Salah satu tanda yang dikhawatirkan ditemukan pada bayi baru lahir adalah kuning. Apa sebenarnya penyebab bayi kuning dan bagaimana cara penanganannya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Keluhan perubahan warna kulit menjadi kekuning dapat disebabkan oleh banyak hal. Selain itu, keluhan jaundice ini juga dapat ditemukan di berbagai rentang usia, dari anak hingga dewasa. Saat ini kita akan bahas lebih dalam terkait penyebab kuning pada bayi.
Jaundice pada bayi
Keluhan jaundice atau perubahan warna kulit menjadi kuning pada bayi disebabkan oleh adanya penumpukan bilirubin di dalam peredaran darah bayi. Bilirubin terbentuk dari pemecahan sel darah merah yang berlebihan.
Penyebab jaundice pada bayi bisa digolongkan menjadi dua kategori besar, yaitu yang bersifat fisiologis dan patologis, dimana ada penyebab lain seperti penyakit tertentu yang mendasari penumpukan bilirubin berlebih pada darah.
Fisiologis
Kondisi kuning pada bayi bisa tergolong fisiologis atau merupakan kondisi yang normal sehingga tidak ada hal yang perlu diperhatikan. Namun dengan kondisi ini, biasanya tetap membutuhkan evaluasi secara berkala untuk dapat memastikan keluhan yang muncul memang bersifat fisiologis atau tidak disebabkan oleh hal lain.
Kondisi ini seringkali ditemukan pada bayi baru lahir, dimana fungsi organ hati belum dapat bekerja dengan optimal untuk memproses bilirubin. Hal ini yang memicu terjadinya penumpukan bilirubin dalam darah dan menimbulkan keluhan jaundice. Pada bayi prematur lebih rentan mengalami kuning karena hal ini.
Patologis
Jaundice pada bayi dapat juga disebabkan oleh hal lain seperti penyakit lain yang mendasari hingga faktor ASI atau Air Susu Ibu. Pada bayi yang mengalami infeksi yang cukup berat, baik disebabkan oleh virus maupun bakteri dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam darah.
Selain itu, jika ada riwayat penyakit lain seperti hemolitik yang menyebabkan penghancuran sel darah merah berlebih, produksi sel darah merah berlebih pada kasus polisitemia, inkompatibilitas golongan darah, gangguan fungsi hati dan empedu hingga defisiensi enzim tertentu dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam darah.
ASI juga dapat menjadi faktor yang dapat menyebabkan bayi kuning. Jika bayi tidak ingin menyusu pasca melahirkan, asupannya tidak cukup untuk dapat mengeluarkan bilirubin melalui kotoran. Hal ini dapat menyebabkan kuning dan disebut dengan breastfeeding jaundince.
Terdapat juga kondisi breast milk jaundice, dimana terdapat kandungan di dalam ASI yang dapat menghambat pemecahan bilirubin sehingga meningkatkan kadar bilirubin dalam darah dan menyebabkan kuning pada bayi. Kondisi ini biasanya bersifat tidak berbahaya.
Gejala
Gejala kuning pada bayi dapat sangat bervariasi, dari bersifat fisiologis maupun patologis, serta derajat keparahan yang dialami. Semakin tinggi kadar bilirubin dalam darah, biasanya gejala yang ditimbulkan juga akan semakin berat.
Pada bayi dengan jaundice dapat ditemukan perubahan warna kulit menjadi kuning pada area wajah dan kepala. Kondisi ini dapat meluas hingga ke area tubuh lain, seperti pada perut, kaki hingga telapak tangan dan kaki. Selain permukaan kulit, pada area putih mata atau sklera juga dapat berubah warna menjadi kekuningan.
Sedangkan munculnya kuning pada bayi dapat sangat bervariasi, tergantung pada penyebab utama yang mendasarinya. Jaundice patologis yang disebabkan oleh adanya inkompatibilitas golongan darah biasanya dapat ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Sedangkan untuk kondisi fisiologis biasanya ditemukan pada hari kedua hingga keempat. Namun hal ini bisa juga bervariasi.
Selain gejala utama berupa perubahan warna kulit dan mata, kondisi jaundice dapat juga disertai dengan tanda gejala lain. Bayi bisa mengalami lemas, sulit menyusu, iritabilitas, kekakuan otot, hingga perubahan warna urin menjadi gelap dan feses menjadi pucat.
Faktor Risiko
Faktor risiko jaundice pada bayi sangat dipengaruhi oleh penyebab utama yang mendasarinya. Prematuritas dapat menjadi salah satu faktor utama, dimana organ hati belum terbentuk dan bekerja secara optimal untuk metabolisme bilirubin. Hal yang sama juga dapat ditemukan pada bayi dengan berat lahir rendah.
Pola menyusui juga dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya jaundice pada bayi. Jika bayi tidak memperoleh asupan yang cukup, maka bilirubin tidak dapat dikeluarkan melalui feses sehingga terjadi penumpukan dan menyebabkan kuning.
Inkompatibilitas golongan darah dapat menjadi salah satu faktor risiko karena dapat menyebabkan peningkatan penghancuran sel darah merah atau hemolisis. Hal ini terjadi ketika adanya perbedaan faktor Rh. Kondisi lain juga dapat ditemukan ketika ibu memiliki golongan darah O, sedangkan bayi memiliki golongan darah A atau B.
Riwayat genetik dan penyakit lain dapat juga meningkatkan risiko bayi mengalami jaundice. Defisiensi enzim G6PD, infeksi, polisitemia, hingga gangguan fungsi hati dan empedu dapat menyebabkan kuning pada bayi.
Selain itu, proses kelahiran juga dapat memiliki peranan meningkatkan risiko bayi mengalami kuning. Jika ada trauma pada saat persalinan atau penggunaan alat bantu saat proses persalinan seperti forsep atau vakum dapat memicu terjadinya perdarahan dan peningkatan bilirubin.
Diagnosis
Anamnesis
Pada pemeriksaan awal, dokter akan melakukan wawancara medis atau anamnesis untuk dapat memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan untuk dapat menegakkan diagnosis penyebab utama jaundice pada bayi. Biasanya anamnesis akan dilakukan dengan mewawancarai orang tua atau yang memiliki kontak erat dengan bayi, proses ini disebut juga dengan alloanamnesis.
Dokter akan menggali lebih dalam terkait keluhan kuning yang dialami oleh bayi, seperti durasi terjadinya jaundice, riwayat pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, hingga berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kuning pada bayi.
Selain itu, dokter juga akan menanyakan berbagai kemungkinan gejala penyerta untuk dapat mengetahui derajat keparahan jaundice pada bayi. Hal ini sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis dan mempertimbangkan tatalaksana berikutnya.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dokter akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari denyut jantung, laju pernapasan hingga suhu tubuh. Pada kondisi awal bisa saja ditemukan pemeriksaan seluruh tanda-tanda vital dalam batas normal.
Dokter juga akan menilai jaundice pada bayi, seperti area tubuh mana saja yang mengalami kuning. Biasanya kondisi kuning pada bayi akan bermula di area wajah. Jika sudah ditemukan kuning hingga pada telapak tangan dan kaki biasanya sudah dalam kondisi bilirubin dalam darah yang tinggi. Namun hal ini dapat dipastikan lebih lanjut dengan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang akan disarankan adalah pemeriksaan laboratorium darah. Melalui pemeriksaan ini dapat menilai kadar hemoglobin, hematokrit, fungsi hati (SGOT dan SGPT), dan bilirubin dalam darah. Pemeriksaan bilirubin total, direk dan indirek dapat dilakukan.
Jika ada kecurigaan disebabkan oleh adanya inkompatibilitas golongan darah dapat dilakukan pemeriksaan golongan darah dan faktor Rh. Pemeriksaan Coombs juga dapat dilakukan untuk dapat membantu menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan retikulosit dapat dilakukan untuk menilai aktivitas sumsum tulang, khususnya dalam produksi sel darah merah. Jika ada kecurigaan kurangnya enzim G6PD, pemeriksaan tes G6PD dapat juga dilakukan.
Terapi
Terapi bayi kuning sangat dipengaruhi oleh derajat kep arahan serta penyebab utamanya. Jika disebabkan oleh pemberian ASI yang kurang, biasanya dokter akan menyarankan peningkatan frekuensi pemberian ASI, yaitu sekitar 8-12 kali dalam sehari.
Pada bayi yang mengalami kuning dapat diberikan terapi sinar atau fototerapi. Terapi ini biasanya diberikan ketika kadar bilirubin dalam darah sudah cukup tinggi. Proses ini dilakukan dengan tujuan terjadi pemecahan bilirubin dan dapat dikeluarkan melalui urin dan feses.
Jika kondisi cukup berat, terapi transfusi tukar atau exchange transfusion dapat dipertimbangkan. Terapi ini dilakukan jika kadar bilirubin dalam darah sudah sangat tinggi dan berisiko mengalami kernikterus atau kerusakan otak. Terapi ini biasanya diberikan pada bayi kuning yang disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah. Pemberian imunoglobulin intravena (IVIG) juga dapat dipertimbangkan.
Pencegahan
Upaya pencegahan bayi kuning sangat dipengaruhi oleh faktor risiko yang dimiliki. Sangat penting untuk memberikan ASI yang cukup untuk bayi pasca persalinan. Bayi membutuhkan asupan yang cukup untuk dapat membantu mengeluarkan bilirubin melalui feses dan urin. Pelajari metode menyusui yang baik agar bayi merasa nyaman selama proses menyusu.
Sangat penting untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dan berkala sesuai anjuran dokter yang menangani agar kondisi bayi dapat terpantau dengan baik. Ketika bayi mengalami dehidrasi, risiko mengalami kuning juga dapat lebih tinggi.
Penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal secara berkala untuk dapat mendeteksi sedini mungkin faktor risiko yang ada. Salah satunya adalah risiko inkompatibilitas golongan darah.
Komplikasi
Kondisi kuning pada bayi biasanya dapat ditangani dengan baik tanpa menimbulkan komplikasi. Namun jika kadar bilirubin dalam darah sudah sangat tinggi dan tidak segera ditangani, maka risiko komplikasi seperti ensefalopati hingga kernikterus dapat terjadi.
Pada kondisi kernikterus terdapat penumpukan bilirubin tidak hanya di dalam darah, namun juga pada otak hingga dapat menimbulkan kerusakan otak. Jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan kerusakan permanen pada sistem saraf dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran, gangguan perkembangan fisik dan intelektual hingga cerebral palsy.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kondisi jaundice muncul dalam 24 jam setelah persalinan, kemungkinan besar disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah dan membutuhkan penanganan segera. Oleh karena itu, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter.
Selain itu, jika perubahan warna kulit menjadi kuning sudah menyebar ke area perut, paha dan telapak tangan maupun kaki, biasanya menandakan kadar bilirubin yang sudah tinggi. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk segera dibawa ke dokter sebelum muncul komplikasi, terlebih jika sudah ada gejala penyerta seperti bayi lemas, tanda dehidrasi, perubahan warna urin dan feses.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene