Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup pria, maka muncul masalah yang berkaitan dengan penuaan. Gangguan prostat merupakan salah satu masalah terbanyak di bidang urologi yang terjadi pada pria dalam fase ini.
Baca Juga: RSM Oncology untuk Penyintas Kanker
Sebagian besar berupa pembesaran prostat jinak atau benign prostate hyperplasia (BPH) yang tidak mengancam nyawa tapi cukup mengganggu kualitas hidup pasien. Di lain pihak, meskipun tidak sebanyak pembesaran prostat jinak, pembesaran prostat yang bersifat ganas atau kanker prostat harus lebih diwaspadai.
Prof. dr. Ponco Birowo, SpU(K), PhD, dari RSU Bunda Jakarta mengatakan pembesaran prostat jinak (PPJ) mempengaruhi banyak pria di seluruh dunia: pada tahun 2010, prevalensinya lebih dari 210 juta pria. Hampir 50% pria di atas usia 50 dan hingga 80% pria di atas usia 80 mengalami gejala PPJ.
Prevalensi PPJ meningkat antara lain karena obesitas (ini adalah faktor risiko yang bisa dirubah). “Obesitas pria telah dikaitkan dengan peningkatan risiko pembesaran prostat jinak dan peningkatan keparahan gejala pada pria yang terkena PPJ ”.
Strategi untuk mengurangi risiko dan keparahan PPJ meliputi penurunan berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan pengurangan konsumsi kafein dan alkohol.
Bedah robotik prostat
Teknologi bedah robotik untuk penanganan gangguan prostat yang terus berkembang di seluruh dunia kini dapat dilakukan di Indonesia. Bedah robotik ini bisa digunakan mulai dari biopsi prostat sampai operasi radikal prostatektomi.
Baca Juga: RSM Oncology untuk Deteksi Dini Kanker
Tekonologi robotik memiliki banyak keunggulan untuk meningkatkan kualitas penanganan prostat.
“Biopsi prostat robotik merupakan prosedur untuk mengambil sampel jaringan yang mencurigakan pada kelenjar prostat dengan bantuan robotik yang mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan trauma jaringan,” papar dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, SpU(K), PhD, FICRS, dalam kesempatan yang sama.
Ada beberapa keunggulan biopsi prostat robotik, di antaranya teknologi ini mampu menentukan penempatan jarum biopsi tertuju secara otomatis pada target jaringan yang dicurigai lesi kanker dengan presisi.
Selain itu, gerakan pemindai dapat memperjelas dan membuat distribusi merata potongan gambar dua dimensi (2D) terhadap rekonstruksi tiga dimensi (3D).
“Keunggulan berikutnya yaitu bisa meminimalisir deformasi prostat karena interaksi dengan probe. Pada akhirnya adalah hasil biopsi yang lebih baik,” tambahnya.
Di Indonesia, biopsi prostat robotik pertama kali diterapkan pada tahun 2019. Teknologi ini membantu mendeteksi kanker prostat dengan stadium yang lebih awal dan lebih akurat.
Berikutnya terkait operasi radikal prostatektomi, ini adalah salah satu pengobatan pada kanker prostat lokal, terutama pada risiko menengah hingga tinggi. Hingga saat ini, tindakan radikal prostatektomi dengan teknologi robotik menjadi standar pelayanan untuk radikal prostatektomi di mayoritas negara maju.
“Sebuah studi yang membandingkan hasil operasi teknik robotik radikal prostatektomi dengan laparoskopi menunjukkan kontinensia urin (mengompol) dan fungsi ereksi yang lebih baik pada 3 bulan pasca operasi dengan teknologi robotik. Temuan lain adalah nyeri pasca operasi yang lebih rendah pada teknik robotik dibandingkan operasi terbuka dan laparoskopi,” tukas dr. Agus Rizal.
Pemeriksaan jangka panjang
Dr. Agus Rizal menambahkan harapan hidup pasien kanker yang menjalani operasi robotik radikal prostat adalah sekitar 95%. Ini berarti dari 100 pasien yang melakukan operasi robotik radikal prostat, 95 orang bisa hidup hingga 10 tahun ke depan, sisanya (5 orang) mengalami kekambuhan.
Sehingga sangat disarankan untuk pemantauan jangka panjang untuk melakukan pemeriksaan (kontrol) minimal 3 bulan sekali, misalnya melakukan pemeriksaan kadar PSA (Prostate Specific Antigen).
Pemeriksaan PSA adalah pemeriksaan darah yang dilakukan dengan cara mengukur kadar PSA total. PSA adalah suatu protein yang dihasilkan oleh prostat, dan berfungsi sebagai pengencer cairan semen agar sperma mudah bergerak.
Pada kondisi normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah. Bila terjadi peradangan atau kerusakan di jaringan prostat, maka kadar PSA dalam darah meningkat.