Salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat disarankan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan imaging. Banyak yang menganggap pemeriksaan CT scan dan MRI memiliki kemiripan. Namun apa perbedaan dari kedua pemeriksaan ini? Mari kita bahas lebih lanjut.
Dalam menegakkan diagnosis penyakit seseorang dibutuhkan serangkaian pemeriksaan dari wawancara medis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Selain pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan penunjang yang seringkali dilakukan adalah pemeriksaan imaging.
Pemeriksaan imaging
Pemeriksaan imaging dilakukan untuk menilai gambaran bagian dalam tubuh seseorang untuk membantu menegakkan diagnosis dan menentukan tatalaksana lebih lanjut. Berbagai organ dan jaringan dapat dilihat melalui pemeriksaan imaging, namun pemeriksaan tertentu akan lebih spesifik dan jelas dalam penilaiannya.
Pemeriksaan imaging yang seringkali disarankan oleh dokter adalah rontgen yang menggunakan sinar X, ultrasound atau USG, PET (Positron Emission Tomography) scan, mamografi, CT (Computed Tomography) scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
CT Scan
Pemeriksaan penunjang berupa CT scan atau yang disebut juga dengan computed tomograaphy dilakukan menggunakan kombinasi sinar X dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambaran tiga dimensi dari bagian dalam tubuh seseorang.
Pemeriksaan CT scan dapat digunakan untuk menilai berbagai organ dan jaringan tubuh, dari kepala hingga kaki. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis stroke, fraktur pada tulang, pemeriksaan organ seperti hati, ginjal, pankreas, limpa, usus, kandung kemih, organ reproduksi, paru, jantung dan pembuluh darah besar, jaringan lunak hingga otot.
Pemeriksaan CT scan kebanyakan tidak membutuhkan puasa, kecuali akan menggunakan kontras untuk memperjelas hasil pemeriksaan. Selain puasa, jika menggunakan kontras juga membutuhkan pemeriksaan fungsi ginjal sebelumnya.
Pemeriksaan ini besifat cepat dan non-invasif dengan hasil yang sangat detail. Karena menggunakan sinar X yang lebih besar dibandingkan dengan rontgen biasa, pemeriksaan ini tidak disarankan dilakukan terlalu sering karena berisiko menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, pemeriksaan ini juga tidak disarankan untuk dilakukan kepada ibu hamil.
MRI
Pemeriksaan MRI atau magnetic resonance imaging dilakukan dengan menggunakan medan magnet yang kuat, gelombang radio dan komputer untuk menilai bagian dalam tubuh, khususnya jaringan lunak yang sulit dilihat dengan pemeriksaan imaging lainnya.
Dala pemeriksaan MRI tidak menggunakan sinar X sehingga relatif lebih aman dibandingkan dengan pemeriksaan lain seperti CT scan dan rontgen. MRI lebih banyak digunakan untuk menilai jaringan lunak seperti gangguan pada saraf, tumor, kista, peradangan pada organ seperti otak, hati, ginjal, rahim, prostat dan jaringan lainnya.
Karena MRI menggunakan medan magnet yang kuat, tidak disarankan untuk digunakan oleh orang yang memiliki implan logam di dalam tubuhnya karena bersifat tidak aman. Selain itu, pemeriksaan MRI biasanya membutuhkan durasi yang lebih lama sekitar 30-60 menit.
Ketika menjalani pemeriksaan MRI biasanya tidak memerlukan puasa, kecuali pemeriksaan akan menggunakan kontras. Hal serupa seperti pemeriksaan fungsi ginjal juga disarankan dilakukan sebelum pemeriksaan ini.
Kenapa pemeriksaan MRI sering dianggap serupa dengan CT scan?
Pemeriksaan MRI dan CT scan seringkali dianggap pemeriksaan yang sama karena proses pemeriksaan keduanya yang membutuhkan pasien berbaring di sebuah meja yang bergerak masuk ke dalam mesin.
Namun secara umum, keduanya memiliki fungsi spesifik yang berbeda dalam menilai organ dan jaringan di dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan berbagai kemungkinan diagnosis banding lainnya.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene