RS Bunda Group

Layanan Kesehatan Preventif Jadi Gaya Hidup, Berikut Layanan yang Dapat Dimanfaatkan Orang Tua dan Si Kecil

Layanan kesehatan preventif kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Selama 3 tahun terakhir telah terjadi tren peningkatan pada layanan kesehatan preventif dalam mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang bayi secara optimal.

Kesehatan dan tumbuh kembang bayi tidak hanya diperhatikan ketika baru lahir, namun dapat dimulai dari sedini mungkin ketika ibu baru memulai masa kehamilan. Khususnya kesehatan fisik dan mental ibu menjadi bagian penting untuk mewujudkan kehidupan baru yang sehat atau safe motherhood. Langkah safe motherhood dimulai sebelum proses kehamilan dengan nutrisi baik dan gaya hidup sehat, merencanakan keluarga, perawatan pra-natal (sebelum kelahiran), pencegahan komplikasi, serta pengobatan komplikasi yang terjadi secara dini dan efektif.

I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta, atau yang akrab disapa dr. Tiwi, menjelaskan, “Saat ini layanan kesehatan preventif telah menjadi layanan yang sering dimanfaatkan oleh pasien ibu dan anak, khususnya pemeriksaan kehamilan dini untuk ibu. Kualitas tumbuh kembang anak memang perlu dipersiapkan sejak dini, sejak mempersiapkan kehamilan—pra-konsepsi. Orang tua sebaiknya dalam kondisi yang sehat saat merencanakan kehamilan. Karena itu, gaya hidup sehat orang tua harus menjadi perhatian dan selalu didengungkan, agar janin yang bakal terbentuk sehat serta pertumbuhan di dalam kandungan optimal. Perlu diperhatikan juga, bahwa sehat itu tidak semata-mata bebas dari penyakit, utuh organ dan fungsi tubuh. Melainkan secara emosional. Orang tua perlu siap dan menyiapkan lingkungan yang sehat dan baik untuk anak-anaknya. Tingkat kesadaran ibu masa kini melakukan upaya preventif seperti memantau tumbuh kembang anak, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, hingga pemberian MPASI (makanan pendamping ASI setelah masa ASI eksklusif), menjadi kunci penting dalam mengurangi risiko stunting pada anak.”

Rangkaian layanan kesehatan ibu hamil disebut sebagai antenatal care (ANC), yang mencakup identifikasi risiko, pencegahan, dan penatalaksanaan kehamilan yang disertai dengan penyakit. Layanan ANC ditujukan untuk memastikan bahwa kondisi ibu dan janin sehat selama kehamilan, sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi perinatal.

Layanan perawatan preventif yang disediakan di jaringan Rumah Sakit Bunda Group yang dapat dimanfaatkan oleh parents, adalah:

  • Screening kesehatan janin, saat masa kehamilan para ibu dapat melakukan pemeriksaan screening NIPT (Non-Invasive Prenatal Test) dan Fetomaternal untuk memastikan kesehatan kehamilan ibu dan kondisi janin. Metode pemindaian ini juga memungkinkan orang tua sejak dini mengetahui kondisi janin dan memberikan informasi bagi para dokter untuk melakukan langkah penanganan jika diperlukan.

 

  • Perawatan khusus pada masa neonatal, hari pertama kelahiran bayi merupakan fase yang kritis baik bagi kehidupan ibu maupun bayi. Berbagai jenis perawatan neonatal tersedia untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan neonatus (bayi baru lahir), seperti screening bayi baru lahir dilakukan terhadap penyakit jantung bawaan, screening pendengaran, atau screening penyakit-penyakit lain dilakukan pada seluruh bayi baru lahir.Untuk bayi yang harus dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit), kini tersedia Program FICare – Family Integrated Care, layanan terbaru yang masih terus disempurnakan. Saat lahir prematur, bayi memiliki berat badan yang rata-rata rendah dan tak jarang juga memiliki berbagai risiko yang disebabkan anatomi serta fungsi organ tubuh yang belum cukup matang. Program FICare hadir di RSIA Bunda Jakarta dapat menjadi jawaban untuk kebutuhan para orang tua dengan kelahiran bayi prematur untuk mencegah/memperkecil gangguan tumbuh kembang.  Di samping itu, FICare membantu menyiapkan orang tua dapat merawat bayi-bayi prematur tersebut sejak hari pertama mereka lahir.Bahkan, program ini memungkinkan ibu yang masih belum bisa menyusui, dapat memberikan kolostrumnya pada bayi dengan bantuan ayah dan melanjutkan aktivitas skin-to-skin di ruang NICU dengan bayi. Kegiatan-kegiatan FICare ini mencakup (1) Pemberian kolostrum/ASI dengan berbagai metode, (2) Skin-to-skin contact, (3) Penggantian popok, (4) Pemeriksaan suhu tubuh bayi oleh orang tua serta diskusi intens dan terbuka antara tim dokter/perawat dengan orang tua.

 

  • Pemantauan tumbuh kembang anak, sebagai bentuk perlindungan pertama yang bisa diberikan ibu pada anak, menyusui merupakan hak seorang anak yang harus didapatkannya setelah lahir, sehingga membangun keinginan ibu untuk menyusui dan mempersiapkannya sejak masa kehamilan menjadi esensial untuk disiapkan. Selain itu, para orang tua dapat berkonsultasi dengan para dokter ahli kesehatan anak di klinik tumbuh kembang yang menerapkan pola kerja sama holistik dari berbagai bidang. Layanan konsultasi nutrisi dan laktasi juga dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk memperoleh edukasi dengan prinsip preventif.Untuk menegakkan diagnosis kondisi anak, para orang tua juga dapat memanfaatkan teknologi screening yang disediakan di jaringan Rumah Sakit Bunda Group. Apabila dalam kondisi darurat, keluhan kesehatan anak juga dapat ditangani oleh tim dokter spesialis di jaringan Rumah Sakit Bunda Group, untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada anak yang mengalami kondisi tidak stabil dan kritis.

 

“Layanan kesehatan di jaringan Rumah Sakit Bunda Group yang mengedepankan kajian holistik dan penanganan dalam bentuk teamwork dari jajaran dokter dan tenaga kesehatan yang kompeten dan profesional, pelayanan komprehensif serta menggunakan teknologi medis modern. Hal ini didasari pada komitmen kami untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada ibu dan anak sejak dini. Lewat rangkaian layanan preventif ini, kami berharap dapat memberikan pelayanan yang optimal dan membantu ibu menjalani program dan masa kehamilan dengan tenang hingga menjaga tumbuh kembang anak mereka.” tutup dr. Tiwi. (*)

 

Sumber :  dr. I.G. Ayu Partiwi, Sp.A, MARS 

Kenali Nutrisi dan Manfaatnya bagi Anak

Memberikan asupan nutrisi yang baik dan seimbang kepada anak adalah salah satu kunci penunjang perkembangan serta tumbuh kembangnya. Untuk itu, orang tua perlu mengenal macam-macam gizi yang dibutuhkan anak.

Baca Juga: Pola Asuh yang Baik untuk Kesehatan Mental Anak

Dengan memberikan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang sesuai kebutuhannya, pertumbuhan putra-putri Anda tidak terganggu. Sehingga mereka dapat tumbuh menjadi anak sehat serta cerdas.

Mengenal Nutrisi Anak

Pertumbuhan anak akan optimal apabila mereka memperoleh kebutuhan gizi secara optimal, meliputi makronutrien serta mikronutrien. Berikut adalah penjelasan dari makronutrien dan mikronutrien untuk asupan anak.

Makronutrien

Terdapat 3 nutrisi utama yang menjadi golongan makronutrien, yakni protein, karbohidrat, serta lemak.

1.  Protein

Protein adalah asupan yang mendukung pertumbuhan fisik pada anak secara optimal, meliputi pertumbuhan jaringan serta otot. Sumber protein bisa diperoleh dari hewan maupun tumbuhan seperti telur, daging, susu, keju, tempe, tahu, dan lainnya.

2.  Karbohidrat

Karbohidrat merupakan asupan penting sebagai sumber energi agar putra-putri Anda dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan bertenaga. Sumber karbohidrat antara lain beras, gandum, tepung, serta kacang-kacangan.

3.  Lemak

Selain karbohidrat dan protein, masa pertumbuhan juga sangat membutuhkan nutrisi dari lemak. Makanan yang kaya akan lemak misalnya minyak, mentega, susu, dan kacang-kacangan. Kebutuhan asupan lemak untuk anak usia 4-18 tahun adalah sebanyak 25-53% dari total kalori per hari.

Mikronutrien

Sedangkan mikronutrien meliputi vitamin serta mineral yang juga penting untuk mendukung tumbuh kembang buah hati.

1.  Vitamin

Makanan dengan kandungan vitamin tinggi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak. Vitamin juga berperan dalam mengatur metabolisme tubuh. Ada banyak jenis vitamin dengan fungsi serta perannya masing-masing.

2.  Mineral

Mineral juga merupakan nutrisi penting dalam proses metabolisme. Karena mineral tidak diproduksi oleh tubuh secara alami, maka harus ada asupan makanan dengan kandungan mineral yang diberikan.

3.  Kalsium

Kalsium menjadi zat yang sangat penting untuk pertumbuhan. Peran zat ini sangat penting dalam pembentukan gigi serta kekuatan tulang. Makanan dengan kandungan kalsium tinggi antara lain susu, keju, jeruk, dan yogurt.

Nutrisi untuk Tiap Tahapan Usia

Kebutuhan gizi anak tidak sama seperti kebutuhan orang dewasa. Angka kebutuhan gizi (AKG) pada anak juga dibedakan menurut usianya, dengan rincian berikut.

1.        Usia 0-6 Bulan

Berikut ini adalah jumlah kebutuhan gizi untuk bayi berusia 0-6 bulan:

  • Karbohidrat : 58 gram
  • Lemak            : 34 gram
  • Protein          : 12 gram
  • Kalsium         : 200 mg
  • Fosfor             : 100 mg

2.        Usia 7-11 Bulan

Berikut adalah jumlah kebutuhan nutrisi bayi usia 7-11 bulan:

  • Karbohidrat : 82 gram
  • Lemak            : 36 gram
  • Protein          : 18 gram
  • Kalsium         : 250 mg
  • Fosfor             : 250 mg

Baca Juga: Anak Menelan Benda Asing? Lakukan Langkah Berikut

3.        Usia 1-3 Tahun

Berikut adalah jumlah kebutuhan gizi anak berusia 1-3 tahun:

  • Karbohidrat : 155 gram
  • Lemak            : 44 gram
  • Protein          : 26 gram
  • Kalsium         : 650 mg
  • Fosfor             : 500 mg

4.        Usia 4-6 Tahun

Berikut adalah jumlah kebutuhan gizi anak berusia 4-6 tahun:

  • Karbohidrat : 220 gram
  • Lemak            : 62 gram
  • Protein          : 26 gram
  • Kalsium         : 1000 mg
  • Fosfor             : 500 mg

Nutrisi untuk Tumbuh Kembang

Kenali macam-macam asupan gizi berikut agar tumbuh kembang putra-putri Anda optimal. Diantaranya adalah sebagai berikut ini:

1.        Kalsium

Fungsi kalsium yaitu untuk pertumbuhan tulang dan gigi, membantu pembekuan darah, serta menjaga fungsi otot dan syaraf. Kalsium banyak terdapat pada susu, keju, ikan.

2.        Asam Lemak Esensial

Fungsi asam lemak esensial yaitu untuk mengatur sistem saraf, membantu pembentukan sel, memperkuat imunitas, melancarkan peredaran darah. Zat ini banyak terdapat di kacang-kacangan, telur, ikan tuna.

3.        Zat Besi

Zat besi adalah nutrisi penting untuk pembentukan hemoglobin serta mioglobin. Makanan dengan zat besi tinggi misalnya ikan, daging, kuning telur.

4.        Magnesium

Fungsi magnesium yaitu untuk menguatkan tulang, mendukung imunitas, menstabilkan irama jantung. Makanan kaya magnesium yaitu ikan, tahu, alpukat, pisang, sayuran.

5.        Kalium

Fungsi kalium adalah mengontrol keseimbangan air, menjaga fungsi otot, hingga menurunkan risiko batu ginjal. Makanan kaya kalium misalnya, susu, pisang, dan tomat.

6.        Vitamin A

Nutrisi ini berperan menjaga mata tetap sehat, serta membantu pertumbuhan tulang. Anda dapat menemukan banyak kandungan ini di sayuran berwarna cerah, susu, dan hati ayam.

7.        Vitamin C

Kandungan vitamin C berperan membantu membentuk serta memperbaiki sel darah merah, menjaga kesehatan gusi, meningkatkan imunitas. Vitamin C banyak terdapat pada melon, nanas, pepaya, dan jeruk.

8.        Zinc

Zinc dibutuhkan oleh enzim dalam tubuh agar dapat berfungsi optimal. Kandungan yang kaya akan zinc antara lain tomat, bayam, dan brokoli.

Memberikan asupan makanan kepada anak tidak hanya memperhatikan seberapa banyak jumlahnya, tetapi juga harus memperhatikan kecukupan nutrisi sesuai kebutuhan anak.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

Untuk mengetahui nutrisi anak lebih lanjut, Anda dapat mereservasikan konsultasi dengan ahli anak dari jadwal dokter kami. Anda juga dapat menemukan layanan kesehatan selengkapnya di laman informasi kami.

Pola Asuh yang Baik untuk Kesehatan Mental Anak

Pola asuh menjadi salah satu langkah penting yang harus orang tua ketahui. Salah dalam melakukannya bisa mengakibatkan masa depan buruk bagi buah hati. Dari pola asuh, orang tua memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian, pembawaan, hingga pendirian anak di masa depan mereka.

Baca Juga: Anak Pendiam dan Susah Bergaul? Kenali Penyebabnya

Oleh karena itu, perlu adanya pembicaraan secara intensif baik Ayah atau Bunda mengenai hal ini. Dengan demikian, buah hati bisa tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan kuat jasmani serta rohani.

Mengenal 3 Jenis Pola Asuh 

Demi mendapatkan hasil positif, tidak ada salahnya Anda mulai belajar dan mencari tahu bagaimana cara mendidik anak yang tepat. Beberapa orang tua mungkin berpegang teguh dengan teknik didikkan mereka, namun Anda perlu mengingat bahwa tiap zaman berbeda dari zaman lainnya, sehingga tidak ada salahnya untuk menambah pengetahuan saat ini dalam pola asuh Anda. Berikut adalah beberapa jenis pola asuh yang perlu Anda ketahui.

1.      Otoritatif

Pola asuh pertama adalah otoritatif. Teknik ini hampir sama dengan zaman orang tua dulu di mana Anda harus memberikan aturan khusus dan anak wajib mematuhinya. Perbedaannya, Anda harus memberikan alasan untuk tiap aturan yang mudah dipahami dan masuk akal.

Contohnya, bagi anak remaja, Anda memberlakukan aturan bahwa tidak boleh keluar rumah di atas jam 9 malam. Jelaskan bahwa aturan ini disebabkan bahwa pada jam 9 malam jalanan akan mulai sepi dan potensi terjadinya kriminal lebih tinggi, sehingga akan lebih aman untuk pulang sebelum jam 9 malam. 

Bila anak atau remaja ada masukan, bisa dipertimbangkan bersama. Dengan demikian, anak dan remaja akan belajar untuk disiplin, kompromi, dan komunikasi.

2.      Kasih Sayang

Pola asuh berikutnya adalah kasih sayang. Anda akan menciptakan lingkungan hangat yang melibatkan kontak fisik secara proporsional. Dari menggendong, mengelus kepala, pelukan, dan lain sebagainya untuk menunjukkan rasa sayang dan perhatian pada anak dan remaja. Rutinitas ini dapat mengembangkan kualitas emosional dan empati anak.

Teknik ini juga perlu diimbangi dengan disiplin yang tegas sehingga anak dan remaja dapat membangun pendirian mereka sendiri dengan standar yang sehat dan berkualitas.

3.      Pendampingan

Pola asuh terakhir adalah pendampingan, disini Anda akan membebaskan buah hati melakukan apa saja sesuai kemauan dan kreativitasnya. Bahkan, mendukung keinginannya tetapi tidak dibebaskan sepenuhnya terutama saat salah.

Baca Juga: Aduh, Anak Terlambat Bicara

Orang tua akan memberi tahu dan memberikan alasan sekaligus melakukan contoh yang benar. Pola seperti ini mendorong buah hati untuk kreatif, serta mengetahui solusi terbaik dari sebuah masalah.

9 Tips Pola Asuh yang Baik untuk Kesehatan Anak

Setelah mengetahui bagaimana pola yang benar, saatnya masuk ke tipsnya tambahan dalam mengasuh anak. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda terapkan sejak dini.

1.      Menciptakan Suasana Kondusif

Tips yang pertama adalah menciptakan lingkungan kondusif. Usahakan anak selalu nyaman terhadap Anda. Akan ada saatnya Anda mengalami emosi negatif, dan upayakan agar anak tidak melihat emosi ini. Bila memungkingkan, titipkan anak pada pasangan Anda sebelum melepaskan emosi sehingga Anda dapat kembali pada anak dengan perasaan hati yang lebih segar.

2.      Waktu Bermain yang Sehat

Orang tua yang terlalu protektif dapat menghasilkan anak dengan kemampuan sosial rendah. Biarkan anak bermain dalam jarak yang aman agar anak dapat mengenal dunia di sekitarnya. Dengan demikian, anak Anda akan terbiasa untuk bereksplorasi dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

3.      Tumbuhkan Rasa Percaya Diri

Kritik konstruktif dapat membangun karakter anak, namun pastikan juga untuk memberikan pujian yang setimpal. Dengan demikian, anak dapat belajar mengoreksi diri sendiri juga membangun kepercayaan diri.

Jika anak mengalami kegagalan, Anda dapat menyemangatinya dengan membantu anak untuk belajar agar menjadi lebih baik lagi. Pola asuh ini akan mengajarkan anak untuk tetap bersemangat meski telah gagal berkali-kali.

4.      Budayakan Kebiasaan Hidup Sehat

Kebiasaan hidup sehat dapat dimulai dari olahraga rutin, pola makan sehat, serta mentalitas yang berkualitas. Ajarkan anak untuk menjadi dirinya sendiri tanpa perlu mengembangkan rasa iri atau menjatuhkan orang lain untuk menjadi yang terbaik. Ajarkan mengapa perundungan itu buruk untuk dilakukan dan untuk tidak membeda-bedakan orang berdasarkan penampilan belaka.

Baca Juga: Tutorial Cara Menggosok Gigi yang Benar Pada Anak

5.      Bangun Kepercayaan

Akan ada saatnya anak belajar untuk berbohong. Hal ini merupakan hal yang normal, dan Anda dapat mengajarkan anak untuk mengurangi perilaku ini melalui praktik kepercayaan pada satu sama lain.

Hal ini bisa dimulai dengan menghormati privasi anak. Dari mengetuk pintu sebelum memasuki kamar anak, hingga tidak membaca jurnal harian (diary) anak. Jika Anda menemukan anak sedang berbohong, hindari amarah terhadap kebohongan dan fokus untuk meminta kejujuran anak.

Setelah anak jujur pada Anda, hargai kejujuran tersebut sehingga anak juga akan belajar bahwa aman untuk jujur pada Anda. 

Dengan demikian, anak Anda akan belajar untuk mengurangi perilaku berbohong dan mulai mempercayai Anda.

6.      Tumbuhkan Semangat Pantang Menyerah

Sama seperti kepercayaan diri, semangat pantang menyerah anak juga berasal dari sikap suportif orang tua.

Jika anak gagal, tuntun anak untuk melihat dimana kegagalan tersebut berasal dan coba lagi dengan cara lain hingga menemukan metode yang benar. Dengan demikian, anak akan belajar untuk berpikir out of the box dan tidak takut untuk gagal.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

7.      Hindari Pertanyaan Sarkastik

Bagi orang dewasa, sarkasme adalah suatu bentuk humor. Bagi anak, sarkasme dapat berupa kata-kata menyakitkan pada mereka. Gunakan sarkasme secara ringan dalam topik yang tidak penting pada anak, dengan demikian, mereka dapat belajar mengenai bahasa ini dengan perlahan tanpa menyakiti perasaan anak sendiri.

8.      Mengajarkan Kejujuran

Beberapa orang tua tentu sulit untuk mengakui kesalahan mereka pada anak. Hal ini cenderung datang dari keinginan orang tua untuk menjadi sosok panutan yang sempurna bagi anak. Meskipun demikian, ada baiknya untuk jujur pada anak untuk menghindari kesan munafik pada orang tua.

Dengan jujur pada anak, orang tua memberi contoh pada anak untuk tidak mengingkari diri dan selalu menepati kata mereka.

9.      Ajari Mereka Meredakan Stress

Anak dapat meniru banyak hal dari orang tua, dan salah satunya adalah cara orang tua mengekspresikan emosi mereka. Jika orang tua cenderung meningkatkan volume suara saat marah, maka anak akan belajar untuk mengeluarkan emosi mereka dalam ledakan tak terkendali.

Cara mengekspresikan diri yang tepat dapat dimulai dengan menjelaskan perasaan dan apa yang membuat anak Anda merasa kesal. Dengarkan anak dengan tulus dan jangan tepiskan opini mereka. Setelah Anda menemukan inti masalah anak, tuntun mereka untuk menemukan jalan keluar terbaik.

Kesehatan mental anak penting untuk dijaga, dengan demikian ada baiknya bagi orang tua untuk mengikuti konsultasi kejiwaan sebelum mulai mengasuh anak. Kenali diri Anda sendiri dan bagaimana pola asuh Anda dapat membawa banyak pengaruh positif pada anak. 

Baca Juga: Kenali Bakat dan Kesehatan Anak Sedari Dini dengan Pemeriksaan Circle DNA (Diagnos)

Jika Anda membutuhkan bantuan profesional, reservasikan sesi konsultasi dengan ahli anak dari jadwal dokter kami. Kunjungi juga laman informasi untuk menemukan layanan kesehatan lainnya.

Gejala dan Penanganan Demam Berdarah pada Bayi

Pada usia di bawah satu tahun, bayi lebih rentan terpapar demam berdarah (DBD) dan kondisinya bisa kian parah ketika orang tua tidak tahu gejala awalnya. Anda harus lebih waspada lagi saat memasuki musim hujan. 

Baca Juga: Demam Berdarah Pada Anak

DBD atau dengue hemorrhagic fever merupakan penyakit yang umum terjadi di negara beriklim tropis, seperti Indonesia. Penyakit ini dibawah oleh virus dengue yang dapat menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk A. aegypti. Siapa pun bisa terkena penyakit ini, tak terkecuali bayi dan anak-anak.

Dalam artikel ini, kami akan membahas gejala awal, penanganan, dan langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan.

Gejala Awal Demam Berdarah Pada Bayi

Serangan demam berdarah sangat lumrah terjadi di negara beriklim tropis seperti Indonesia. Penyebarannya juga sangat luas dan dapat mengenai segala umur, termasuk balita. Sebab utamanya dari gigitan nyamuk A. aegypti yang biasanya bersarang pada genangan air.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

Sebagai langkah pencegahan, berikut kami berikan penjelasan beberapa gejala yang patut Anda waspadai sebagai identifikasi awal:

  1. Demam dengan suhu cenderung di angka 39 sampai 41 derajat celcius selama 2 sampai 7 hari. Untuk memastikan suhu tubuh anak, pastikan Anda mengukurnya menggunakan termometer dan hindari asumsi mengukur suhu anak dengan tangan.
  2. Terjadinya gangguan pencernaan, seperti mual yang menyebabkan muntah dan anak cenderung rewel karena demam berdarah pada bayi dapat menyebabkan nyeri perut.
  3. Enggan menyusu sama sekali dan tidak memiliki selera makan. Anda dapat mengidentifikasinya melalui penolakan anak ketika disuapi makanan.
  4. Terlihat lemas dan mengantuk karena energinya seolah terkuras habis untuk melawan paparan virus DBD.
  5. Menangis terus-menerus karena merasa kesakitan atau lebih rewel dari kondisi balita normal.
  6. Kulit anak mengalami ruam kemerahan.
  7. Hidung mengeluarkan darah dan gusi berdarah.
  8. Pada urine, feses, dan muntahannya terdapat darah.
  9. Sulit memproses napas. Gejala ini bisa Anda identifikasi melalui suara napas ketika bayi tidur maupun terjaga. Biasanya kesulitan bernapas cenderung yang dapat Anda dengar sebagai suara seperti mendengkur.

Sembilan gejala awal di atas bisa membantu Anda sebagai orang tua untuk melakukan penanganan tepat mengatasi demam berdarah pada bayi. Pertolongan pertama adalah hal penting sebelum anak dibawa ke pusat pelayanan kesehatan, rumah sakit maupun puskesmas.

Baca Juga: 10 Gejala Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak, Bunda Wajib Tahu

Penanganan Tepat

Ketika sudah mengetahui gejala awal yang mengenai anak Anda, selanjutnya untuk pertolongan pertama butuh penanganan tepat. Pengetahuan penanganan tepat membantu Anda bergerak sesuai rules ketika belum bisa pergi ke fasilitas kesehatan.

Selain itu, pengetahuan terkait penanganan tepat juga membantu orang tua merawat anak di rumah setelah pengobatan dari rumah sakit. Untuk kondisi apapun, beberapa hal yang wajib orang tua perhatikan saat merawat anak DBD adalah:

  1. Cukupi kebutuhan cairan anak sesuai dengan usianya. Misal, untuk anak di bawah 6 bulan tidak boleh konsumsi air putih, namun Anda bisa memenuhi cairannya dengan asupan ASI maupun sufor. Di atas usia 6 bulan, anak sudah bisa konsumsi air.
  2. Penanganan tepat mencegah kondisi demam berdarah pada bayi yang kian parah bisa dilakukan melalui cara pemberian obat penurun demam sesuai anjuran dokter. Penanganan ini hanya bisa dilakukan setelah Anda berkonsultasi dengan dokter.
  3. Cukupi kebutuhan istirahat si kecil. Hindari ia dari berbagai aktivitas yang menguras tenaga, seperti bermain berlebihan, bepergian, kurang tidur karena tidak nyaman, dan sebagainya.

Baca Juga: Anak Menelan Benda Asing? Lakukan Langkah Berikut

Pastikan juga orang tua untuk selalu sedia termometer atau alat pengukur suhu guna memantau kondisi tubuh si kecil secara kontinyu. Virus demam berdarah pada bayi bukan hal yang dapat Anda pandang sebelah mata karena penanganan yang terlambat bisa sangat fatal bagi tubuh anak.

Langkah Pencegahan Demam

Sebelum ancaman penyakit demam berdarah menyerang tubuh anak maupun anggota keluarga lainnya, Anda bisa melakukan pencegahan dari berbagai aspek.

 

Sebagai langkah pencegahan, pastikan Anda melakukan beberapa penangkalan berikut ini:

  1. Selalu rajin membersihkan rumah dan cari jika ada genangan air atau berbagai benda di pojok ruangan yang menumpuk dan jarang dibersihkan. A. aegypti merupakan jenis nyamuk yang sangat rentan tumbuh kembang pada kedua daerah itu.
  2. Untuk memberikan perlindungan dari nyamuk pada bayi, Anda bisa memasang kelambu ketika anak tertidur agar tidak ada serangga yang dapat mencapai tubuh bayi.
  3. Memasang kawat kasa pada seluruh bagian ventilasi rumah untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam ruangan.
  4. Aplikasikan krim gel, atau minyak anti nyamuk khusus untuk si kecil supaya komposisinya terjamin aman mengenai kulit anak. Gunakan terutama ketika anak hendak tidur.
  5. Berikan asupan makanan bergizi bagi bayi di atas usia 5 bulan dan cukupi kebutuhan nutrisi anak jika belum bisa konsumsi makanan.

Pengetahuan minim orang tua terkait cara penanganan tepat dapat berisiko buruk, bahkan menyebabkan kematian. Kenali berbagai gejala awal anak terjangkit demam berdarah untuk mencegah kondisi kian parah setiap waktu. 

Baca Juga: Hernia Lipat Paha Pada Anak

Reservasikan pemeriksaan kesehatan anak pada dokter pilihan Anda dari jadwal dokter kami. Dapatkan juga layanan kesehatan lainnya di laman informasi.

Anak Pendiam dan Susah Bergaul? Kenali Penyebabnya

Anak pendiam dan susah bergaul harus menjadi perhatian Ayah serta Bunda. Beberapa anak memang memiliki sikap pemalu pada walnya, namun jika kedua sifat tidak juga menghilang, hal ini dapat menjadi gejala gangguan mental yang harus segera mendapatkan penanganan.

Baca Juga: Aduh, Anak Terlambat Bicara

Manusia adlaah makhluk sosial yang cenderung hidup berdampingan. Kesulitan anak untuk bergaul akan menghalangi kesempatannya untuk tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Oleh karena itu, cobalah kenali penyebab hingga bagaimana penanganan yang tepat.

Faktor Penyebab Anak Menarik Diri

Anak pendiam dan susah bergaul bukan tanpa alasan. Pasti ada beberapa faktor penyebab mengapa mereka menjadi seperti itu. Namun karena anak-anak di usia 10 tahun ke bawah masih sulit mengkomunikasikan diri mereka, ayah dan ibu perlu mengambil intuitif pertama untuk mengamati perilaku anak dengan lebih dekat.

Lakukan riset kecil dengan sejumlah pertanyaan. Biasanya ada beberapa penyebab utama mengapa buah hati menarik diri dari lingkungan. Faktor paling besar adalah malu atau kurangnya rasa percaya diri.

Rasa malu dan kurang percaya diri dapat menjadi tekanan tersendiri bagi dirinya. Sebenarnya ingin sekali bermain, tertawa, dan bersuka cita. Hanya saja mereka sulit berinteraksi, selain itu masih ada lagi, seperti:

1. Pemalu

Sebagian besar anak memiliki sikap pemalu terutama saat pertama kali berkenalan dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sikap ini akan berangsur hilang selama anak dapat mengeksplorasi dunia sekitar dengan leluasa.

Sebagai orang tua, Anda tentu ingin anak Anda dapat bermain dengan aman. Untuk menghilangkan sikap pemalu namun tetap memastikan anak tetap aman, Anda dapat mulai dengan memantau kegiatan anak dari jarak yang cukup jauh untuk memberi ruang pada anak, namun cukup dekat untuk mengawasi dan mencapai anak seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

2. Introvert

Berbeda dari sikap pemalu, introvert adalah jenis kepribadian yang tidak bisa hilang begitu saja. Anak-anak dengan kepribadian ini dapat bersosialisasi dengan normal, namun sebagian besar waktu mereka akan lebih banyak menyendiri. 

Anak dengan kepribadian ini tidak perlu untuk dipaksa bersosialisasi, namun Anda tetap dapat mengajaknya untuk beraktifitas di luar ruangan untuk melatih kemampuan sosial dasarnya.

Baca Juga: Bunda! Coba Perhatikan Kesehatan Mental Remaja Sejak Dini

3. Trauma Psikis

Kejadian yang mengguncangkan atau perlakuan dari orang lain yang menyakitkan bisa mengubah kepribadian anak menjadi pendiam. Contoh paling sederhana adalah bila anak sering mendapat gertakan atau bentakan.

Terlalu sering menerima kata atau kalimat yang kasar dan nyaring bisa membuat anak menjadi lebih pendiam dan enggan untuk berkumpul dengan orang lain. Pasalnya, ia jadi menganggap dirinya akan terus berbuat kesalahan terhadap orang lain. Akibatnya, anak cenderung tidak percaya diri dan lebih suka menyendiri.

4. Mengalami Terlambat Bicara (Speech Delay)

Anak pendiam juga bisa merupakan dampak dari adanya keterlambatan pada kemampuan bicaranya atau speech delay. Salah satu kelainan yang bisa menyebabkannya adalah retardasi mental.

Bila mengalami kondisi ini, anak akan mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain atau menyampaikan apa yang ingin ia katakan, sehingga dia akan lebih memilih diam daripada orang tidak mengerti apa yang dikatakan.

Mengatasi Anak Pendiam dan Susah Bergaul

Setelah mengetahui apa penyebab anak pendiam dan susah bergaul saatnya untuk mencari solusi mengatasi permasalahan tersebut. Poin pertama adalah jangan menuntut mereka terlalu banyak, langkah itu justru membuat psikologinya turun.

1.      Jangan Membandingkan Anak

Cara mengatasi permasalahan ini berikutnya adalah jangan sampai membandingkan mereka dengan lainnya. Tentu maksud orang tua adalah memberikan contoh langsung pada anak agar lebih mudah dipraktikkan, namun bagi anak, hal ini hanyalah tekanan mental lainnya. Jika terlalu sering dilakukan, bisa jadi anak justru akan fokus untuk mengembangkan rasa tidak suka pada anak orang lain ketimbang mengembangkan dirinya sendiri.

2.      Dampingi Mereka dengan Baik

Ketika anak mulai menarik diri, biasanya saat inilah anak mulai lebih membutuhkan orang tua. Anda dapat mulai memberikan perhatian yang lebih banyak dari biasanya, disertai dengan kesabaran untuk mendengarkan anak tanpa terus-menerus memasukkan opini Anda dalam cerita anak.

Kesabaran ini akan membangun rasa kepercayaan diri anak dan lambat laun anak akan belajar untuk percaya diri di lingkungan sosial yang lebih luas. Usahakan juga agar tidak terlalu memanjakan anak agar nantinya anak juga dapat tumbuh tanpa terlalu banyak bergantung pada orang tua.

Melatih Keterampilan Sosial Anak

Keterampilan sosial anak dapat dimulai dengan mengajarkan anak untuk berempati. Berempati adalah kemampuan untuk memahami perasaan seseorang tanpa terlarut dalam perasaan tersebut. Contohnya ketika Anda memahami bahwa sesorang yang sedang sedih akan butuh waktu untuk bangkit kembali tanpa ikut bersedih dengan orang tersebut. Ajarkan anak untuk menghormati perasaan orang lain meski mereka belum dapat memahami perasaan tersebut sendiri.

Setelahnya, Anda juga perlu mengajari anak untuk mengenai ruang pribadi. Karena anak-anak cenderung berukuran kecil, orang tua seringkali membebaskan mereka untuk memasuki ruang-ruang pribadi orang lain. Jika orang tua menjadikan hal ini sebagai kebiasaan anak, anak akan tumbuh tanpa merasa perlu menghargai batasan-batasan dari orang lain yang kemudian akan memperburuk keterampilan sosial anak. 

Selain itu, kemampuan untuk mendengar dan memahami juga penting. Anak penuh dengan rasa ingin tahu, dan tidak jarang akan menyela orang lain dengan pertanyaan yang bertubi-tubi. Anak-anak berusia 7 tahun ke bawah masih sulit untuk memahami konsep kesabaran, namun Anda dapat melatih mereka dengan memberikan contoh dari diri Anda sendiri. 

Mulailah dengan mendengarkan dan membiarkan anak menyelesaikan kalimat mereka sendiri. Hanya bantu anak jika mereka mulai kesulitan untuk menemukan kata atau istilah yang menggambarkan apa yang ingin anak sampaikan. Dengan demikian anak akan belajar untuk mendengarkan orang lain dengan sabar.

Baca Juga: 5 Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Sebaiknya Kunjungi yang Mana

Selain dari keterampilan sosial anak, Anda juga dapat mereservasikan pemeriksaan fisik anak ke klinik anak RS Bunda Group. Jika Anda memiliki preferensi dokter, jadwal dokter kami menyediakan nama, spesialis, serta jadwal praktik dokter yang dapat Anda pilih. Kunjungi juga laman informasi kami untuk layanan kesehatan lainnya. 

Anak Menelan Benda Asing? Lakukan Langkah Berikut

Perilaku aktif anak-anak terutama pada balita sering menjadi pelaku kasus objek atau benda asing tidak sengaja tertelan. Dalam kondisi yang tidak berbahaya, biasanya benda tersebut akan langsung masuk ke saluran cerna dan keluar lewat feses.  Jika darurat, segera hubungi IGD RS Bunda Group di 1-500-799.

Baca Juga: Ketahui Kelengkapan Fasilitas IGD RS Bunda Group

Namun hal ini juga bisa menimbulkan masalah yang lebih serius seperti benda tersangkut di kerongkongan, melukai dinding saluran cerna hingga berujung infeksi dan perdarahan.

Orang tua perlu mengamati perilaku anak-anak di bawah usia 10 tahun karena pemahaman mereka yang belum berkembang luas dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Terutama ketika benda yang ditelan tersebut berukuran sangat kecil, biasanya tidak menimbulkan gejala apapun tapi berpotensi menyebabkan kerusakan pada organ tubuh.

Lalu bagaimana cara mengeluarkan objek yang tertelan pada anak? Berikut kami akan mengulas apa saja gejala, resiko bahaya hingga cara penanganan ketika anak menelan objek asing.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

Gejala Anak Menelan Sesuatu yang Tidak Biasa

Anak usia 6 bulan hingga 3 tahun memang sering menelan benda asing karena rasa keingintahuannya yang tinggi. Misalnya seperti koin, aksesoris, bagian dari mainan, dan sebagainya.

Sebagian besar memang tidak menimbulkan gejala khusus, namun harus diwaspadai apabila objek tersebut tersangkut di kerongkongan atau esofagus. Berikut beberapa tanda-tandanya:

  • Sulit menelan makanan, berbicara, maupun menangis
  • Tiba-tiba tersedak dan sulit bernafas
  • Mengeluarkan banyak air liur disertai dengan batuk batuk
  • Bunyi nafas seperti terkena mengi
  • Sakit perut dan menolak makanan
  • Muntah-muntah

Dalam beberapa kasus, objek yang tertelan bisa berupa benda tajam seperti jarum atau peniti di mana dapat menimbulkan rasa sakit. Biasanya anak akan langsung menangis terus-terusan tapi cenderung tidak bersuara.

Bahaya Objek Asing yang Tertelan Anak

Beberapa benda yang tertelan oleh bayi maupun anak-anak dapat menimbulkan masalah kesehatan, mulai dari gejala ringan hingga serius. Apalagi jika ukurannya besar, maka bisa tersangkut di tenggorokan.

Berikut beberapa benda asing yang berbahaya apabila tertelan oleh anak-anak:

1.      Magnet

Jika anak tidak sengaja menelan magnet maka bisa menjadi kondisi yang gawat darurat, pertama apabila lebih dari 1 buah. Magnet akan saling tarik-menarik di dalam tubuh yang memicu keracunan darah hingga kerusakan pada organ penting seperti lambung dan usus.

2.      Baterai Kancing

Benda ini memiliki muatan listrik yang ketika melalui jaringan kerongkongan bisa menimbulkan panas sehingga beresiko membakar jaringan hingga melubangi dinding esofagus.

3.      Benda Tajam

Menelan benda tajam seperti potongan gelas, pecahan logam, peniti, jarum atau lainnya dapat berakibat fatal. Benda tersebut bisa merobek dinding kerongkongan, merusak saluran pencernaan hingga beresiko terjadi pendarahan.

Perlu diketahui, menelan benda asing juga bisa dilakukan secara sengaja atau dikenal dengan istilah pica, yakni gangguan pada seseorang yang secara kompulsif ingin memakan benda yang bukan makanan.

Pica banyak ditemukan pada anak-anak dan wanita hamil yang dapat beresiko buruk apabila memakan zat beracun seperti deterjen atau logam.

