudah lelah dan cenderung pucat. Selain itu, terjadi penurunan kualitas hidup karena aktivitas yang mulai terganggu. 

Stadium 5 

Nilai GFR pada stadium ini sudah sangat rendah, yaitu di bawah 15 mL/min/1.73m2. Pada saat ini, ginjal sudah kehilangan berbagai fungsi vitalnya dan metabolisme tubuh tidak dapat berjalan dengan baik. 

Pada kondisi ginjal tahap akhir, dokter spesialis penyakit dalam yang menangani akan mulai merekomendasikan cangkok ginjal jika metode dialisis dan upaya lainnya tidak dapat berjalan dengan baik untuk menjaga fungsi ginjal. 

Transplantasi organ ginjal 

Cangkok atau transplantasi adalah metode yang dilakukan untuk memindahkan organ dari pendonor ke resipien untuk dapat mengganti organ yang sudah tidak berfungsi dengan baik, dengan tujuan untuk menjaga fungsi organ dan metabolisme tubuh tetap berjalan dengan baik. 

Pada kasus gagal ginjal kronis yang sudah tidak dapat ditangani dengan dialisis atau cuci darah dan tindakan lainnya, transplantasi ginjal adalah upaya terakhir yang dapat dilakukan. Namun tindakan ini memiliki rangkaian yang cukup panjang dan rumit untuk dapat menemukan pendonor dengan organ yang tepat dan cocok untuk resipien atau penerimanya. 

Tahapan transplantasi ginjal 

Pemeriksaan pasien 

Sebagai penderita gagal ginjal stadium akhir yang memerlukan transplantasi ginjal dari orang lain, akan dilakukan pemeriksaan dan evaluasi menyeluruh, dari pemeriksaann fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. 

Penting juga untuk melakukan edukasi kepada pasien dan seluruh anggota keluarga terkait transplantasi ginjal yang akan dilakukan. Selain itu, penting untuk dilakukan penilaian psikologis sebelum melakukan tindakan transplantasi. 

Pemeriksaan donor 

Tidak hanya pasien yang akan menerima donor organ yang memerlukan pemeriksaan, begitu juga dengan pendonornya. Sangat penting untuk memberikan edukasi yang jelas untuk pendonor dan bila perlu kepada keluarga. Pemeriksaan psikologis juga penting untuk dapat mempersiapkan pendonor sebelum melakukan tindakan.

Pencocokan donor dan pasien 

Setelah dilakukan pemeriksaan masing-masing, baik pendonor dan pasien, tahap berikutnya memiliki peranan yang sangat penting. Akan dilakukan pencocokan antara donor dan pasien. Tes darah penting untuk dilakukan untuk meminimalisir risiko penolakan organ. Salah satu pemeriksaan utama adalah golongan darah.  

Selain itu, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah Human Leukocyte Antigen atau HLA. Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk keberhasilan tindakan transplantasi. 

Tindakan transplantasi ginjal 

Jika dari seluruh hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang baik, dimana antara donor dan penerima memiliki kecocokan, maka tindakan transplantasi ginjal dapat dilakukan. Prosedur pencangkokan ginjal dilakukan dengan pembiusan umum. 

Ginjal akan diambil dari pendonor. Kemudian akan ditempatkan pada area panggul pasien dan akan disambungkan dengan pembuluh darah pasien sebagai penerima donor organ. Jika terdapat infeksi atau kondisi lain yang mendasari, ginjal lama pasien dapat diangkat. 

Perawatan pasca tindakan 

Pasca tindakan, dokter akan menyarankan rawat inap agar dapat dilakukan evaluasi secara intensif dan berkala. Tindakan transplantasi ginjal rentan mengalami infeksi dan penolakan. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan follow up ketat pasca tindakan. 

Pada pasien penerima transplantasi ginjal akan diberikan obat imunosupresan untuk mencegah sistem kekebalan tubuh yang berisiko menolak ginjal baru. Konsumsi obat ini biasanya seumur hidup. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan kontrol rutin dengan dokter yang menangani, terlebih jika memiliki gejala. 

Dari hasil kontrol akan dilakukan pemantauan fungsi ginjal, penilaian adanya reaksi penolakan organ hasil transplantasi dan penyesuaian dosis obat yang dikonsumsi. 

Komplikasi transplantasi ginjal 

Berbagai tindakan transplantasi organ dapat memiliki risiko terjadinya komplikasi. Pasca tindakan transplantasi ginjal, mungkin saja mengalami komplikasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan kontrol secara rutin dan konsumsi obat sesuai anjuran dokter. 

Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah penolakan organ hasil transplantasi. Hal ini masih bisa terjadi meskipun sudah melewati serangkaian pemeriksaan sebelum tindakan pendonoran, tindakan operasi yang lancar hingga konsumsi obat imunosupresan rutin. 

Konsumsi obat imunosupresan sangat penting untuk membantu menurunkan risiko penolakan organ hasil transplantasi. Namun di sisi lain, konsumsi obat ini dalam jangka panjang dapat menurunkan imunitas tubuh dan meningkatkan risiko infeksi. 

Pasca tindakan transplantasi, mungkin saja fungsi ginjal dapat membaik dan kembali normal. Namun seiring berjalannya waktu, tidak menutup kemungkinan dapat mengalami penurunan fungsi ginjal kembali. Terlebih jika penyakit kronis lain yang mendasari tidak terkontrol dengan baik. 

Apakah transplantasi ginjal bisa dilakukan di Indonesia? 

Ya. Transplantasi ginjal kini sudah dapat dilakukan di Indonesia, meskipun layanan ini belum tersedia di seluruh rumah sakit. Selain itu, yang menjadi tantangan pada saat ini adalah daftar tunggu yang cukup panjang. 

Banyak kasus gagal ginjal di Indonesia yang sudah berada di tahap akhir dan tidak dapat ditangani dengan metode cuci darah atau hemodialisis. Oleh karena itu, jalan keluarnya adalah tindakan transplantasi ginjal. Selain itu, belum tersedia cukup banyak pendonor dan sulitnya menemukan kecocokan antara pendonor dan resepien juga dapat menjadi kendala. 

Tindakan transplantasi ginjal juga teregolong dalam prosedur yang mahal. Hal ini juga menjadi bahan pertimbangan dokter dan pasien yang membutuhkan tindakan cangkok ginjal. 

Apakah manusia bisa hidup dengan satu ginjal saja? 

Meskipun manusia dilengkapi dengan dua organ ginjal, ternyata jika hanya memiliki satu ginjal manusia dapat tetap beraktivitas dengan baik tanpa ada gangguan metabolisme tubuh. Hal ini dapat ditemukan pada orang dengan kelainan genetik sehingga memang terlahir dengan satu ginjal atau pasca tindakan nefrektomi atau pengangkatan ginjal dengan indikasi medis tertentu. 

Selain itu, pasca mendonorkan salah satu ginjalnya, pendonor tersebut juga dapat tetap hidup dengan normal tanpa gangguan apapun untuk aktivitas sehari-hari. Meskipun sebelumnya sudah melewati serangkaian pemeriksaan hingga dinyatakan layak untuk dapat mendonorkan ginjalnya, pasca tindakan tubuh akan tetap membutuhkan proses untuk pemulihan dan membiasakan diri dengan kondisi satu ginjal. 

Ginjal yang tersisa akan berusaha untuk bekerja lebih agar dapat menjalankan proses filtrasi dengan normal seperti pada kondisi tubuh dengan dua ginjal sebelumnya. Kondisi ini dapat disebut dengan hiperfiltrasi. Namun jika sudah terbiasa, tidak ada kendala berarti setelahnya dalam beraktivitas sehari-hari. 

Namun untuk dapat menjaga kesehatan ginjal agar fungsinya dapat bekerja dengan baik, sangat penting untuk menjaga pola hidup sehat dengan konsumsi makanan gizi seimbang, penuhi kebutuhan cairan harian dan rutin berolahraga.  

Pilih makanan yang rendah garam, rendah protein dan kaya akan buah serta sayur. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan ginjal dan mencegah kerja ginjal yang terlalu berat dan bisa mempengaruhi fungsi dan metabolismenya. 

Selain itu, penting untuk menghindari obat-obatan yang memiliki efek samping mempengaruhi fungsi ginjal. Perhatikan saat konsumsi obat pereda nyeri seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Sebaiknya berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter sebelum konsumsi obat tersebut. Biasanya dokter akan memberikan alternatif lain yang cenderung lebih aman untuk kesehatan ginjal. 

Tidak hanya penerima donor organ yang membutuhkan kontrol dan pemeriksaan rutin, pendonor juga membutuhkan followup rutin untuk memantau fungsi ginjal, apakah masih cukup baik pasca tindakan pendonoran. Akan dilakukan juga pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan urin. 

Selain itu, perlu juga melakukan kontrol terhadap tekanan darah. Salah satu tanda terjadinya gangguan fungsi ginjal adalah adanya peningkatan tekanan darah. Kondisi hipertensi jangka panjang yang tidak terkontrol atau tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko gangguan fungsi ginjal hingga gagal ginjal. 

Untuk aktivitas fisik sehari-hari, biasanya tidak ada pantangan atau larangan pada orang dengan satu ginjal. Namun sebaiknya hindari olahraga dengan risiko tinggi yang dapat menyebabkan kontak fisik atau benturan pada area ginjal. 

Sebelum memutuskan ingin mendonorkan ginjal maupun tindakan transplantasi ginjal, sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui kondisi saat ini serta memperoleh informasi yang sangat jelas. Perlu juga dilakukan pertimbangan bersama seluruh anggota keluarga sebelum mengambil keputusan. 

Tidakan transplantasi ginjal biasanya adalah jalan keluar terakhir yang dipilih pada kasus gagal ginjal. Jika dokter spesialis nefrologi sudah melakukan berbagai upaya dengan maksimal namun hasil perbaikan fungsi ginjal tidak cukup bermakna, dokter dapat mempertimbangkan dilakukannya tindakan transplantasi ginjal. 

Kontrol rutin pasca tindakan sangat penting untuk dilakukan. Tidak hanya untuk melakukan evaluasi fungsi ginjal, namun juga untuk memastikan kondisi organ ginjal pasca transplantasi tidak memiliki tanda-tanda penolakan. 

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: