RS Bunda Group

Berita & Artikel

Yuk Cari Tahu Bayi Kuning Baru Lahir (Hiperbilirubinemia Neonatus)

  • Beranda
  • Yuk Cari Tahu Bayi Kuning Baru Lahir (Hiperbilirubinemia Neonatus)

Kuning dalam istilah medis disebut juga jaundive atau ikterus. Istilah jaundice atau ikterus menunjukan pewarnaan kuning pada kulit, sklera atau membran mukosa sebagai akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan. Pada bayi baru lahir terjadi kenaikan fisiologis kadar bilirubin dan 60% bayi >35 minggu akan terlihat ikterik. Namun 3-5% dari kejadian ikterik tersebut tidaklah fisiologis dan beresiko untuk terjadinya kerusakan neurologis bahkan kematian.

Ketakutan yang berlebihan dalam menghadapi hyperbilirubinemia dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan, seperti meningkatnya kecemasan ibu, menurunnya aktivitas menyusui, terapi yang tidak perlu dan biaya yang berlebihan.

Bayi baru lahir dapat mengalami hyperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupannya berkaitan dengan : (1) meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis), (2) kurangnya albumin sebagai alat pengangkut, (3) penurunan uptake oleh hati, (4) penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, (5) penurunan ekskresi bilirubin dan (6) peningkatan sirkulasi enterohepatik.

Hiperbilirubinemia Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi

Keberhasilan proses menyusui ditentukan oleh faktor ibu dan bayi. Hambatan proses menyusui dapat terjadi karena produksi ASI yang tidak cukup atau ibu kurang sering memberikan kesempatan pada bayinya untuk menyusu. Pada beberapa bayi dapat terjadi gangguan menghisap. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan ASI menjadi tidak efektif. ASI yang tertinggal dalam payudara ibu akan menimbulkan umpan balik negative sehingga produksi ASI menurun.

Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat berupa Breastfeeding Juandice (BFJ) dan Breastmilk Jaundice (BMJ). Penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI, biasanya timbul pada hari ke 2 atau ke 3 pada waktu ASI belum banyak. Penyebab BMJ belum begitu jelas. The American Academy of Pediatrics (AAP) tidak menganjurkan pengehentian ASI dan merekomendasikan pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam).

Pemeriksaan Bilirubin Neonatus

Sebagai pencegahan hyperbilirubinemia berat yang dapat menyebabkan kerusakan neurologis bahkan kematian, pemeriksaan bilirubin telah menjadi rekomendasi universal bayi baru lahir yang terlihat kuning. Semakin tinggi perhatian klinisi untuk pencegahan kernicterus, semakin rendah insidensinya. Tabel diatas menunjukan korelasi metode visual dengan estimasi nilai bilirubin. Metode lain yang digunakan untuk pemeriksaan bilirubin adalah dengan pemeriksaan serum total bilirubin. Untuk memastikan tingkat bilirubin normal bayi baru lahir, pemeriksaan darah dilakukan pada 3 hari pertama sejak bayi lahir. Hal ini mencegah kemungkinan terjadinya dampak yang berbahaya dan mengancam keselamatan bayi.

Penanganan Bilirubin Tinggi pada Bayi

Sebagian kasus hiperbilirubin pada bayi baru lahir tidak membutuhkan terapi khusus atau Tindakan medis. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-3 minggu. Namun, bila tingkat bilirubin bayi baru lahir sangat tinggi, kondisi ini perlu mendapat penanganan intensif oleh dokter di rumah sakit.

Penanganan yang diberikan oleh dokter bertujuan untuk mencegah kondisi berbahaya berupa kernikterus akibat jaundice yang dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan. Kernikterus merupakan salah satu jenis kerusakan otak yang disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dan darah bayi.

Beberapa penanganan yang dapat dilakukan sebagai upaya menurunkan tingkat bilirubin hingga menjadi normal pada bayi baru lahir adalah Terapi sinar (fototerapi), Tranfusi immunoglobulin, serta tranfusi tukar. Penanganan disesuaikan dengan  tingkat hiperbilirubin dan penyebabnya. Namun, penanganan awal yang umum dilakukan (sesuai indikasi medis) adalah Terapi sinar atau Fototerapi.

Terapi sinar atau Fototerapi

Fototerapi adalah terapi utama untuk hyperbilirubinemia. Panjang gelombang paling efektif yang digunakan adalah antara (460-490) nm dari spektrum biru. Saat ini dikembangkan terapi sinar intensif menggunakan LED dengan Panjang gelombang ³30 uW/cm2/nm (430-490) nm. Terapi sinar intensif mempercepat proses penurunan bilirubin sehingga terjadi pengurangan lama penyinaran yang  sangat bermakna. Waktu terapi sinar dapat berkurang hingga 12 jam, durasi perawatan di rumah sakit.

Terapi sinar atau Fototerapi di RSU Bunda Jakarta

RSU Bunda Jakarta selalu berusaha memberikan dukungan terbaik dalam setiap pelayanan, khususnya bidang ibu dan anak. Kami menyediakan fasilitas dan tim terbaik dalam membantu penanganan bayi kuning atau hiperbilirubin neonatus dengan terapi sinar. Blue Light Therapy dengan LED Intensif menjadi pilihan terbaik rumah sakit kami dalam mempercepat proses penurunan kadar bilirubin pada bayi anda sehingga dapat mengurangi lama penyinaran. Dengan tetap mendukung program pemerintah yaitu ASI Eksklusif, kami melakukan terapi sinar dengan tidak memisahkan ibu dan bayi. Menggunakan konsep rawat gabung, bayi mendapat terapi sinar namun dengan tetap tidak mengurangi frekuensi menyusu langsung ke ibu. Kegiatan mengASIhi tetap dilakukan sepanjang terapi  sehingga bayi dan ibu tetap merasa nyaman,  hal terpenting proses penyembuhan menjadi lebih cepat karena kebutuhan nutrisi bayi pun tetap terpenuhi secara optimal.

(Pelbagai Sumber, Editing oleh Bd. Rakhmadona )

Bagikan Artikel Ini: