Salah satu hal yang dikhawatirkan oleh pria adalah ejakulasi dini. Keluhan ini juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi fertilitas seseorang. Apakah pernyataan tersebut benar? Mari kita bahas lebih lanjut.
Pada pria yang sudah aktif berhubungan seksual, salah satu hal yang dikhawatirkan adalah ejakulasi dini. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keluhan ini dan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mencegahnya.
Apa yang dimaksud dengan ejakulasi?
Ejakulasi adalah sudatu proses keluarnya cairan semen dari penis melalui uretra, yang juga merupakan saluran kemih, yang terjadi sebagai bentuk orgasme pria. Cairan semen berisi sperma dan cairan lainnya yang merupakan hasil dari kelenjar reproduksi.
Proses ejakulasi terdiri dari dua tahap besar, yaitu tahap pertama pembentukan cairan semen yang disebut dengan emisi. Kemudian tahap berikutnya adalah proses ejakulasi yang melibatkan otot panggul dan kelenjar prostat.
Ejakulasi merupakan proses yang penting pada saat berhubungan seksual. Dengan proses ini dapat memungkinkan pergerakan sperma untuk mencapai sel telur sehingga dapat melakukan proses pembuahan.
Ejakulasi dini
Ejakulasi dini terjadi ketika pria mengalami ejakulasi terlalu cepat saat berhubungan seksual. Kondisi ini terjadi seringkali sebelum atau sesaat setelah melakukan penetrasi. Waktu ejakulasi lebih cepat dari yang diinginkan oleh salah satu pasangan.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan kondisi ejakulasi dini, seperti dari faktor fisik maupun psikologis. Gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh bisa memicu terjadinya ejakulasi dini. Selain itu, sensitivitas yang terlalu tinggi pada area genital dapat meningkatkan risiko ejakulasi dini.
Faktor genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya ejakulasi dini pada pria. Selain itu, adanya riwayat penyakit lain yang berkaitan dengan sistem reproduksi seperti peradangan prostat atau disfungsi ereksi juga dapat menjadi faktor risiko ejakulasi dini.
Selain faktor fisik, faktor psikologis seperti stres berlebih dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami ejakulasi dini. Jika ada riwayat trauma dalam melakukan hubungan seksual, hal ini juga dapat memicu terjadinya gangguan pada saat berhubungan, termasuk ejakulasi dini.
Diagnosis ejakulasi dini
Berdasarkan kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder atau DSM-5, ejakulasi dini dikategorikan ketika adanya proses ejakulasi yang hampir selalu terjadi dalam waktu sekitar kurang dari 1 menit setelah penetrasi. Selain itu, kondisi ini biasanya terjadi setidaknya selama 6 bulan.
Untuk membantu menegakkan diagnosis ejakulasi dini, harus dilakukan evaluasi secara menyeluruh untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain seperti disfungsi ereksi, ejakulasi retrograde atau masalah neurologis yang mendasari keluhan yang dialami.
Tatalaksana lebih lanjut
Ketika seseorang sudah terdiagnosa mengalami ejakulasi dini, maka dapat dilakukan beberapa upaya terapi yang dapat dilakukan. Dokter dapat menyarankan untuk menjalani terapi psikologis seperti konseling dan melakukan latihan untuk dapat mengontrol ejakulasi.
Sangat penting untuk dapat menerapkan pola hidup sehat dengan gizi seimbang. Rutin berolahraga juga sangat penting untuk membantu menjaga metabolisme tubuh. Kelola stres dengan baik merupakan salah satu kuncinya. Selain itu, upaya melakukan latihan relaksasi juga dapat membantu mengatasi stres berlebih.
Pada kondisi adanya sensitivitas berlebih pada area genital, dokter dapat memberikan oabt untuk membantu menurunkan sensitivitas seperti krim anestesi atau kondom dengan bahan tertentu.
Bila diperlukan, dokter juga dapat memberikan obat seperti antidepresan. Namun untuk penggunaannya harus sesuai dengan anjuran dan berada di bawah pengawasan dokter yang menangani.
Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene