RS Bunda Group

Apa itu Toxic Masculinity? Mengenal Kesehatan Mental Pria Lebih Dalam

Toxic masculinity merupakan tekanan budaya patriarkis yang tidak jarang menghasilkan gangguan mental pada lelaki dan orang-orang lain. Salah satu bentuk tekanan toxic masculinity adalah keharusan pria untuk menekan emosi mereka agar tidak terlihat lemah. 

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Tekanan emosi tanpa saluran yang sehat akan mempengaruhi pola pikir dan kualitas empati pria dengan negatif. Dalam jangka panjang, tidak jarang pria justru akan melampiaskan rasa frustasi pada pasangan atau anaknya di masa mendatang.

Apa Itu Toxic Masculinity?

Toxic masculinity adalah suatu tekanan budaya bagi kaum pria untuk berperilaku dan bersikap dengan cara tertentu. Tekanan ini cenderung merupakan tuntutan buatan tanpa konsekuensi nyata. Sikap toxic masculinity dapat Anda kenali melalui beberapa ciri berikut:

  • Tidak menunjukkan emosi sedih dan mengeluh
  • Menganggap bahwa pria hanya boleh mengekspresikan keberanian dan amarah
  • Tidak membutuhkan kehangatan atau kenyamanan
  • Tidak perlu menerima bantuan dan tidak boleh bergantung pada siapa pun
  • Harus memiliki kekuasaan dan status sosial yang tinggi agar bisa dihormati oleh orang lain
  • Berperilaku kasar dan agresif, serta mendominasi orang lain, khususnya wanita
  • Tendensi untuk bersikap misoginis (membenci dan menganggap remeh wanita)
  • Cenderung melakukan aktivitas seksual dengan kasar hingga pelecehan seksual
  • Menganggap ‘keren’ kebiasaan yang tidak sehat, seperti merokok, minum minuman beralkohol, bahkan mengonsumsi obat-obatan terlarang
  • Heteroseksisme dan homofobia

Banyak masyarakat patriarkis yang mengangkat tinggi perilaku ini karena menganggap toxic masculinity akan mendatangkan kekuasaan pada pria dengan menindas orang lain. 

Dalam jangka waktu pendek, perilaku ini dapat memberikan kepuasan sesaat. Dalam jangka waktu panjang, perilaku ini akan menghancurkan mental, fisik, dan kehidupan sosial secara permanen.

Pentingnya Kesehatan Mental Pria

Indonesia adalah satu negara patriarkis yang masih belum secara umum mengenali pentingnya kesetaraan gender. Banyak warga negara ini yang masih berpikir bahwa kesehatan mental bukanlah hal penting, dan pria sejati adalah pria yang dapat menahan derita apapun bentuknya.

Derita di sini termasuk gangguan mental, dan pemahaman ini sangat berpotensi untuk menyakiti kualitas mental siapapun. Untuk mencegah hal terburuk terjadi, berikut adalah beberapa rutinitas kesehatan mental yang dapat Anda coba:

1.      Memahami Emosi

Menjaga kesehatan mental bisa dilakukan dengan memahami emosi Anda sendiri. Cobalah mengenali diri sendiri, apa yang menyebabkan Anda marah dan apa yang perlu Anda lakukan dalam keadaan sedih.

Baca Juga: Depresi Anak dan Remaja: Fakta, Penyebab, dan Penanganan

Anda bisa coba membersihkan rumah sebagai pelampiasan emosi. Dengan lingkungan yang bersih dan rapi, Anda juga dapat memperbaiki mood dan membentuk kebiasaan yang sehat.

2.      Hadapi dan Jangan Takut

Banyak perilaku toxic masculinity berasal dari trauma masa lalu. Anda bisa menangani hal ini dengan berkonsultasi pada psikiater (ahli kejiwaan) ataupun mulai dengan berkomunikasi terbuka dengan orang-orang terdekat Anda.

Membuka diri dapat menjadi hal yang menakutkan, namun hal ini diperlukan agar Anda dapat melepaskan sebagian dari tekanan akibat toxic masculinity selama ini.

Mengenal Akibat Toxic Masculinity

Mengubah kebudayaan ini memang sangat sulit karena sudah terjadi sejak lama dan semua orang selalu mengatakannya. Tetapi, kalau tidak dihilangkan, akan menimbulkan permasalahan baru yang lebih parah.

Perlu diketahui bahwa menangis dan berkeluh kesah adalah berlaku bagi tiap gender untuk meluapkan emosi dan tekanan dalam diri. Jika tekanan itu tetap tersimpan tanpa dapat diekspresikan dengan tepat, penderitanya tidak jarang akan mengalami gangguan mental.

Toxic masculinity juga berperan besar dalam menciptakan kasus bunuh diri semakin besar. Hal tersebut terjadi jika Anda sendiri terlalu memikirkannya, kondisi itu diperburuk dengan orang sekitar yang juga ikut mendukung.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Dengan demikian, penting untuk Anda mengembangkan kesehatan mental bagi diri Anda sendiri untuk memiliki pola pikir dan mentalitas yang sehat. Jika Anda membutuhkan bantuan profesional, reservasikan konsultasi Anda dengan psikiater dari jadwal dokter RS Bunda Group untuk penanganan yang menyeluruh. Kunjungi juga laman informasi untuk layanan kesehatan lainnya.

Depresi Anak dan Remaja: Fakta, Penyebab, dan Penanganan

Depresi merupakan gangguan mental yang dapat terjadi pada semua orang. Tingkat depresi juga ada beragam, sehingga setiap orang bisa saja mendapatkan derajat depresi dengan gejala yang beragam juga. Beberapa di antaranya hanya membutuhkan terapi ringan, namun tidak jarang juga memerlukan pengawasan ketat untuk mencegah tindak bunuh diri.

Baca Juga: Bunda! Coba Perhatikan Kesehatan Mental Remaja Sejak Dini

Dalam diagnosa dokter, perasaan sedih, merasa tidak berguna, mulai berdiam diri dan menghindar dari kehidupan sosialnya selama dua minggu dapat menjadi gejala awal depresi. Segera reservasikan diri Anda ke ahli jiwa RS Bunda Group begitu gejala ini mulai muncul pada Anda atau orang di sekitar Anda.

Fakta Tentang Depresi

Satu poin penting yang harus Anda perhatikan adalah, siapa saja bisa terkena gangguan mental. Sikap ceria dan bahagia seseorang tidak akan menjamin bahwa orang tersebut telah terlepas dari tekanan mereka. Dalam banyak kasus, orang yang tiba-tiba ceria setelah mengurung diri dan murung selama berminggu-minggu adalah orang yang membutuhkan pengawasan yang lebih ketat

Faktanya permasalahan gangguan kejiwaan seperti ini bukan hanya untuk orang dewasa saja. Anak dan remaja juga bisa mengalaminya, oleh karena itu sebagai orang tua harus peka sejak dini.

1.  Depresi Pada Anak

Sebagai anggota masyarakat termuda, anak-anak tentu jarang mengalami depresi. Bagi orang dewasa, maksimal kesedihan anak hanya akan bertahan selama 10 menit. Setelahnya mereka akan kembali bermain dan lupa dengan kesedihannya.

Bagaimana jika rasa sedih tersebut terus berkelanjutan? Meski gampang lupa dengan masalah mereka, anak-anak juga umumnya masih memiliki kondisi mental yang rentan dan sangat mudah menyerap pengetahuan dan perasaan dari lingkungan di sekitar mereka. Jika anak terus-menerus terekspos pada faktor-faktor yang buruk bagi mental mereka, gangguan mental seperti depresi juga akan terbentuk pada anak.

Perlu Anda ketahui, anak sedang dalam tahap belajar dalam memahami segala sesuatunya. Jadi, seringkali anak hanya bisa diam dan mencari solusi sendiri, asalkan membuatnya tenang itu sudah cukup.

Hal ini bukanlah solusi sebenarnya. Jika anak mulai menunjukkan perilaku yang tidak biasa, tidak terlalu aktif, dan cenderung menyendiri, Anda perlu segera berkonsultasi dengan ahli psikiater anak.

Mental anak, seperti tubuh fisiknya, juga masih dalam proses pertumbuhan. Jika pertumbuhan ini kerap terganggu dengan kondisi mental yang tidak pernah ditangani, mereka dapat mengalami gangguan kejiwaan yang lebih serius. 

Bukan hanya menyendiri atau menutup diri saja, gejala umum munculnya masalah ini adalah kesulitan tidur, nafsu makan menjadi lebih cepat atau berkurang dari sebelumnya, hingga sering merasakan lelah meski tidak beraktivitas berat sama sekali.

2.  Depresi Pada Remaja

Sama seperti anak, orang dewasa Indonesia cenderung mengabaikan kesehatan remaja yang dirasa tidak memiliki tanggung jawab sebesar orang dewasa. Pada usia remaja, anak akan lebih berisiko menderita depresi ketika mereka sudah mengenal lingkungan, kehidupan, dan cinta yang lebih luas. 

Beberapa pemicunya juga dapat berasal dari kesadaran akan citra diri. Dengan meluaskan lingkar sosial remaja, mereka juga akan menemukan banyak jati diri orang lain untuk dibandingkan dengan diri sendiri. Hal ini rentan untuk memicu ketidakpercayaan diri yang dapat berujung sebagai depresi.

Gangguan pada remaja sebenarnya lebih mudah terdeteksi dibandingkan anak-anak. Walaupun dalam usia ini remaja seringkali menarik diri dari orang tua dan keluarga, mereka akan dapat mengekspresikan diri dengan lebih komprehensif dalam komunikasi terbuka.

Beberapa gejala awal yang perlu Anda waspadai pada remaja adalah:

  • Emosi tak terkontrol terhadap hal-hal sederhana
  • Kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari
  • Penurunan konsentrasi dan umumnya prestasi
  • Sulit tidur dan insomnia
  • Mudah merasa lelah
  • Sering sakit kepala atau sakit perut
  • Tidak nafsu makan atau justru makan berlebihan

Risiko terbesar depresi pada usia remaja adalah penyalahgunaan obat-obatan hingga melakukan penyimpangan. Oleh karena itu, cobalah memperhatikan tingkah lakunya. Walau anak remaja sudah punya dunianya sendiri, mereka tetap membutuhkan Anda.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Penyebab Gangguan Mental Depresi 

Bagi para orang tua yang mendapati anak-anaknya memiliki gejala seperti di atas, Anda harus bergerak cepat dalam menanganinya. Komunikasikan dengan pikiran terbuka. Ingat, anak tidak mengalami depresi tanpa alasan. Kebanyakan hal ini berasal dari faktor eksternal, sehingga Anda perlu menggunakan nada bicara yang ramah dan hangat tanpa menuduh.

Salah satu penyebab depresi pada anak juga dapat berasal dari perilaku orang tua sendiri. Bahkan jika suatu tindakan ditujukan dengan niat baik, Anda tetap perlu mengkomunikasikannya dengan baik dan benar. Contohnya Anda ingin anak Anda memiliki niat disiplin yang lebih kuat dan rajin, sehingga Anda membandingkannya dengan anak lain dengan harapan memotivasi anak tersebut. 

Maksud dan tujuannya baik sebagai pemicu, tetapi jika tekanannya terlalu kuat, anak justru akan mengalami gangguan mental dan dapat berujung rasa dendam baik terhadap anak lain tersebut atau pada Anda sebagai orang tua.

Penyebab lain yang mungkin muncul dari depresi adalah faktor dari luar. Contohnya seperti perundungan (bullying) di sekolah hingga lingkungan rumah, patah hati terhadap orang yang dicintai, serta masih ada banyak lagi.

Mengetahui alasan terjadinya gangguan merupakan metode paling tepat dalam penyembuhan. Dengan begini, Anda juga dapat mengarahkan mereka ke penanganan yang lebih tepat sehingga kemungkinan mereka akan kembali ke kondisi depresi sangat kecil.

Penanganan yang Paling Efektif

Setelah memahami penyebab depresi, sekarang waktunya untuk melakukan penanganan. Poin paling penting adalah orang tua agar pahami dulu secara menyeluruh mengenai gangguan kejiwaan ini sebelum berkomunikasi dengan anak.

Anda bisa juga bisa membantu mengalihkan anak dari masa depresi dengan mengajaknya liburan dan meluangkan waktu bersama. Pastikan anak dan remaja merasa nyaman terhadap ajakan Anda terlebih dulu sebelum melanjutkan perencanaan tersebut.

Baik anak atau remaja sebenarnya ingin menceritakan masalahnya, namun orang tua yang tidak mengerti kesehatan mental justru  akan cenderungmarah pada anak yang mengalami gangguan mental karena mereka mengira anak tersebut tidak tahu berterima kasih terhadap kebutuhan-kebutuhan yang telah orang tua berikan.

Kemarahan ini sering menimbulkan ketakutan pada anak dan remaja sehingga justru menambah beban mental mereka. Oleh karena itu, ketika kejujuran tersebut diberikan, usahakan tetap tenang dan buka pikiran Anda.

Bila masalah anak atau remaja terbukti terus berkelanjutan setelah komunikasi yang baik, saatnya mereservasikan bantuan profesional seperti psikolog maupun dokter psikiater RS Bunda Group yang siap membantu kesehatan mental para pasien.

Segala perhatian dan rasa hormat yang proporsional pada anak ini akan menumbuhkan kembali rasa percaya diri mereka. Dengan demikian, mereka juga akan lebih mudah keluar dari kondisi depresi atau gangguan mental lainnya.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Kesehatan mental anak dan remaja sangat perlu diperhatikan agar mereka dapat tumbuh menjadi individual yang sehat. Reservasikan konsultasi dan penanganan dengan ahli dari jadwal dokter kami. Jangan lupa untuk mengunjungi laman informasi untuk layanan kesehatan lainnya.

Ayah, Perhatikan Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Kesehatan mental ibu rumah tangga terkadang menjadi satu poin yang sering ayah sepelekan. Budaya sosial di berbagai negara masih menekan agar ibu harus berbahagia dalam mengurus rumah tangganya. Meskipun demikian, ibu masih seorang manusia yang pada akhirnya juga akan merasa lelah.

Baca Juga: Moms, Yuk Kenali 3 Penyebab Baby Blues dan Cara Mengatasinya

Peran ayah di rumah tidak terlalu ditekankan untuk berinteraksi dengan anak dan pekerjaan rumah seperti seorang ibu. Dengan demikian, ayah jarang memikirkan bahwa timbunan pekerjaan rumah juga akan membuat ibu stres. Beban kesehatan mental ini dapat memunculkan berbagai penyakit kronis jika tidak mendapatkan pertolongan yang tepat.

Tekanan mental yang berlebih akan berpengaruh pada kondisi darah. Tekanan darah yang naik drastis akan mengarah ke jantung, dan organ-organ lain ikut merasakannya. Berikut adalah mengapa para anggota keluarga lain juga harus peduli dengan kesehatan mental ibu.

Emotional Labor dan Kesehatan Mental Ibu

Menjaga kesehatan mental ibu rumah tangga sangat penting karena kesehatan mental sangat berkaitan dengan kesehatan fisik secara keseluruhan. Selain mengerjakan pekerjaan rumah, umumnya ibu rumah tangga di Indonesia juga mengerjakan apa yang disebut dengan ‘emotional labor’.

Emotional labor adala beban emosi—terutama emosi negatif atau stres—yang muncul dalam hubungan, baik antar suami istri maupun dalam hubungan familial suatu keluarga. Memberi dan menerima secara emosional kolektif ini adalah wujud dari emotional labor.

Emotional labor juga melibatkan pekerjaan dan upaya yang dilakukan untuk memastikan suatu hubungan tidak berantakan. Pekerjaan dalam emotional labor meliputi menahan keluhan, membereskan sampah orang lain untuk menghindari konfrontasi, hingga menanggung curaha beban hati orang lain. 

Pekerjaan ini bisa sangat membebani ibu. Di Indonesia, ibu juga seringkali berperan sebagai satu-satunya orang yang mempertahankan hubungan agar tetap hidup. Hal ini dapat berupa mengusulkan perayaan hari jadi, merayakan hari ulang tahun anak, dan mengajak piknik bersama dengan keluarga. Jika pasangan ibu tidak kunjung membagi emotional labor ini, ibu akan menerima terlalu banyak stres dan negativitas yang akhirnya menciptakan beban mental.

Tips Membina Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga

Setelah mengetahui pengetahuan dasar mengenai emotional labor dan hubungannya dengan kesehatan mental ibu rumah tangga, kini saatnya untuk melakukan upaya nyata. Berikut adalah beberapa cara yang dapat ayah mulai lakukan:

  • Pahami Pekerjaan dalam Emotional Labor

Suatu hubungan tanpa emotional labor tidak bisa menjadi hubungan yang sehat. Penting bagi pria untuk memahami bahwa wanita tidak dapat bertanggung jawab atas emosi pria sepanjang waktu. Pria harus belajar bagaimana mengatur dan mengatasi masalah emosional mereka sendiri terlebih dahulu.

Sebagai pria, mungkin Anda terbiasa untuk mengekspresikan emosi Anda kecuali sebagai bentuk pertahanan diri (seperti menegur orang yang memprovokasi Anda atau meninggikan suara sebagai bentuk intimidasi). 

Penyumbatan emosi ini akan menghalangi Anda untuk memahami bagaimana pentingnya sisi emosi positif seperti romansa, kegembiraan, dan konsistensi dalam membina hubungan sehat dalam jangan waktu panjang. Anda dapat mulai mempelajari lebih lanjut mengenai emotional labor untuk membantu meringkankan beban emosional ibu.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

  • Dengar dan Perhatikan–Jangan Langsung Jawab

Dalam budaya Indonesia, seringkali pria hanya dapat menyelesaikan masalah langsung tanpa menyentuh isu lainnya. Sedangkan perempuan lebih sering diajarkan untuk menyelesaikan masalah sekaligus dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah sebelumnya. 

Karena inilah banyak ayah di Indonesia yang seringkali berperan sebagai penyedia sumber daya, teknisi, dan pelindung keluarga, sedangkan ibu sebagai pengasuh, juru masak, akuntan, terapis, guru, hingga jasa bersih-bersih di rumah. 

Pria perlu belajar bahwa tidak semua kritik dari pasangannya merupakan serangan terhadap harga diri pria. Seperti yang dikatakan sebelumnya, perempuan cenderung berusaha menyelesaikan satu masalah beserta dengan aspek-aspek dari masalah pertama. 

Jika ibu akhir-akhir ini sering mengajak untuk makan atau piknik bersama di luar rumah ini tidak berarti bahwa ibu tidak menyukai rumah yang saat ini. Ibu hanya berusaha untuk mempererat hubungan keluarga dengan bonding time bersama dengan lingkungan baru yang menyenangkan dan tidak mahal.

  • Konsistensi dan Kompromi

Stereotipe istri yang cerewet seringkali memperlihatkan gambaran seorang istri yang selalu marah pada suaminya. Meski hal ini juga terjadi di dunia nyata, omelan ibu rumah tangga lebih sering berawal dari perilaku suami.

Saat ibu mengeluhkan sesuatu dalam rumah tangga, keluhan ini sebenarnya adalah sebuah permintaan pertolongan yang tidak tersampaikan sehalus ekspetasi ayah karena kondisi ibu yang sudah terlalu lelah untuk menata kalimat yang menyenangkan hati. Bagi ayah, omelan ini lebih terlihat seperti keluhan tanpa henti dari istri yang tidak tahu berterima kasih. Karenanya, akan lebih mudah bagi ayah untuk bersembunyi dan mengabaikan omelan ini.

Hal ini akan membuat ibu jauh lebih marah, dan sirkulasi omelan kembali ke tahap pertama. Untuk menghentikan omelan ini, ayah dapat membagi emotional labor dengan berkompromi terhadap tuntutan ibu sehingga keduanya dapat mencapai kesepakatan. Dengan demikian, ayah dapat memahami ibu dengan lebih baik, dan ibu juga akan dapat meringankan pekerjaannya.

  • Jangan Takut Untuk Berkomunikasi

Salah satu bagian tersulit dari melakukan pekerjaan emosional bagi pria adalah keengganan untuk menjadi rentan dengan emosi mereka. Salah satu bagian terpenting dari emotional labor adalah komunikasi terbuka. Bagi pria yang telah terbiasa dengan mengurung perasaan dan kelemahannya, bagian ini mungkin akan sangat menyulitkan karena perasaan malu saat membuka diri yang sering hadir saat berkomunikasi.

Untuk membantu kesehatan mental ibu, Anda harus mau berkomunikasi secara terang-terangan agar semua orang bisa saling mengerti. Langkah ini akan terlihat kecil dan remeh ketimbang dengan kerja fisik yang Ayah biasa lakukan di rumah, namun langkah ini mampu membuat hubungan menjadi lebih sehat dan bertahan lama bagi banyak pihak.

Baca Juga: Kenali ADHD Pada Dewasa Beserta Gejala dan Pengobatannya

Jika kesehatan mental ibu sekiranya membutuhkan pertolongan yang lebih profesional, ada baiknya Anda melakukan reservasi konsultasi dengan psikiater atau psikolog. Ketahui jadwal dokter RS Bunda Group untuk menemukan waktu kunjungan terbaik, dan temukan layanan kesehatan lainnya di laman informasi kami.

Kenali ADHD Pada Dewasa Beserta Gejala dan Pengobatannya

ADHD pada dewasa merupakan kepanjangan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Cara mudah memahaminya adalah dengan melihat anak dengan gangguan hiperaktif. Kondisinya hampir sama, hanya saja, ini terjadi ke orang dewasa.

Baca Juga: Bunda! Coba Perhatikan Kesehatan Mental Remaja Sejak Dini

Sayangnya, masalah mental tersebut sulit terdeteksi. Bahkan, beberapa orang sekitar menganggap mereka dengan gejala demikian adalah hal biasa, karena kesehariannya juga demikian, jadi tidak merasa ada yang ganjil.

Perlu Anda ketahui, bila anak menderita ADHD dan sembuh, kemungkinannya kondisi ini akan muncul kembali di usia dewasa. Oleh karena itu, kenali dan pahami apa itu Attention Deficit Hyperactivity Disorder.

Gejala ADHD pada Dewasa

Harus diakui penyakit ini memang sangat mengganggu, karena bagi para penderita akan muncul beberapa gejala. Gejala yang dapat menjadi indikasi ADHD pada dewasa adalah sebagai berikut:

  • Kesulitan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan benar akibat tidak mampu fokus pada satu pekerjaan tertentu. Kondisi tersebut akan mengganggu kehidupannya baik sosialisasi atau bekerja.
  • ADHD pada dewasa juga ditandai dengan masalah hyperfokus yaitu penderita hanya bisa fokus pada satu hal tanpa memperdulikan hal lain, tidak peduli segenting apapun hal lain tersebut. Gejala ini akan sangat menyulitkan pekerjaan harian penderita.

Dari gejala tersebut biasanya dokter akan memberikan berbagai macam petunjuk serta arahan. Jika, sudah terlalu parah maka bisa saja mereka akan memberi beberapa obat sekaligus terapi.

Pengelolaan ADHD Pada Usia Dewasa

ADHD pada dewasa cukup menyulitkan. Karenanya, harus ada pengelolaan secara tepat agar tidak mengganggu orang lain serta kehidupannya. Menurut dokter, sebenarnya penanganan untuk ADHD pada dewasa hampir sama dengan anak.

1.      Gunakan Bahasa yang Mudah Dimengerti

Dalam mengelola permasalahan mereka, usahakan menggunakan bahasa yang santai, tidak menggurui tetapi tegas dan jelas. Hal ini sangat penting agar penderita ADHD memahami maksud dan tujuan Anda seperti apa.

Bahkan teknik menulis juga perlu dipertimbangkan, misalnya satu kertas itu hanya satu kalimat. Jika Anda memberikan daftar belanja, upayakan untuk memberi daftar yang mendetail, seperti jumlah produk dengan ukuran dan merek yang diinginkan.

2.      Gunakan Sticky Notes

Jika faktor lupa sangat mempengaruhi diri mereka, maka pakailah stick notes, kemudian tempelkan ke berbagai tempat. Jangan sembarangan pastikan lokasinya selalu mereka kunjungi, agar selalu ingat.

Misalnya saja, di depan kamar mandi, ruang tidur, kulkas, dan masih banyak lagi. Hal ini terdengar cukup merepotkan, namun langkah tersebut paling cukup untuk membantu penderita ADHD mengingat sesuatu.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Dapatkah Diobati?

ADHD pada dewasa pada dasarnya bisa diobati. Biasanya ada dua metode yang akan digunakan oleh pihak medis. Hanya saja, mereka harus tahu dulu seberapa tingkat parahnya agar mendapatkan hasil.

Semua penelitian terhadap pasien, menjadi modal penting dalam melakukan analisa. Berapa tingkat keparahannya, bentuk penanganannya, dan lain-lain. Berikut dua cara yang akan dilakukan oleh dokter dalam menangani kasus semacam ini.

1.      Psikoterapi

Jika memang tidak terlalu parah dan ada kesempatan untuk sembuh walau butuh proses panjang biasanya, dokter hanya akan memberikan psikoterapi saja. Artinya mencoba beberapa macam test kognitif.

Hal ini membantu merangsang otak setidaknya mampu mengendalikan dirinya terlebih dulu, sehingga kemungkinan gejala diatas kambuh sangat kecil. Bila bisa dilakukan, maka akan berlanjut ke tahapan berikutnya.

Paling penting adalah selalu ikuti arahan serta aturan dari dokter andai saja mereka mendapatkan perawatan di rumah. Kalau terjadi sesuatu langsung saja konsultasikan, sehingga prosesnya terus terpantau.

2.      Pemberian Obat

Langkah terakhir adalah pemberian obat, hanya saja tidak disarankan secara rutin. Karena, bisa memicu penyakit lainnya, seperti penyakit jantung. Walau sebenarnya dosisnya cukup ringan tetapi tetap saja konsumsi obat berlebih kurang baik untuk tubuh.

Ada baiknya Anda melakukan pemeriksaan kesehatan terkait keadaan jantungnya, serta berbagai macam organ lainnya sebelum mengkonsumsi obat. Andai saja jantungnya bermasalah, maka dokter akan memberikan beberapa opsi lanjutan.

Tetapi, proses penyembuhannya lebih panjang lagi oleh karena itu, jagalah kesehatan sehingga pengobatannya berjalan lancar.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

ADHD pada orang dewasa masih jarang dibahas karena belum diketahui secara luas. Reservasikan pemeriksaan diri atau teman dan keluarga Anda ke ahli psikologis RS Bunda Group untuk menerima pemeriksaan menyeluruh. Anda juga dapat memeriksa jadwal dokter untuk menemukan waktu konsultasi yang tepat bagi Anda. Terkait layanan kesehatan lainnya dapat Anda temukan di laman informasi kami.

Bunda! Coba Perhatikan Kesehatan Mental Remaja Sejak Dini

Kesehatan mental remaja sering sekali luput dari perhatian orang tua. Bisa karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, atau menganggap apa yang terjadi pada anaknya normal dan wajar dilakukan oleh anak seusianya.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Sikap acuh tak acuh ini juga dapat menjadi penyebab gangguan kesehatan mental anak. Seharusnya, sejak dini orang tua sudah mengamati dan mempelajari perilaku anak agar tidak menjadi masalah di waktu mendatang. Jika Anda mencurigai perubahan perilaku pada anak, silahkan reservasikan konsultasi dengan ahli kejiwaan RS Bunda Group untuk informasi lebih lanjut.

Dampak Pandemi Terhadap Kesehatan Mental

Bukan hanya orang dewasa saja, kesehatan mental remaja juga terganggu saat pandemi seperti sekarang ini. Hal itu terjadi akibat pembatasan yang ada, ruang tumbuh kembang serta sosialisasi mereka juga terbatas.

Walau ada pernyataan positif dari pelarangan tersebut, namun sebagai orang tua perlu mendampingi dan memberikan pengertian. Setidaknya, kondisi mental mereka siap dengan segala larangan serta aturan tersebut.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Panic Attack yang Dapat Dilakukan

Gejala Gangguan Kesehatan Mental Remaja

Proses pendampingan tersebut harus Anda terapkan sejak sekarang. Terlalu banyak tugas menumpuk dan kejenuhan di dalam rumah, apalagi dengan berbagai tekanan, pasti memicu mental merek. Di sinilah peran Anda sangat anak butuhkkan untuk proses pendampingan.

Selain memberikan ketenangan, Anda juga perlu mengetahui bagaimana kondisi buah hati. Apakah mulai muncul beberapa gejala seperti kehilangan nafsu makan, perubahan pola tidur, atau lebih suka menyendiri dan asyik dengan dunia sendiri.

4 Gangguan Mental Umum Bagi Remaja

Untuk memudahkan Anda membantu menjaga kesehatan mental remaja, di bawah ini adalah pembahasan beberapa gangguan mental yang secara umum dialami oleh para remaja.

1. Gangguan Emosi

Kesehatan mental remaja pertama adalah gangguan emosi. Misalnya, frustasi, mudah marah karena berbagai hal, termasuk patah hati. Kondisi tersebut wajar saja terjadi, apalagi kalau Anda terlalu berat dalam memberikan tekanan.

Mungkin di depan kedua orang tua anak akan terlihat baik-baik saja. Namun anak ternyata hanya menyembunyikan reaksi amarah yang cenderung mengarah ke kekerasan terhadap orang lain maupun diri sendiri.

Ciri utama buah hati mengalami permasalahan di atas adalah prestasinya menurun drastis. Awalnya masuk terus, jadi bolos beberapa hari, selanjutnya berani terhadap tenaga pengajar. Dalam kasus terburuk, remaja mulai melakukan tindak kekerasan seperti penganiayaan fisik ataupun berkelahi dengan orang lain.

Usia remaja adalah usia di mana anak mulai mencari jati diri dan mungkin mulai menarik diri sebagai sikap defensif. Jangan memaksa anak untuk mengungkapkan diri secara langsung. Sebaiknya mulai dengan komunikasi yang pelan dan sabar. Jika tidak berhasil, Anda perlu menghubungi tenaga kesehatan mental profesional agar anak remaja Anda dapat mengembangkan emosi mereka dengan sehat.

2. Gangguan Makan

Kesehatan mental remaja berikutnya adalah gangguan makan. Biasanya lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.

Media lebih sering memuji bentuk tubuh wanita yang langsing dan kurus, sehingga menciptakan standar kecantikkan tertentu. Beberapa remaja dapat membentuk tubuh mereka dengan mudah, namun remaka dengan tipe tubuh yang cenderung lebih besar akan harus berupaya lebih untuk mengecilkan ukuran tubuh mereka.

Ciri yang bisa dilihat cukup mudah yaitu, pola makan mereka berubah. Mereka akan mulai menghindari adanya lemak atau membatasi asupan kalori.

Dalam kasus ringan, gangguan makan ini akan menimbulkan masalah pada pencernaan, dan pada kasus terburuk, anak akan mengembangkan gangguan pola makan yang lebih serius seperti anoreksia yang cenderung mengancam nyawa.

3. Menyakiti Diri Sendiri

Kesehatan mental remaja berikutnya bisa lebih ekstrim daripada dua hal yang sudah disebutkan di atas. Mereka ingin menyendiri, merasa malu, bahkan mencoba melakukan percobaan bunuh diri.

Jika Anda melihat perilaku tersebut tidak ada salahnya mulai dicoba konsultasi ke dokter. Hal ini dapat diakibatkan banyak hal, mulai dari perundungan (bullying) di sekolah, depresi, stres, hingga pelecehan seksual yang disembunyikan. 

Bagi orang dewasa, remaja tidak memiliki hal yang dapat membebani pikiran karena tanggung jawab mereka tidak sebesar orang dewasa. Namun justru pemikiran ini yang akan membuat orang tua cenderung merendahkan opini dan permasalahan anak, sehingga akan semakin membebani anak.

Tekanan ini akan semakin berat, terutama jika anak tidak memiliki lingkaran sosial yang dewasa dan sehat. Pada titik tersebut anak remaja akan mengalami krisis kepercayaan diri yang sangat kuat.

Jika terus diabaikan, anak akhirnya akan mengembangkan pengertian bahwa keberadaannya tidak penting. Jika keberadaannya tidak pernah akan dihargai, untuk apa terus menjalaninya?

Baca Juga: Panic Attack Disorder adalah? Perbedaannya dengan Anxiety Disorder

Tindak melukai diri merupakan tanda bahwa anak membutuhkan bantuan yang lebih serius. Hal ini bukan aib yang harus dikubur dalam-dalam, melainkan harus segera ditangani untuk menyelamatkan anak.

4. Psikosis

Kesehatan mental remaja terakhir adalah psikosi atau atau munculnya halusinasi dan delusi. Kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan, karena mampu memberikan dampak negatif terhadap orang disekitar, termasuk orang tuanya.

Ciri untuk mengetahuinya cukup mudah. Saat Anda melihat anak sedang melakukan hal tidak wajar, seperti melupakan hal yang baru terjadi, atau mulai membicarkan suatu kejadian yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Cobalah lakukan konsultasi ke dokter mengenai keluhan itu. Nantinya akan diperiksa dan hasilnya bisa menjadi acuan bagaimana bentuk penanganannya. Psikosis menjadi permasalahan paling utama dan berat dari gangguan mental.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Masa remaja masa penghubung bagaimana masa depan tiap orang, sehingga menjaga jiwa seseorang supaya tetap sehat sejak remaja adalah sebuah keharusan. Konsultasikan anak Anda ke tenaga ahli mental RS Bunda Group untuk menerima penanganan tepat. Jika Anda memiliki ahli preferensi, silakan periksa jadwal dokter yang tersedia untuk menjadwalkan konsultasi. Anda juga dapat mencari layanan kesehatan lainnya di laman informasi kami.

Moms, Yuk Kenali 3 Penyebab Baby Blues dan Cara Mengatasinya

Baby blues syndrome atau baby blues adalah suatu gangguan suasana hati atau gangguan psikologis yang dapat dialami oleh Bunda pasca melahirkan, seperti merasa gundah dan sedih yang berlebihan. Kondisi ini menyebabkan Bunda menjadi mudah marah, sedih, menangis, dan kelelahan tanpa penyebab  jelas. Bunda juga akan menjadi lebih mudah gelisah dan mengalami kesulitan berkonsentrasi setiap hari, terutama bagi para Bunda muda yang baru pertama kali melahirkan.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Gangguan ini umum terlihat sejak minggu pertama hingga kedua setelah melahirkan, kadang muncul dan kadang hilang, sehingga tidak selalu merasakannya dalam satu waktu sekaligus.

Penyebab Baby Blues

1.  Perubahan Hormon sebagai Penyebab Baby Blues 

Faktor penyebab baby blues pertama adalah perubahan hormon pada ibu. Setelah Bunda melahirkan, akan terjadi perubahan hormon yang signifikan sehingga mempengaruhi kondisi psikologis bunda.

Hormon estrogen dan progesteron Bunda akan kian menurun setelah melahirkan, dan penurunan kedua hormon tersebut menyebabkan perubahan hati Bunda tanpa penyebab yang jelas dan sulit untuk dikendalikan.

2.  Ibu Mengalami Kesulitan Beradaptasi

Setelah persalinan pertama, umumnya Bunda akan kesulitan untuk mengurus anak karena belum terbiasa akan hal tersebut. Dari memandikan anak, menyusui, atau menenangkan anak akan menjadi rutinitas baru yang cukup menyita waktu dan tenaga.

Selain karena perubahan hormon, sulitnya beradaptasi dengan kenyataan dan tanggung jawab baru juga bisa menjadi penyebab baby blues. Tidak sedikit ibu yang merasakan hal ini. Sehingga itu bisa membuatnya stres.

3.  Kurang Tidur 

Penyebab baby blues berikutnya adalah kurang tidur. Setelah melahirkan, Bunda akan lebih sering terjaga di malam hari karena harus menangani anak juga. Jam tidur menjadi tidak normal sehingga umumnya menyebabkan Bunda tertekan setiap hari.

Gejala Baby Blues

Ada beberapa gejala baby blues yang bisa lihat pada Bunda, yaitu:

  • Bunda mudah menangis tanpa sebab, lebih sensitif, juga muncul rasa takut tak beralasan. 
  • Mudah mengalami kelelahan, mengalami kesulitan tidur, merasa tidak percaya diri dan mengalami kecemasan berlebih. Gejala terakhir adalah Bunda biasanya akan kesulitan melakukan konsentrasi dalam hal apa saja.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Cara Mengatasi Baby Blues

Pada umumnya, penyebab baby blues dan gejalanya, dapat hilang dengan sendirinya, namun seringkali gangguan ini tetap harus diatasi dengan segera. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini:

  • Pastikan Bunda mendapatkan istirahat yang cukup dan teratur, tidak membebani diri sendiri, olahraga yang rutin dan makan makanan bergizi, juga tidak mengkonsumsi alkohol agar Bunda dapat meregenerasi kembali kondisi fisik dan mental secara optimal.
  • Bila perlu, luangkan waktu untuk menyendiri. Bunda mungkin butuh bantuan atau berkonsultasi dengan terapis agar dapat meningkatkan kembali semangat mental dengan lebih baik.

Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum (PPD)

Banyak orang yang salah paham tentang baby blues dengan depresi postpartum. Kedua gangguan ini sering dianggap merupakan gangguan yang sama. Padahal keduanya merupakan hal yang berbeda.

Meskipun keduanya merupakan gangguan yang sama-sama menyerang psikis, namun kedua gangguan ini memiliki beberapa perbedaan. Berikut ini perbedaan dari baby blues dan depresi postpartum yang harus Anda ketahui.

1. Perbedaan Gejala Yang Muncul

Baby blues umumnya ditandai dengan gejala perubahan suasana hati dan emosi yang cukup drastis setelah ibu melahirkan seperti ibu sering menangis tanpa sebab, lebih sensitif, mudah lelah dan lainnya, sedangkan Depresi Postpartum atau Postpartum Depression (PPD) memiliki gejala hilangnya nafsu makan, atau meningkatnya nafsu makan yang berlebihan.

2. Perbedaan Lamanya Gejala

Umumnya gejala baby blues hanya muncul di minggu pertama setelah ibu melahirkan lalu bertahan hingga minggu kedua, sedangkan PPD dapat bertahan dari bulan pertama hingga satu tahun. 

3. Perbedaan Penyebab

Penyebab baby blues datang dari kadar hormon ibu yang berimbas pada suasana hati dan emosi yang mudah berubah, sedangkan PPD disebabkan oleh stres. 

Tanggung jawab keseharian Bunda tidaklah mudah, terutama bagi Bunda yang baru pertama kali merawat anak sejak awal kelahiran. Pasangan dan anggota lain perlu bersimpati dan ikut menolong merawat anak dan meringankan tanggung jawab Bunda agar Bunda juga dapat menyembuhkan diri dengan maksimal. 

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Untuk pemeriksaan baby blues lebih lanjut, Anda dapat beralih pada bantuan medis profesional. Anda juga dapat memeriksakan diri atau Bunda ke spesialis psikolog di RSU Bunda Margonda dan RSIA Bunda Jakarta. Ketahui juga jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan reservasi kunjungan Anda di sini. Demi kemudahan Anda dan keluarga, kunjungi juga laman informasi kami untuk mendapatkan layanan-layanan RS Bunda Group selengkapnya. 

Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Terdapat banyak jenis gangguan mental yang mempunyai ciri serta metode pengobatan yang berbeda. Beberapa di antaranya hanya memerlukan terapi percakapan saja, dan beberapa di antaranya memerlukan konsumsi obat berkala hingga terapi berkepanjangan. Tiap jenis gangguan mental sendiri mempunyai berbagai macam faktor penyebabnya, baik karena trauma masa lalu hingga warisan genetik.

Untuk mengenalnya lebih jauh, simak berbagai jenis gangguan yang sering terjadi sebagai berikut.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

1. Gangguan Kecemasan

Keluhan pertama yang dialami adalah rasa cemas berlebihan, dimana penderitanya merasa khawatir dan ketakutan secara terus-menerus. Kondisi ini bisa terjadi kepada siapa saja, terutama bagi wanita di atas usia 30 tahun.

2. Gangguan Mood

Jenis gangguan mental selanjutnya berhubungan dengan suasana hati, terkadang pasien bisa mengalami kebahagian atau kesedihan berlebih di luar batas normal. Sebenarnya, mood swing seperti ini sering dialami banyak orang. Namun bila dibiarkan saja dapat sangat mengganggu aktivitas, hingga menyakiti diri sendiri dan orang lain.

3. Skizofrenia

Keluhan ini sering dikaitkan dengan kesurupan, khususnya bagi masyarakat Jawa. Pada dasarnya skizofrenia ini merupakan penyakit yang mengakibatkan penderitanya halusinasi, sulit berpikir, dan mengalami delusi. Penyakit ini sering menyebabkan penderita sulit membedakan mana yang nyata atau hanya mimpi.

4. Gangguan Psikotik

Pada dasarnya kasusnya tidak jauh berbeda dengan skizofrenia dimana, gangguan ini juga membuat penderita kesulitan membedakan antara kenyataan dengan halusinasi. Kondisi ini terjadi karena zat kimia di otak terjadi gangguan karena kelelahan fisik maupun kondisi mental yang sedang terganggu.

5. Kontrol Impuls

Jenis gangguan mental ini dapat diartikan sebagai kesulitan seseorang dalam menahan diri untuk selalu berbuat agresif. Penderita gangguan ini kesulitan mengontrol diri sendiri sehingga membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Panic Attack yang Dapat Dilakukan

6. Gangguan Makan

Gangguan makan terjadi dengan penderita kehilangan kontrol atas kuantitas makanan yang mereka konsumsi, antara terus menerus tanpa henti atau tidak sama sekali. Kasus ini dapat berkembang menjadi Bulimia nervosa dimana penderita selalu memuntahkan kembali makanannya sehingga tubuh tidak sempat menerima nutrisi makanan sama sekali.

7. Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)

Jenis gangguan mental ini membuat penderitanya harus melakukan kegiatan berulang. Jika tidak maka penderita akan menderita kecemasan hebat. Gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja, baik dewasa, remaja, hingga anak-anak.

8. Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak normal dan sulit untuk diubah. Penderita gangguan ini kesulitan untuk memahami situasi dan orang lain, sehingga seringkali tidak dapat berbaur dengan lingkungan sosialnya.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Panic Attack yang Dapat Dilakukan

9. Sindrom Tourette

Jenis gangguan mental ini membuat penderitanya melakukan tic, yaitu gerakan atau ucapan berulang di luar kendali penderitanya. Kondisi ini dapat terjadi pada anak usia 2–15 tahun dan lebih umum terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

10. Psikosomatis

Jenis gangguan mental ini memunculkan masalah fisik dari cara berpikir penderita sendiri. Gejala gangguan ini diawali dari rasa cemas, gelisah, stress, sampai depresi. Tidak hanya orang dewasa saja, anak-anak juga bisa terkena gangguan ini.

Masalah fisik yang muncul dari gangguan mental ini meliputi mudah lelah, nyeri pada otot, sesak napas, hingga telapak tangan berkeringat. Terkadang mereka juga cemas berlebih walau keluhannya itu sangat ringan.

11. Factitious

Disebut juga sebagai gangguan buatan, jenis gangguan mental ini merupakan sebuah penyakit mental serius yang mendorong penderitanya untuk bertindak seolah-olah mereka memiliki penyakit fisik atau psikologis.

Seseorang yang mengidap factitious disorder sengaja memalsukan beragam gejala penyakit untuk menerima perhatian. Penderita gangguan ini tidak akan ragu untuk menyakiti diri sendiri agar dapat menjalani operasi yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

12. Disosiatif

Jenis gangguan mental menghilangkan kesinambungan antara pikiran, tindakan, ingatan, hingga identitas. Gangguan ini sering dialami seseorang dengan pengalaman traumatis yang mendalam sebagai bentuk pertahanan diri dari trauma tersebut.

13. Stress Pasca-Trauma (PTSD)

Gangguan mental ini disebabkan oleh kejadian traumatis di mana penderita akan histeris bila melihat kejadian sama atau hampir mirip terjadi. Gangguan ini dapat sangat mengganggu aktivitas keseharian penderita dan menyebabkan tekanan emosional.

14. Depresi

Gangguan mental ini membuat penderitanya merasa gelisah, resah, putus harapan dan tidak berharga. Kondisi tersebut sering dikaitkan dengan bunuh diri karena perasaan putus asa yang berkelanjutan membuat penderitanya merasa sia-sia untuk tetap hidup.

15. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental menyebabkan penderitanya sulit fokus, impulsif, dan hiperaktif yang seringkali mengganggu aktivitas serta pencapaian penderitanya. Attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental menyebabkan penderitanya sulit fokus, impulsif, dan hiperaktif yang seringkali mengganggu aktivitas serta pencapaian penderitanya.

Penyebab utama ADHD belum diketahui dengan pasti, namun umumnya gangguan mental ini diduga terjadi akibat faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.

Gangguan mental sering disepelekan karena tidak memiliki dampak yang terlihat atau dapat dimengerti oleh orang awam secara langsung. Karenanya, sangat penting untuk Anda atau penderita untuk mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat. Jika Anda mengalami salah satu dari gejala gangguan mental di atas,

Baca Juga: Panic Attack Disorder adalah? Perbedaannya dengan Anxiety Disorder

Anda perlu berkonsultasi dengan ahli dan dokter untuk mendapatkan diganosis yang benar dan tepat, seperti di RSIA Bunda Jakarta dan RSU Bunda Margonda. Ketahui jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan reservasi kunjungan Anda di sini. Demi kemudahan Anda dan keluarga, kunjungi juga laman informasi kami untuk mendapatkan layanan-layanan RS Bunda Group selengkapnya. 

5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Perbedaan psikolog dan psikiater memang sedikit membingungkan karena kedua pekerjaan tersebut sama menangani kesehatan mental berbagai pasien. Tetapi, bila dibedah secara spesifik akan terlihat bahwa kedua profesi ini cukup berbeda. Dalam kondisi biasa, perbedaan kedua pekerjaan ini tidak terlalu penting, namun dalam kondisi darurat, sangat penting untuk mengetahui siapa yang dapat menolong masalah Anda. Berikut penjelasan singkat mengenai perbedaan kedua profesi.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Perbedaan Psikolog & Psikiater

1. Ruang Lingkup Psikolog dan Psikiater

Pada ruang lingkup tugasnya, psikiater dapat diibaratkan sebagai dokter sementara psikolog sendiri lebih bertugas sebagai konsultan. Kedua profesi menangani evaluasi psikologis pasien.

2. Dasar Akademik

Perbedaan psikolog dan psikiater berikutnya ada pada pendidikan atau dasar akademik yang dibutuhkan oleh kedua profesi. Psikolog merupakan sarjana psikologi yang telah mengikuti program akademik sarjana psikologi dan program profesi sebagai psikolog. Sedangkan psikiater adalah dokter spesialis yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran, pendidikan profesi sebagai dokter dan pendidikan spesialisasi kedokteran jiwa.

3. Praktik Kerja

Psikiater lebih terbatas karena hanya di rumah sakit semata, sementara psikolog dapat menjalankan praktik di rumah sakit hingga perusahaan.

Baca Juga: Panic Attack Disorder adalah? Perbedaannya dengan Anxiety Disorder

4. Tindakan

Tindakan dalam penanganan pasien juga menjadi perbedaan. Psikiater melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk menemukan hasil sebagai acuan untuk menentukan langkah penyembuhan selanjutnya.

Psikolog bertugas untuk memeriksa kesehatan mental pasien dengan berdiskusi dan mengobservasi tingkah laku pasien selama sesi diskusi. Psikolog tidak dapat meresepkan obat bagi pasien dan hanya dapat mencoba menumbuhkan tingkat kesadarannya melalui saran dan tips pada pasien.

5. Penanganan

Psikiater memiliki pengetahuan dan izin untuk meresepkan obat pada pasien, namun psikolog hanya dapat mencoba memberikan ketenangan kepada pasien.

Umumnya, psikolog mengobati kondisi yang tidak memerlukan obat atau terapi khusus. Jenis kondisi ini dapat mencakup masalah perilaku, kesulitan belajar, kecemasan, dan kasus depresi ringan.

Psikiater, di sisi lain, cenderung merawat kondisi kompleks yang memerlukan perawatan medis dan evaluasi psikologis, termasuk:

  • Skizofrenia
  • Gangguan bipolar
  • Depresi berat

Mana yang Harus Anda Kunjungi?

Jika Anda ingin lebih memahami pikiran dan perilaku Anda, Anda mungkin hanya perlu menemui psikolog. Jika Anda menghadapi kondisi yang lebih kompleks, seperti kehilangan memori atau perubahan perilaku yang ekstrim, Anda dapat meminta rujukan untuk menemui psikiater.

Beberapa kondisi, seperti depresi dan anxiety , dapat diobati dengan terapi dan pengobatan, yang memungkinkan Anda mengunjungi psikolog dan psikiater. Dalam kasus seperti ini, Anda mungkin menjalani sesi terapi reguler dengan psikolog, sementara psikiater menangani perawatan medis Anda.

Terlepas dari jenis spesialis yang Anda pilih, pastikan orang yang merawat kesehatan mental Anda memiliki:

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Panic Attack yang Dapat Dilakukan

Baik psikiater maupun psikolog dapat menolong masalah mental dan psikologis Anda, namun hanya salah satu dari kedua profesi tersebut yang dapat menangani keluhan kesehatan mental yang lebih lanjut dari konsultasi percakapan biasa.  Anda dapat memeriksakan diri Anda ke unit spesialisasi psikologis di RSIA Bunda Jakarta dan RSU Bunda Margonda. Ketahui jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan reservasi kunjungan Anda di sini. Kunjungi juga laman informasi kami untuk layanan-layanan kesehatan lainnya.

5 Cara Mengatasi Panic Attack yang Dapat Dilakukan

Cara mengatasi panic attack (serangan panik) salah satunya adalah dengan memberikan ketenangan dan ruang pribadi pada penderita. Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai berbagai langkahnya, Anda harus tahu dulu apa arti dan gangguan mental yang satu ini.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Panic attack adalah suatu serangan ketakutan yang intens atau kuat, yang akan memicu berbagai gejala fisik yang parah padahal tidak ada bahaya yang nyata atau penyebab yang jelas. Orang yang mengalami serangan panik akan merasa terkena serangan jantung dan sedang sekarat, karena adanya rasa nyeri pada area dada.

Meskipun demikian, serangan panik umumnya tidak berbahaya karena kondisi ini biasanya dapat hilang dengan sendirinya dan hanya dialami 1-2 kali sepanjang hidup.

Panic attack menyebabkan jantung berdebar kencang bukan karena rasa cemas, dan takut yang juga akan menimbulkan kesulitan bernapas. Beberapa kasus mengungkapkan panic attack dapat terjadi secara mendadak tanpa adanya gejala, bisa terjadi meski penderita sedang tertidur.

Berikut adalah cara menenangkan sekaligus penjelasan panic attack.

Cara Mengatasi Panic Attack

1. Periksakan Diri ke Psikolog atau Psikiater

Cara mengatasi panic attack pertama adalah dengan berkonsultasi pada psikolog atau psikiater untuk mengetahui pemicu serta obat atau cara menenangkan diri bagi penderita. 

2. Terapi & Penggunaan Obat Sesuai Resep Dokter

Cara mengatasi panic attack berikutnya adalah memanfaatkan berbagai obat yang sudah diresepkan oleh dokter. Terapi atau obat yang telah diresepkan oleh psikiater perlu dikonsumsi atau dijalankan sesuai aturan untuk mencegah kembalinya panic attack pada penderita. 

Panic attack juga dapat menurunkan tingkat kesadaran seseorang, sehingga saat kesadaran masih ada perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menyadarkan penderitaa. Kondisi ini dapat juga dicegah dengan mengubah cara mereka berpikir untuk lebih tenang, dan tetap dipraktikkan meski panic attack telah reda.

3. Berolahraga

Cara mengatasi panic attack dapat dilakukan dengan berolahraga untuk melatih fokus, seperti dengan praktik Yoga. Yoga juga melatih cara mengatur nafas dengan baik sehingga aliran darah dalam tubuh dapat bekerja dengan baik.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Selain Yoga, Anda juga bisa melakukan futsal atau bulutangkis agar tubuh kerap bergerak aktif dan menggunakan daya pikir dalam permainan sehingga mengalihkan pikiran dari ketakutan dan kecemasan berlebih. 

4. Melakukan Kegiatan yang Positif

Cara mengatasi panic attack berikutnya adalah melakukan berbagai kegiatan positif, baik dari mengikuti program edukasi dari bidang yang diminati, kegiatan religius, hingga bersantai dengan keluarga dan teman-teman. Kegiatan yang santai namun menyenangkan akan meningkatkan pola pikir yang sehat dan mengurangi stress, yang kemudian juga akan mengurangi potensi kelainan dan penyakit pada tubuh.

5. Jaga Pola Tidur

Menjaga pola tidur Anda merupakan salah satu cara mengatasi panic attack. Tubuh yang lelah lebih rentan terhadap stress, bila berkepanjangan akan menimbulkan serangan tak terduga. 

Penyebab Panic Attack

Panic attack dapat terjadi karena banyak hal, salah satunya stress sebagai penyumbang terbesar mengapa seseorang mengalami keadaan tersebut. Ada juga lain di antaranya ialah penyalahgunaan obat-obatan, narkoba, sampai minuman keras, hingga faktor genetik juga menjadi penyebab utama mengapa serangan panik muncul.

Baca Juga: Panic Attack Disorder adalah? Perbedaannya dengan Anxiety Disorder

Panic attack dapat terjadi tanpa pemicu yang tetap dan dapat dialami oleh siapapun terlepas dari usia dan gender penderita. Konsultasikan masalah kesehatan mental Anda pada unit medis dengan bidang psikologis seperti RSU Bunda Margonda dan RSIA Bunda Jakarta untuk mendapatkan bantuan profesional. Ketahui juga jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan reservasi kunjungan Anda di sini. Untuk mendapatkan layanan kesehatan lainnya, Anda juga dapat mengunjungi laman informasi kami.

Panic Attack Disorder adalah? Perbedaannya dengan Anxiety Disorder

Panic attack disorder adalah rasa takut dan gelisah yang berlebihan secara tiba-tiba dan terjadi terus menerus, bahkan terkadang tanpa penyebab. Gangguan serangan panik ini rata-rata terjadi selama 5 hingga 10 menit. Namun bisa juga berlanjut hingga dua jam. Setelah mengalami serangan panik, biasanya Anda akan mengalami kelelahan yang cukup hebat. Pemicu munculnya masih belum jelas, sebab gangguannya bisa muncul tiba-tiba.

Baca Juga: Ada Ratusan, Ini 15 Jenis Gangguan Mental yang Paling Umum

Dengan kondisi tersebut, biasanya penderita akan ketakutan jika serangan in di saat dia bersama orang lain atau di tempat umum. Pencegahan paling sederhana adalah dengan menenangkan diri.

Pada umumnya, serangan panik dapat dialami oleh setiap orang. Namun pada penderita gangguan serangan panik, gejalanya sering sekali muncul dan bisa sangat mengganggu kehidupan sosial.

Gangguan panic attack juga sering disamakan dengan anxiety disorder. Padahal, keduanya jelas berbeda meski memiliki beberapa gejala yang sama. Untuk mengetahui perbedaannya, simak penjelasan berikut.

Perbedaan Anxiety Disorder dan Panic Attack Disorder

Anxiety dan panic attack disorder adalah gangguan mental yang cukup banyak dialami. Keduanya kerap dianggap sama oleh sebagian orang, namun jika dilihat lebih jauh lagi, kedua gangguan mental ini berbeda. Terdapat beberapa aspek yang membedakan anxiety dan panic attack. Berikut adalah penjelasannya:

1. Perbedaan Berdasarkan Definisi

Secara definisi, anxiety disorder adalah gangguan mental yang memiliki ciri khas gejala kecemasannya. Jadi, penyebabnya sudah diketahui pasti dan bisa dihindari. Lain halnya dengan panic attack disorder.

Panic attack disorder adalah serangan perasaan takut yang terkadang penyebabnya tidak jelas. Perasaan takut tersebut juga berlangsung secara intens secara terus menerus. Gangguan kesehatan mental ini bisa menyerang siapa saja secara tiba-tiba meski Anda tidak memiliki riwayat gangguan serangan panik sebelumnya.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Panic Attack yang Dapat Dilakukan

2. Perbedaan Berdasarkan Pemicu Gejala

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, anxiety memiliki pemicu atau penyebab yang jelas, seperti ketakutan akan ketinggian, keramaian, atau hewan tertentu, dan lain sebagainya.

Waktu berlangsungnya gejala bisa berbeda pada setiap penderita. Ada yang hanya beberapa menit, jam, minggu, hingga hitungan bulan. Hal ini, tergantung dari tingkat keparahan gangguannya.

Sedangkan pemicu pada panic attack disorder adalah hal-hal yang sering kali tidak jelas dan bisa dialami tiba-tiba. Bahkan, pada beberapa penderita, mereka akan mengalami stres sepanjang hari sebelum akhirnya serang panik tersebut muncul.

3. Perbedaan Berdasarkan Pemicu Gejala

Kesamaan gejala kedua kelainan menyebabkan banyak orang menganggap kedua gangguan mental ini tidak jauh berbeda. Misalnya saja sesak napas, rasa sakit pada dada, dan gangguan fisik lainnya. Namun anxiety memiliki gejala khas yang tidak dimiliki oleh pengidap panic attack, yakni gangguan tidur dan nyeri pada otot.

Sedangkan pada panic attack disorder, gejala pembedanya adalah rasa takut yang sangat hebat seolah mengancam nyawa, kehilangan kendali atas diri, dan mengalami depersonalisasi.

 Komplikasi Akibat Panic Attack

Panic attack juga menyebabkan komplikasi gangguan lain, dan terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental penderita. Beberapa di antaranya adalah:

  • Munculnya fobia yang belum pernah dialami.
  • Takut untuk bersosialisasi.
  • Memicu permasalahan baru di kehidupan sosial.
  • Berisiko terjerumus ke dalam masalah keuangan dan NAPZA.
  • Kerap mengalami depresi.
  • Timbul keinginan untuk bunuh diri.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Jika saat ini Anda sedang mengalami panic attack disorder, segera cari layanan profesional dari unit medis seperti RSU Bunda Margonda dan RSIA Bunda Jakarta. Ketahui juga jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan reservasi kunjungan Anda di sini. Untuk keluhan kesehatan lainnya, kunjungi juga laman informasi kami untuk mendapatkan layanan-layanan RS Bunda Group selengkapnya.