Anak-anak dengan resiko tinggi seperti gangguan perkembangan, kelainan saraf, gangguan perilaku atau memiliki gangguan pada saluran pencernaannya memiliki peluang lebih tinggi untuk menelan benda asing serta dengan dampak lebih berat.

Baca Juga: Klinik Anak untuk Tumbuh Kembang Buah Hati

Penanganan saat Anak Menelan Benda Asing

Segera bawa ke unit gawat darurat apabila mengetahui anak menelan benda tajam berukuran besar. Benda berukuran lebih dari 1 inci cenderung tersangkut di kerongkongan sehingga beresiko menghalangi jalan nafas.

Hindari mencoba mengeluarkannya secara paksa karena justru beresiko menyebabkan kerusakan lebih parah. Selain itu juga jangan memaksa anak untuk memuntahkan benda tersebut.

Berikut yang biasanya dilakukan oleh medis untuk penanganannya:

1.      Perawatan di Rumah

Apabila anak tidak menunjukkan gejala tertentu meski telah menelan objek asing, dokter akan memantau terlebih dahulu apakah benda tersebut melewati metabolisme tubuh secara normal sehingga anak masih bisa dilakukan perawatan di rumah.

Orang tua harus memperhatikan gejalanya lebih lanjut, apakah menimbulkan demam, muntah atau tanda-tanda nyeri. Dokter juga akan meminta agar orang tua memeriksa feses anak untuk memastikan apakah objek tersebut sudah keluar secara alami.

2.      Operasi

Jika benda yang tertelan menimbulkan rasa sakit serta gangguan pernapasan, maka harus dilakukan tindakan operasi segera. Operasi diperlukan untuk tindakan pembedahan atau endoskopi agar dapat mengangkat benda tanpa menusuk kerongkongan maupun usus.

Sebelum tindakan operasi, dokter perlu melakukan pemeriksaan dengan CT scan atau rontgen terlebih dahulu untuk memastikan jenis benda yang tertelan serta lokasinya di dalam tubuh.

Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memperkirakan dampak yang mungkin timbul, termasuk besar kecilnya resiko saat operasi pengangkatan benda asing yang tertelan.

Benda-benda runcing dan tajam dapat menusuk usus dan esofagus. Begitu juga baterai kecil dan magnet yang berpotensi merusak jaringan tubuh. Maka dari itu, segera minta bantuan medis ketika benda-benda tersebut tertelan oleh si kecil.

Baca Juga: Kenali Test Mantoux untuk Anak

Apabila Anda tidak yakin dengan gejala pada anak, segera lakukan pemeriksaan ke Radiologi atau Laboratorium Rumah Sakit Bunda. Namun jika belum yakin dengan gejalanya, segera kunjungi IGD RS Bunda Group untuk penanganan lebih lanjut. Setelahnya, reservasikan perawatan anak lebih lanjut dengan ahli di jadwal dokter. Kunjungi juga laman informasi untuk layanan kesehatan lainnya.

Hernia Lipat Paha Pada Anak

Apa itu Hernia lipat paha?

Hernia lipat paha atau Hernia Inguinalis pada anak merupakan hernia yang paling sering di temukan pada anak laki-laki daripada perempuan de ngan perbandingan 10 banding 1. Angka kejadian pada bayi premature lebih tinggi, yaitu 13% pada kelahiran < 32 minggu, dan 30% pada kelahiran < 1.000 gram.

Baca Juga: Perkembangan Cephalocaudal dan Proximodistal pada Anak

Mengapa Bisa Timbul Hernia Inguinalis?

Hernia Inguinalis terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Proses dimulai dengan timbulnya penojolan lapisan terdalam rongga perut yang disebut Peritoneum dan masuk kedalam scrotum (kantong kemaluan pada laki-laki) atau labium (bibir kemaluan pada perempuan). Penonjolan peritoneum dimulai pada minggu ke 12 kehamilan dan menutup spontan pada minggu ke 36-40 kehamilan.

Baca Juga: Klinik Anak untuk Tumbuh Kembang Buah Hati

Pada janin laki-laki, kantong peritoneum terjadi akibat tarikan testis (buah zakar) yang awalnya terletak dalam rongga perut, dan akan turun ke scrotum. Pada anak perempuan kantongterjadi saat pembentukan ligament yang akan mempertahankan posisi uterus (Rahim). Akibat terbentuknya kantong tsb., terdapat hubungan antara rongga perut dengan seluruh isinya (usus dll) dengan scrotum atau labium. Setelah penurunan testis atau pembentukan ligament selesal, kantong akan menutup dan hubungan dengan rongga perut hilang. Bila kantong tidak menutup sampai setelah lahir, akan timbul hernia lipat paha.

Gejala yang terlihat adalah bila terjadi kenaikan tekanan rongga perut misalnya saat menangis atau saat mengedan, usus akan terdorong masuk scrotum melalui lubang yang tidak menutup. Secara klinis akan terlihat timbulnya benjolan di lipat paha. Bila penderita berhenti menangis dan tekanan dalam perut menurun, benjolan akan hilang karena usus sudah masuk kembali kedalam perut.

Baca Juga: Kenali Test Mantoux untuk Anak

Bagaimana Penanganannya?

Hernia lipat paha tidak bisa menutup sendiri sehingga untuk menghilangkan heria, kantong tsb harus ditutup. Penutupan dapat dilakukan dengan operasi “terbuka” atau dengan alat laparoscopy. Untuk Hernia, kedua teknik membuat luka kecil. Akhir-akhir ini Laparoskopi menjadi teknik popular terutama untuk operasi besar. Bila dilakukan dengan teknik “terbuka” operasi besar harus membuat sayatan besar. Operasi besar dengan laparoskopi ,lebar luka hanya beberapa centimeter, dengan nyeri yang ringan, sehingga lama perawatan dapat lebih singkat.

Baca Juga: Layanan Kesehatan Ibu dan Anak Terpadu di Tangerang Selatan

dr. Amir Thayeb, SpB (K) BA – Dokter Bedah Konsultan Bedah Anak RSIA Bunda Jakarta

Jadwal Praktek :

Senin & Jum’at Pkl 16.00 – 18.00

Aduh, Anak Terlambat Bicara

Anak Anda hanya mengucapkan sedikit kata, padahal ia sudah berusia dua tahun. Jika dibandingkan dengan anak tetangga, teman, dan saudaranya, anak Anda tampak ketinggalan jauh. Keluhan terlambat bicara mungkin pernah Anda rasakan, dan berniat ke klinik anak.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

Masalah terlambat bicara sering kali menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua. Anak-anak tumbuh dan berkembang sesuai kecepatannya masing-masing, dan ruang rentang batas normal cukup lebar untuk mengakomodasi variasi tersebut.

Keterlambatan bicara pada balita cukup umum terjadi, dan merupakan tipe keterlambatan perkembangan yang paling sering terjadi. Secara umum, seorang anak dianggap mengalami keterlambatan bicara apabila perkembangan bicara anak cukup jauh di bawah normal dibandingkan anak sebayanya.

Beberapa panduan perkembangan bicara normal sesuai usia dibawah ini mungkin dapat memberikan petunjuk mengenai perkembangan bicara si kecil:

Baca Juga: Pemeriksaan Pendengaran Pada Bayi dan Anak

Sebelum 12 bulan

Perhatikan apakah anak Anda mulai menggunakan suaranya untuk berinteraksi dengan lingkungan. Pada tahap awal akan dimulai dengan ocehan si kecil yang tidak bermakna. Saat usia sekitar 9 bulan, anak akan mulai merangkai bunyi-bunyian dan menyebut kata-kata seperti ‘mama’ dan ‘papa’. Pada usia 12 bulan, anak akan mulai dapat mengenali nama benda-benda sederhana.

Usia 12-15 bulan

Anak pada usia ini akan memiliki variasi bunyi yang bertambah pada ocehannya (seperti p, b, m, d, atau n). Si kecil juga akan mulai menirukan suara atau kata-kata yang disebutkan oleh keluarganya, dan mulai dapat menyebutkan kata tambahan selain ‘mama’ dan ‘papa’.

Si kecil pada usia ini juga akan mulai memahami dan menjalankan perintah sederhana, seperti mengambil benda kecil atau menggerakkan anggota tubuhnya.

Usia 18-24 bulan

Sebagian besar balita dapat menyebutkan sampai 20 kata pada usia 18 bulan, dan lebih dari 50 kata pada usia dua tahun. Di usia dua tahun si kecil juga mulai dapat merangkai kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata, seperti ‘bayi nangis’ atau ‘papa pergi’.

Pada usia ini juga anak akan mulai mengenali benda-benda yang umum, mengenali wajah pada foto, dapat menunjuk mata, telinga, atau hidung jika diminta, serta dapat mengikuti perintah dua tahap (contohnya seperti ‘Tolong ambilkan mainan itu, dan kasihkan ke mama’).

Usia 2-3 tahun

Bicara anak akan sangat meningkat pada usia ini, si kecil juga mulai dapat menggabungkan tiga kata atau lebih menjadi satu kalimat. Pemahaman anak terhadap percakapan juga akan meningkat, seperti perbedaan besar dan kecil, atas dan bawah. Berbagai faktor penyebab masalah kemampuan bicara dapat berasal dari:

  • Masalah fisik, seperti struktur mulut (lidah, bibir, rongga mulut).
  • Paparan terhadap lebih dari satu bahasa, yang terutama akan menyebabkan keterlambatan pada balita.
  • Kelemahan atau gangguan koordinasi otot yang terlibat dalam bicara. Kondisi neurologis yang mendasari keterlambatan perkembangan.
  • Gangguan pendengaran yang mungkin disebabkan oleh infeksi telinga, obat-obatan, cedera, atau kelainan genetik.
  • Faktor lingkungan. Kurang stimulasi atau contoh bicara yang tidak benar.

Baca Juga: Perkembangan Cephalocaudal dan Proximodistal pada Anak

Terapi Anak Terlambat Bicara

Jika Anda curiga buah hati mengalami keterlambatan bicara maupun bahasa, sebaiknya didiskusikan sedini mungkin saat kunjungan rutin dengan dokter. Perkembangan tiap anak cukup berbeda hingga sulit untuk membedakan apakah perkembangan si kecil sekarang masih dalam batas normal atau tidak.

Kalau memang mengalami lambat bicara, Anda perlu berkonsultasikan kondisi tersebut pada dokter atau ahlinya untuk menemukan terapi yang tepat. Terapi terhadap si kecil yang lamban bicara perlu identifikasi yang jelas karena tidak ada intervensi yang terbaik semua anak. Terapi disusun secara khusus untuk masing-masing anak sesuai permasalahan yang mendasari keterlambatan bicaranya.

Intervensi dini dapat mempercepat perkembangan bahasa anak secara keseluruhan dan memberikan hasil fungsional jangka panjang yang baik.

Dalam intervensi, keterlibatan orangtua sangat penting dan merupakan satu kesatuan dalam perkembangan bicara dan bahasa. Orangtua dapat melihat dan belajar terlibat dalam proses terapinya. Tanyakan kepada dokter atau terapis hal-hal apa yang dapat Anda lakukan di rumah untuk membantu proses terapi. Hal ini diperlukan untuk memaksimalkan proses penyembuhan.

Tidak ada obat-obatan yang dapat membantu proses penyembuhan keterlambatan bicara. Hanya berbagai vitamin yang diresepkan dokter untuk membantu perbaikan general alertness dan kesehatan umum anak. Bila anak sehat maka csemua fungsi tubuhnya meningkat, termasuk kemampuan belajarnya.

Baca Juga: Waspada! Cek Kesehatan Anak di Klinik Alergi Anak

Tips Terapi Anak Terlambat Bicara

Buah hati yang lamban bicara memang membuat para bunda ketar-ketir. Tetapi hal itu dapat dihindari dengan beberapa tips agar memperoleh hasil terbaik dalam terapi bicara, yakni:

  • Berkomitmen. Semakin kuat komitmen Anda, hasil yang diperoleh akan semakin cepat dan memuaskan.
  • Konsisten. Datang pada setiap sesi terapi secara tepat waktu dan teratur.
  • Komunikatif. Tanya, klarifikasi, jika Anda belum mengerti apa yang dijelaskan dokter atau terapis.
  • Tertarik. Keluarga yang berpartisipasi dan antusias akan selalu dapat meningkatkan sesi terapi. Luangkan waktu sebanyakbanyaknya untuk berkomunikasi dengan si kecil sejak bayi, dapat dengan mengajak bicara, bernyanyi, dan menirukan bunyi atau gerakan.
  • Follow up. Pastikan Anda paham dan mengerti dengan jelas tentang terapi apa yang diberikan dokter atau terapis untuk dikerjakan di rumah. Berikan masukkan bagi terapis tentang keberhasilan tugas tersebut, pada kunjungan berikutnya.
  • Terbuka. Terbuka menceritakan harapan dan pengalaman yang pernah dialami dengan buah hati Anda yang terlambat bicara.
  • Peka. Waktu adalah sumber berharga bagi setiap orang. Berkoordinasilah selalu dengan terapis.

Baca Juga: Klinik Anak untuk Tumbuh Kembang Buah Hati

Jika semua upaya telah dikerahkan namun anak tetap terlambat bicara, Anda mungkin perlu mengunjungi unit medis profesional untuk anak. Ketahui jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan reservasi kunjungan Anda di sini. Kunjungi juga laman informasi kami untuk menemukan layanan-layanan kesehatan lainnya.

Perkembangan Cephalocaudal dan Proximodistal pada Anak

Tumbuh kembang adalah proses yang terus berlanjut sejak konsepsi sampai maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda. Pola perkembangan tiap anak memiliki pola yang sama, yakni pola cephalocaudal dan proximodistal. 

Untuk mengetahui lebih lanjut, Anda dapat mereservasikan kunjungan ke klinik anak atau unit RS Bunda Group untuk mendapatkan informasi yang lebih mendetail.

Baca Juga: Klinik Anak untuk Tumbuh Kembang Buah Hati

Penjelasan Pola Perkembangan Anak

Pola perkembangan fisik dapat diramalkan semasa kehidupan pra dan pasca lahir. Ada dua pola rangkaian arah perkembangan anak, yaitu: pola chepalocaudal dan pola proximodistal.

Pola Cephalocaudal merupakan arah perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dimulai dari kepala ke kaki. Hal ini berarti bahwa kemajuan fisik anak dalam struktur dan fungsi berawal dari bagian kepala, menuju badan, dan selanjutnya ke kaki. 

Pola Proximodistal merupakan arah perkembangan bergerak dari dekat ke bagian yang lebih jauh. Pola ini berkembang dari sumbu pusat tubuh menuju ke ujung-ujungnya.

Sumsum tulang anak akan berkembang sebelum bagian tubuh luar pada pola. Lengan berkembang sebelum tangan. Tangan dan kaki berkembang sebelum jari tangan dan jari kaki

Baca Juga: Waspada! Ini Beberapa Gangguan Penglihatan pada Anak

Pola Cephalocaudal

Pola cephalocaudal merupakan pola pertumbuhan tercepat yang selalu terjadi dari bagian atas tubuh, yaitu kepala, leher, bahu, batang tubuh, dan seterusnya.

Perkembangan sensoris dan motorik anak juga berkembang mengikuti pola cephalocaudal, sebagaimana bayi akan dapat melihat objek sebelum mereka dapat mengendalikan tubuh mereka, dan bayi dapat menggunakan tangan duku sebelum mereka dapat merangkak atau berjalan.

Pola Proximodistal

Pola proximodistal merupakan pola pertumbuhan dari pusat tubuh dan bergerak ke arah tangan dan kaki, seperti kendali otot tubuh dan lengan akan lebih mudah diliat pada bayi sebelum kendali tangan dan jari.

Selain dari kedua pola tersebut, secara garis besar tumbuh kembang anak juga dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

Tumbuh kembang fisis

Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada proses metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

Tumbuh Kembang Intelektual

Pertumbuhan dan perkembangan intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti bermain, berbicara, berhitung, atau membaca.

Tumbuh Kembang Emosional

Proses tumbuh kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk merasakan cinta kasih.

Anak adalah tanggung jawab orang tua yang pada akan tumbuh menjadi bagian dari masyarakat dengan keinginan dan kebutuhan mereka sendiri sebagai individu yang berbeda dari orang tua.

Tugas orang tua adalah untuk menjaga dan membimbing anak hingga dapat menjadi dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab. Salah satunya adalah dengan meningkatkan potensi kualitas hidup anak melalui kesehatan selama proses tumbuh kembang anak.

Baca Juga: Kenali Bakat dan Kesehatan Anak Sedari Dini dengan Pemeriksaan Circle DNA (Diagnos)

Peningkatan kualitas hidup ini dapat dimulai dengan rutinitas pemeriksaan kesehatan anak berkala dengan bantuan medis. Reservasikan kunjungan Anda dan si kecil ke unit RS Bunda Group untuk pemeriksaan berkala. Ketahui juga jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda untuk menemukan unit yang tepat. Kunjungi juga laman informasi kami untuk menemukan layanan-layanan kesehatan lainnya.

Demam Berdarah Pada Anak

Demam berdarah atau DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan melalui perantara nyamuk betina jenis Aedes aegypti. DBD juga merupakan salah satu penyebab kematian anak yang cukup tinggi di Asia, termasuk di Indonesia. Anda dapat mempelajari gejala DBD pada anak lebih lanjut di klinik anak.

Baca Juga: Waspada! Cek Kesehatan Anak di Klinik Alergi Anak

Gejala Demam Berdarah pada Anak

Gejala demam berdarah biasanya berlangsung selama 2-7 hari dan pada sebagian besar anak bisa sembuh setelah seminggu. Namun penyakit ini dapat mengancam nyawa dalam waktu beberapa jam dan seringkali membutuhkan penanganan di rumah sakit.

Demam tanpa adanya gejala lain merupakan ciri-ciri DBD pada anak yang tergolong ringan. Sementara DBD dengan gejala berat kemungkinan akan berdampak pada kerusakan organ, perdarahan, dehidrasi bahkan kematian. Jika Anak mulai menunjukkan gejala demam berdarah, Anda perlu segera mereservasikan kunjungan dengan dokter anak untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Jenis Demam Berdarah

Demam berdarah sendiri memiliki 3 jenis, yakni demam dengue, demam berdarah dengue, dan dengue syok syndrome (DSS). Berikut adalah penjelasannya:

Demam Dengue 

Tipe ini adalah bentuk DBD ringan yang tidak atau belum menyebabkan perdarahan. Pada awalnya penyakit ini hanya menimbulkan gejala demam dan seringkali sulit dibedakan dengan gejala awal flu atau infeksi virus lain.

Baca Juga: Perkembangan Cephalocaudal dan Proximodistal pada Anak

Demam Berdarah Dengue 

Bentuk demam dengue disertai gejala sakit atau nyeri pada ulu hati terus menerus. Gejalanya berupa perdarahan pada hidung, mulut, gusi atau memar pada kulit. Beberapa penderita juga mengalami muntah terus menerus yang kadang disertai darah.

Dengue Syok Syndrome (DSS) 

Demam berdarah ini tergolong berat, ditandai dengan rasa haus berlebihan (tanda dehidrasi), perdarahan yang parah, tekanan darah menurun drastis, mengantuk terus menerus hingga penurunan kesadaran, dan kebocoran plasma uyang berisiko kematian.

Fase Penyakit Demam Berdarah

Fase Demam Berdarah Pertama

Pada hari 1-3, penderita akan mengalami demam yang mendadak tinggi yang disertai dengan gejala sakit kepala, sakit di belakang bola mata, badan ngilu dan nyeri, mual serta kadang disertai dengan bintik merah pada kulit. Selain gejala di atas, terkadang pada fase pertama ini juga mengalami nyeri tenggorokan, infeksi pada tenggorokan, dan selaput yang melindungi kornea mata.

Fase Demam Berdarah Kedua

Pada hari 4-5, penderita akan memasuki fase kritis, ditandai dengan demam mulai turun dan kadar trombosit darah mengalami penurunan. Gejala ini membuat banyak orang menganggap bahwa penderita telah sembuh dari DBD pada fase kritis ini, padahal pada fase ini kemungkinan akan terjadi Dengue Shock Syndrome yang dapat menyebabkan perdarahan hingga penurunan kesadaran.

Fase Demam Berdarah Ketiga

Pada hari 6-7 barulah penderita DBD memasuki fase penyembuhan. Fase ini ditandai dengan kondisi penderita yang mulai membaik, mulai nafsu makan, peredaran darah mulai membaik dan normal, serta frekuensi buang air kecil juga mulai membaik dan kembali normal. Pada fase ini, penderita harus banyak mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang agar tubuh kembali sehat, juga meningkatkan kadar trombosit darah yang sebelumnya turun.

Pengobatan dan Penanganan DBD

Hingga saat ini belum ada metode pengobatan spesifik untuk mengobati demam berdarah. Penanganan yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi, sambil membantu tubuh untuk melawan virus dengue dan sembuh secara alami.

Penanganan DBD sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan pemantauan dari dokter hingga kondisi anak membaik. Bila dokter mengizinkan si kecil dirawat di rumah, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut ini untuk merawat si kecil yang sedang sakit DBD:

Baca Juga: Klinik Anak untuk Tumbuh Kembang Buah Hati

  • Pastikan si kecil tidak kekurangan cairan atau dehidrasi dan berikan asupan cairan lebih sering dari biasanya. Bayi usia 6 bulan ke bawah hanya diperbolehkan minum ASI atau susu formula. Air putih bisa diberikan bila si kecil sudah berusia di atas 6 bulan.
  • Untuk meredakan demamnya, bunda bisa memberikan obat penurun demam yang diresepkan dokter, dapat juga memberikan kompres pada dahi, ketiak, dada, dan selangkangan anak.
  • Memberikan makanan yang kaya akan nutrisi, terutama yang tinggi protein.
  • Pastikan si kecil cukup istirahat.

Langkah Pencegahan DBD pada Anak

WHO menyatakan bahwa vaksinasi perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian DBD. Sayangnya, di Indonesia vaksin DBD belum masuk ke dalam program imunisasi nasional yang disediakan di Puskesmas. Saat ini, vaksin DBD hanya bisa didapatkan di beberapa klinik atau rumah sakit tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian, vaksin DBD paling efektif bila diberikan pada anak usia 9–16 tahun sebanyak 3 kali, dengan jarak pemberian vaksin selama 6 bulan.

Selain vaksinasi, langkah lain yang tak kalah penting adalah mencegah gigitan nyamuk yang bisa membawa virus dengue. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa diterapkan di rumah:

  • Pasang kawat antinyamuk pada pintu atau jendela.
  • Pakaikan anak baju dan celana yang tertutup, serta gunakan kaus kaki saat pergi keluar rumah.
  • Gunakan kelambu untuk menutupi tempat tidur anak.
  • Gunakan obat nyamuk sesuai petunjuk. Pilihlah yang mengandung DEET atau minyak lemon eucalyptus.
  • Batasi waktu anak untuk keluar pada jam-jam sekitar fajar dan senja.
  • Keringkan genangan air di lingkungan rumah.
  • Kuras wadah-wadah berisi air, seperti bak mandi dan vas bunga, dan sikat dindingnya untuk menghilangkan jentik-jentik nyamuk.

Baca Juga: Konsultasi Kesehatan Anak ke Poli Anak

Demam berdarah dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak, terutama dalam musim hujan. Segera reservasikan diri atau anak Anda pada unit medis terdekat setelah gejala pertama untuk mendapatkan penanganan terbaik. Untuk penanganan tercepat, pahami jadwal dokter di unit-unit RS Bunda Group sekitar Anda dan temukan waktu terbaik bagi Anda. Lebih lanjut, Anda juga dapat mengunjungi laman informasi kami untuk menemukan layanan-layanan kesehatan lainnya.