Varikokel adalah pelebaran pembuluh
darah vena dalam kantong zakar (skrotum). Terdapat dua jenis pembuluh darah
mengatur peredarahan darah testis. Pembuluh darah arteri yang membawa darah
bersih ke testis dan pembuluh darah vena yang membawa darah kotor keluar dari
testis untuk dibersihkan di ginjal atau hati. Pada keadaan normal, pembuluh
darah vena tidak melebar namun pada keadaan varikokel, pembuluh darah itu
melebar sehingga teraba bahkan terlihat seperti sekumpulan cacing di skrotum.
Pembuluh darah vena yang melebar ditungkai sering disebut varises dan bila
didekat anus disebut hemorrhoid atau ambein.
Varikokel dapat ditemukan pada
semua usia, namun tersering pada usia 15 hingga 35 tahun, dan sebagian besar
ditemukan pada skrotum sebelah kiri. Namun, varikokel tetap dapat terjadi pada
kedua sisi skrotum. Varikokel seringkali tidak menimbulkan gejala dan tidak
membahayakan nyawa, tetapi dapat menimbulkan mengecilnya testis sehingga dapat
mengganggu kesuburan. Kasus varikokel yang menimbulkan gejala atau
mengakibatkan kemandulan pada penderita, bisa ditangani dengan cara operasi.
Gejala Varikokel
Varikokel biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun pada
sebagian penderita, penyakit ini dapat menimbulkan keluhan:
- Rasa tidak nyaman pada skrotum.
- Nyeri yang bertambah saat berdiri atau melakukan aktivitas
fisik dalam waktu lama, dan berkurang saat berbaring.
- Benjolan di salah satu testis.
- Skrotum menjadi bengkak.
- Seiring waktu, pembesaran vena yang terjadi akan terlihat seperti cacing pada skrotum.
Penyebab Varikokel
Sebagian besar kasus varikokel
terjadi karena katup pembuluh darah vena tidak berfungsi dengan baik. Sepanjang
pembuluh darah vena, terdapat katup satu arah yang membuka aliran darah menuju
jantung dan langsung menutup saat aliran darah melambat. Varikokel terjadi saat
katup tidak dapat menutup dengan baik sehingga aliran darah berbalik dan
terkumpul pada daerah sebelum rusaknya katup, lalu membentuk varikokel. Kendati
demikian, belum dapat dipastikan apa yang menyebabkan katup pembuluh darah vena
tidak berfungsi dengan baik.
Varikokel juga dapat terjadi saat pembuluh darah lebih besar di perut tersumbat, sehingga darah terkumpul pada pembuluh darah vena kecil, layaknya skrotum, sehingga pembuluh darah tersebut melebar. Namun kondisi ini lebih sering terjadi pada pria di atas 40 tahun. Kondisi ini dapat disebabkan berbagai kondisi, contohnya pertumbuhan tumor pada ginjal yang menekan pembuluh vena.
Diagnosis Varikokel
Diagnosis varikokel diawali
dengan tanya jawab dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk mengetahui
kondisi penderita. Pemeriksaan tersebut dengan merasakan varikokel yang
ditandai dengan benjolan di atas testis dan terasa berbentuk seperti cacing.
Dokter juga dapat meminta pasien melakukan gerakan membuang napas dengan mulut
dan hidung tertutup untuk memperjelas pembesaran pembuluh vena.
Guna memastikan dan mencari penyebabnya, dokter urologi dapat menyarankan serangkaian pemeriksaan penunjang, antara lain:
- USG skrotum. Pemeriksaan ini
bertujuan melihat ukuran pembuluh darah dan aliran darah secara detail.
- Pengukuran volume testis. Alat untuk mengukur volume testis bernama orkidometer.
- Pemeriksaan sperma. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kesuburan.
Pengobatan Varikokel
Sebagian besar kasus varikokel
tidak menyebabkan gejala dan tidak menimbulkan bahaya, sehingga tidak
diperlukan pengobatan. Ada dua kondisi yang menyebabkan varikokel sebaiknya
diterapi: (1) terasa nyeri didaerah skrotum; (2) susah memiliki anak (infertilitas).
Untuk keluhan nyeri, dapat dihilangkan dengan posisi berbaring dan mengangkat
kaki atau diberikan obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau paracetamol Selain
itu, dokter bisa meminta pasien memakai celana penyangga testis guna meredakan
tekanan.
Sementara varikokel yang menimbulkan rasa nyeri hebat atau mengecilnya testis, serta infertrilitas pada pria, akan dilakukan tindakan. Beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Embolisasi. Embolisasi
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang untuk menjangkau vena lokasi
varikokel melalui selangkangan atau leher. Dokter akan memasukan zat untuk
memperbaiki aliran darah dan varikokel. Embolisasi dilakukan dengan bius total
dan prosedurnya memakan waktu beberapa jam.
- Operasi. Dokter akan
menjepit atau mengikat pembuluh darah yang menjadi varikokel untuk menghambat
aliran darah ke pembuluh tersebut dan dapat mengalir ke pembuluh darah normal
yang lain. Operasi dapat dilakukan dengan bedah konvensional atau dengan bedah
mikro. Operasi Varikokel dengan Teknik bedah mikro memberikan hasil yang paling
baik dalam hal perbaikan rasa nyeri, perbaikan kualitas spermatozoa dan
memberikan efek samping yang minimal.
Pada Teknik operasi mikro, pembiusan dapat dilakukan dengan bius umum, sehingga pasien dapat pulang dihari yang sama (one day care). Walaupun pasien boleh pulang, namun diharapkan pasien beristirahat di rumah. Pasien dapat beraktivitas normal kembali dalam 24 atau 48 jam setelah operasi. Luka operasi boleh kena air setelah 5 sampai 7 hari. Perbaikan kualitas spermatoza akan ditemukan setelah minimal 3 bulan. Perbaikan kualitas sperma dapat terjadi pada 60% pasien sedangkan 40% sisanya tidak terjadi perbaikan kualitas spermatozoa, mengingat varikokel bukan satu satunya penyebab buruknya kualitas spermatozoa.
Artikel disunting : dr. Ponco Birowo,SpU - RSU Bunda Jakarta
(KONSULTASIKAN DIRI ANDA SEGERA !)
RUMAH SAKIT BUNDA GRUP
Call Centre : 1-500-799