RS Bunda Group

Bunda Hospital Group

News & Articles

  • Home
  • Mengenal Apa Itu Diseleksia

Mengenal Apa Itu Diseleksia

Mengenal Apa Itu Diseleksia

Disleksia seringkali ditemukan pada anak, khusunya ketika sudah mulai belajar membaca. Jika tidak ditangani dengan baik, dapat sangat mempengaruhi proses belajar anak hingga dewasa. Mari kita bahas lebih lanjut. 

Disleksia merupakan gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membaca, menulis dan mengeja. Namun di luar itu tidak ada tanda maupun gejala yang terlihat. Anak dapat tetap mengalami tumbuh kembang dengan baik. 

Disleksia sering ditemukan pada anak karena pada fase usia tersebutlah seseorang sudah mulai untuk mengenal huruf dan membaca. Pada saat inilah keluhan mulai dirasakan atau terlihat. 

Orang dengan disleksia mengalami kesulitan dalam mengenal huruf, menghubungkannya hingga membentuk kata dan memahami kata tersebut. Disleksia tidak mempengaruhi tumbuh kembang maupun kecerdasan seseorang. Namun kondisi ini dapat membuat proses belajar menjadi lebih berat. 

Sangat penting untuk mengetahui tanda disleksia agar dapat menentukan tatalaksana lebih lanjut sehingga dapat membantu memilih metode belajar yang tepat. Dengan upaya ini diharapkan proses belajar berlangsung dengan optimal.  

Penyebab 

Penyebab disleksia belum diketahui dengan jelas. Namun berdasarkan penelitian terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami disleksia dan membutuhkan pilihan metode yang tepat agar proses ini dapat berjalam dengan optimal. 

Faktor genetik memiliki peranan penting dalam menyebabkan seseorang mengalami disleksia. Hal ini dapat dilihat atau ditinjau dari adanya riwayat disleksia dalam keluarga. Dengan adanya riwayat tersebut, risiko terjadinya disleksia  akan lebih tinggi. 

Selain faktor genetik, perbedaan cara otak untuuk memproses informasi linguistik juga memiliki peranan penting dalam kondisi disleksia. Proses ini sangat penting untuk pengolahan bahasa dan memahaminya. 

Selain faktor genetik, faktor lingkungan juga memiliki peranan yang penting. Faktor lingkungan pada masa kehamilan hingga dilahirkan mempengaruhi kemampuan anak. Jika terpapar zat berbahaya pada masa kehamilan dan kurangnya paparan bahasa pada anak dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya hingga dapat mengalami disleksia. 

Selain itu, ketika anak mengalami gangguan dalam perkembangan fonologis dapat juga mengalami kesulitan dalam proses belajar, khususnya untuk membaca, menulis dan mengeja. 

Gejala 

Anak dengan disleksia bisa saja tidak mengalami gangguan lain dalam pertumbuhan maupun perkembangannya. Pada fase awal pertumbuhan, biasanya tidak ditemukan tanda atau gejala yang bermaknya. Keluhan biasanya akan muncul ketika anak sedang mulai belajar untuk membaca. 

Namun pada anak pra-sekolah, dimana belum adanya proses belajar membaca, bisa juga mengalami keluhan dalam belajar kata-kata baru khususnya kata yang panjang. Anak bisa mengalmai kesulitan dalam mengenali huruf, angka dan warna.  

Pada anak usia sekolah, dapat ditandai dengan kesulitan dalam membaca. Anak biasanya lebih lambat pada saat membaca. Selain itu, dapat juga ditemukan anak membalikkan huruf atau angka. Seperti huruf “b” dengan “d” dan angka “6” dengan “9”. Karena kesulitan yang dialaminya, anak seringkali menghindar ketika diminta untuk membaca. 

Tidak hanya pada anak, disleksia juga dapat ditemukan pada remaja dan dewasa. Gejala ini akan berkembang terus hingga dewasa jika tidak ditangani dengan baik. Anak akan lenih lambat membaca, sulit dalam mengeja, sulit memahami bacaan hingga sulit mempelajari bahasa asing. 

Kondisi disleksia satu orang dengan yang lain dapat sangat berbeda. Secara umum dapat dikategorikan menjadi disleksia ringan, sedang hingga berat. Disleksia bisa tidak mengganggu, namun pada kondisi berat dapat hingga mengganggu aktivitas dan produktivitas seseorang. 

Faktor Risiko 

Secara garis besar, faktor risiko disleksia dapat dikategorikan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tidak dapat dikontrol, sedangkan faktor eksternal relatif masih bisa dikontrol atau diupayakan. 

Faktor internal yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami disleksia adalah faktor genetik dan riwayat anggota keluarga dengan disleksia. Jika ada anggota keluarga dengan keluhan serupa, maka risiko mengalami disleksia akan lebih tinggi. 

Pada beberapa kasus, disleksia dapat juga disebabkan oleh adanya gangguan dalam perkembangan otak, khususnya area yang berperan dalam pengolahan bahasa. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga agar tumbuh kembang anak semasa kehamilan bisa terjaga dengan baik. 

Sedangkan faktor eksternal yang dapat kita kontrol adalah membentuk lingkungan yang baik untuk membantu perkembangan bahasa anak. Penting untuk merangsang perkembangan bahasa anak dengan melatihnya setiap hari dan mengajak anak berbicara khususnya pada awal pertumbuhannya.  

Sangat penting untuk menjaga lingkungan sejak masa kehamilan hingga anak lahir. Hindari paparan dari berbagai zat berbahaya seperti asap rokok dan alkohol yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya, termasuk dalam kemampuan bahasa. 

Selain itu, faktor sosial dan pendidikan juga memiliki peranan yang penting dalam kemampuan anak. Berikan kondisi lingkungan yang kondusif untuk anak dalam bertumbuh dan berkembang, baik dari lingkungan yang tidak penuh tekanan dan fasilitas pendidikan yang memadai dan sesuai kebutuhan. 

Diagnosis 

Anamnesis 

Disleksia seringkali ditemukan pada anak, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat ditemukan juga pada remaja dan dewasa. Oleh karena itu, dokter biasanya akan melakukan wawancara medis yang bersifat alloanamnesis dengan menggali lebih dalam terkait keluhan dengan memperoleh informasi dari orang tua dan orang terdekat. 

Dokter juga akan menggali informasi terkait berbagai faktor risiko yang bisa memicu seseorang mengalami disleksia. Seperti apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat keluhan disleksia atau keluhan serupa lainnya. 

Penting juga untuk mengetahui riwayat pendidikan untuk memastikan apakah stimulasi lingkungan sudah cukup baik untuk memicu perkembangan kemampuan bahasa.  

Selain itu, perlu diketahui juga apakah ada faktor lain seperti faktor lingkungan, baik dalam masa kehamilan hingga pasca dilahirkan seperti paparan zat kimia yang berbahaya.  

Pemeriksaan Fisik 

Pada pemeriksaan fisik rutin akan tetap dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dari tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan suhu tubuh bila diperlukan. Dari hasil pemeriksaan ini biasanya akan ditemukan hasil yang normal jika tidak ada penyakit lain yang mendasari. 

Pemeriksaan Penunjang 

Dokter juga dapat melakukan evaluasi psikologis dengan tes IQ untuk menilai kecerdasan umum. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa kecerdasan umum anak dalam kondisi baik dan fokus keluhan pada kondisi disleksia. 

Selain itu, akan dilakukan evaluasi kognitif untuk menilai kemampuan memori, perhatian dan proses informasi yang diberikan. Hal ini juga dilakukan untuk memastikan bahwa yang menjadi pusat perhatian adalah kondisi disleksia. 

Untuk dapat membantu menegakkan diagnosis disleksia akan dilakukan tes membaca, tes ejaan dan penulisan serta evaluasi fonologis. Dengan serangkaian pemeriksaan ini akan dilakukan evaluasi apa yang menjadi pemicu terjadinya disleksia. 

Dalam penanganan disleksia biasanya dapat dilakukan evaluasi bersama dengan psikolog pendidikan, termasuk pada saat penegakan diagnosis. Dengan diagnosis dini, maka penanganan disleksia akan lebih optimal dan membantu proses belajar ke depannya. 

Terapi 

Meskipun disleksia tidak dapat disembuhkan, namun dengan melakukan terapi akan meningkatkan kemampuan membaca dan menulis serta kualitas hidup seseorang. Penting untuk melakukan perencanaan pendidikan individual sehingga bisa ditemukan metode yang tepat. 

Jika dari hasil pemeriksaan terdapat gangguan fonologis, maka terapi fonologis dapat dilakukan. Selain itu, terapi multisensori juga dapat dilakukan seperti kombinasi antara visual, auditori dan kinestetik dalam proses belajar membaca dan menulis. 

Dapat juga dilakukan kombinasi terapi dengan menggunakan upaya komputerisasi dan penggunaan teknologi dalam proses belajar. Dengan upaya ini akan lebih interaktif dan mudah dipahami. 

Dalam proses terapi, dukungan emosional dan pengembangan motivasi memiliki peranan yang sangat penting untuk dapat menentukan keberhasilannya. Oleh karena itu, lingkungan keluarga harus tetap memberi dukungan selama proses ini. 

Selain itu, tidak hanya anak yang perlu menjalani terapi, pihak orang tua dan guru juga perlu diberikan arahan sehingga anak ketika belajar bisa diberikan metode yang sesuai sehingga lebih menyenangkan dan hasil perkembangan akan lebih optimal. 

Pencegahan 

Disleksia tidak dapat sepenuhnya dicegah. Namun Anda dapat memperhatikan beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami disleksia.  

Berikan stimulasi bahasa sedini mungkin untuk membantu perkembangan anak. Hal ini dapat dilakukan dengan kebiasaan membaca bersama dengan anak di usia dini dan mengajak anak berinteraksi. 

Perhatikan juga lingkungan anak agar terhindar dari berbagai faktor yang dapat memicu gangguan perkembangan seperti paparan zat beracun pada masa kehamilan dan kelahiran. 

Selain itu, lingkungan pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting. Bentuk lingkungan yang nyaman bagi anak dan hindari tekanan yang membuat anak jenuh atau mudah stres.  

Jika memiliki faktor risiko tertentu seperti faktor genetik atau riwayat penyakit yang sama dalam keluarga, sebaiknya dapat melakukan skrining dengan dokter. Deteksi dini memiliki peranan yang penting untuk keberhasilan terapi dan penanganan disleksia. 

Komplikasi 

Jika tidak ditangani dengan baik, maka disleksia dapat sangat mempengaruhi kemampuan belajar anak dan akademisnya pada usia remaja hingga dewasa. Jika tidak menemukan metode yang tepat, anak relatif bisa mengalami keterlambatan dalam belajar dan prestasi akademik yang rendah. 

Selain itu, ketika anak mengalami hal tersebut dalam jangka panjang dan merasa minder dengan lingkungan sekitarnya, anak juga dapat mengalami masalah emosional dan psikologis. Hal ini dapat terus berlangsung hingga remaja dan dewasa. 

Ketika mengalami hal tersebut, maka juga dapat mempengaruhi kemampuan sosial anak, termasuk ketika berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Hal ini bisa mempengaruhi hubungan dengan teman sebaya hingga keterbatasan dalam pekerjaan. 

Kapan Harus ke Dokter? 

Jika Anda sudah melihat adanya kesulitan pada anak dalam belajar, terlebih jika ada faktor risiko lain seperti faktor genetik dan riwayat disleksia dalam keluarga, sangat penting untuk segera melakukan pemeriksaan dengan dokter. 

Dokter akan melakukan evaluasi secara keseluruhan untuk membantu menegakkan diagnosis. Dengan deteksi dini dapat sangat membantu anak sehingga dapat memperoleh terapi yang tepat dan membantu kemampuan akademisnya di masa depan.  

 

Ditulis oleh dr. Valda Garcia
Ditinjau oleh dr. Ernest Eugene

Share This Article: