Anak memiliki jadwal imunisasi wajib yang harus dipenuhi dan diberikan sesuai dengan usia yang direkomendasikan. Selain itu, terdapat juga booster vaksin yang diberikan setelahnya. Tidak hanya anak, dewasa juga membutuhkan vaksin booster, khususnya untuk pneumonia.
Pneumonia merupakan gangguan pada organ paru yang seringkali disebabkan oleh infeksi bakteri. Tidak hanya bakteri, namun virus, jamur dan mikroorganisme lain juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.
Pneumonia bisa menimbulkan gejala yang relatif ringan, namun dapat juga menimbulkan gejala yang berat hingga mengancam nyawa, khususnya pada orang yang berisiko lebih tinggi dan memiliki riwayat penyakit lain yang menyertai dan memperberat kondisinya. Namun karena disebabkan oleh infeksi, pneumonia dapat dicegah.
Upaya pencegahan pneumonia
Menjaga pola hidup sehat dengan konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan rutin berolahraga adalah kunci utama agar dapat menjaga metabolisme tubuh terjaga dnegan baik, termasuk imunitas tubuh.
Cuci tangan dengan metode yang benar dapat membantu menurunkan risiko terpapar berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk pneumonia. Selain itu, sangat penting untuk menjaga kebersihan rumah dan sirkulasi udara dengan baik.
Jika memiliki berbagai penyakit kronik, sangat penting untuk kontrol secara rutin. Misalnya pada kasus diabetes melitus, penting untuk kontrol rutin dan konsumsi obat sesuai arahan dokter yang menangani agar kadar gula darah dapat terjaga dengan baik.
Pneumonia pada dewasa seringkali disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae. Untuk mencegah infeksi bakteri ini, dapat dilakukan vaksinasi sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan.
Pada anak disarankan dosis 3+1, yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan 12-15 bulan. Sedangkan sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), untuk vaksin PCV pada dewasa di atas usia 18 tahun dapat diberikan sebanyak satu kali.
Seberapa penting vaksin booster?
Dengan vaksinasi, tubuh akan berupaya membentuk antibodi sehingga ketika sewaktu-waktu mengalami infeksi sudah memiliki senjata untuk melawan bakteri tersebut. Dengan upaya ini, pneumonia dapat dicegah. Dan sekalipun terinfeksi, gejala yang ditimbulkan akan cenderung lebih ringan.
Pemberian vaksin booster dapat membantu menjaga perlindungan yang lebih lama dan efektif. Seiring berjalannya waktu, biasanya titer antibodi akan cenderung menurun. Hal ini menyebabkan kerjanya akan kurang efektif untuk melawan infeksi. Oleh karena itu, penting untuk diberikan booster.
Pada beberapa kondisi, faktor risiko lain dapat menjadi pertimbangan seseorang memerlukan vaksin booster. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberitahukan seluruh riwayat penyakit yang dimiliki agar dokter yang menangani dapat melakukan penilaian dan menggolongkan apakah orang tersebut termasuk dapat kelompok orang dengan risiko tinggi dan memerlukan booster vaksin atau tidak.
Pada orang dengan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, paru dan imunokompromais, dimana sistem kekebalan tubuh yang lemah membutuhkan perlindungan tambahan yang dapat diperoleh dengan menerima vaksin booster.
Upaya pemberian vaksin booster juga diperlukan untuk mencegah komplikasi serius. Pneumonia dapat menyebabkan berbagai gejala berat dan komplikasi serius seperti sepsis dan meningitis. Dengan vaksin booster diharapkan risiko gejala berat hingga komplikasi yang dapat mengancam nyawa dapat ditekan.
Jika Anda memiliki riwayat alergi atau pernah mengalami reaksi hipersensitivitas pasca vaksin tertentu, sangat penting untuk menginformasikannya kepada dokter sebelum melakukan vaksinasi. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya reaksi hipersensitivitas berlebih yang tidak diinginkan pada saat tindakan vaksinasi.
Berikan vaksinasi yang lengkap dan sesuai jadwal pada anak hingga usia 18 tahun sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Setelah usia 18 tahun, dapat memperoleh vaksinasi sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene